Sienna menatap tampilan dirinya dari pantulan cermin. Hari ini dia ada acara makan malam bersama keluarganya dan keluarga pria yang akan dijodohkan olehnya.Seperti yang Savero katakan kemarin kalau Sienna harus datang. Savero berjanji akan membantu adiknya tapi Sienna harus datang terlebih dahulu. Sienna tidak tahu apa rencana kakaknya. Dia hanya mengikuti kemauan kakaknya. Sejauh dia mengenal kakaknya, kakaknya tidak pernah mengecewakannya. Disaat kedua orangtuanya menentang keinginan Sienna, hanya Savero yang mensupport Sienna. Savero selalu berkata 'I have always supported you, even though the world is against you.'Savero mengerti perasaan Sienna yang selalu diatur oleh kedua orangtua mereka. Mereka tidak pernah memutuskan keinginan mereka seorang diri. Orangtua mereka selalu menentang keinginan keduanya.Oleh karena itu. Savero tidak mau adiknya merasakan perjodohan masa kini yang disebabkan oleh keegoisan para orangtua, perjodohan bisnis. Dijodohkan oleh orang yang tidak mere
Tidak ada yang salah hari ini. Lendra merasa dia tidak melakukan kesalahan, tapi tatapan para karyawan di kantor dimana dia bekerja membuat Lendra ragu. Pikirannya bertanya-tanya, apakah dia melakukan kesalahan yang tidak dia sengaja kemarin? "Kasihan sekali anak-anaknya memiliki orangtua yang tidak benar. Ayahnya koruptor, ibunya berselingkuh.""Anak malang, bagaimana nasib mereka kedepannya?""Diam, ada Pak Lendra."Lendra hanya diam mendengar gosip-gosip yang dibicarakan para karyawan. Dia tahu mereka membicarakan dirinya, terlihat dari cara mereka berbicara seraya menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lendra mendudukkan dirinya dibalik tempat duduknya. Ada beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan. Kemarin harusnya pekerjaan ini sudah selesai, tapi mendadak putrinya ingin bertemu dengannya, oleh karena itu dia mengabaikan terlebih dulu pekerjaannya. "Lendra, dipanggil pak Direktur." Lendra menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan salah satu teman divisinya. Ini ka
Lendra memeluk tubuh Ardio dan Kenzie bergantian. Dia sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Kenzie yang selalu membantunya, juga Ardio, kakak Kenzie yang selalu bersedia membantu Lendra dalam penceraiannya bersama Thalia. Ardio seorang pengacara, pria itu bersedia membantu Lendra dalam mengurus perceraiannya dan memenangkan hak asuh anak. Bahkan pria jenius itu membantu Lendra dengan suka rela tanpa mau dibayar oleh Lendra. Kenzie dan Lendra menjadi sahabat sejak lama. Ardio menganggap Lendra seperti adiknya sendiri, sehingga dia tidak mau saat Lendra ingin membayar jasanya. "Sekali lagi terimakasih Bang. Gue gak tahu bagaimana membalas kebaikan lo." Ardio tersenyum, memukul pundak Lendra dengan ringan. "Carikan adik gue jodoh, itu balasan lo untuk gue." Lendra terkekeh mendengar perkataan Ardio. Jodoh? Yang benar saja, Lendra saja bahkan baru bercerai bagaimana dia mencarikan jodoh untuk Kenzie? Tapi Lendra akan berusaha mencarikan sahabatnya jodoh, demi membalas kebaikan A
Rumah kontrakan itu terlihat sepi, hanya ada Lendra yang sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. Dia sedang mengerjakan design milik klien Ardio, kakak laki-laki Kenzie. Designnya tidak sulit karena sang klien hanya ingin Lendra menambahkan lima tone warna agar foto itu tidak terlihat seperti aslinya. Lendra cukup bingung, kenapa ada seorang wanita yang ingin mengabadikan momen saat dia berpisah dengan seseorang yang pernah dia cintai. Tapi ternyata tidak bagi kliennya, pernikahan mereka tanpa cinta. Kliennya itu bercerita kalau momen itu adalah momen yang sangat membahagiakan untuknya karena dia bisa berpisah dengan seseorang yang tidak dia cintai. Sehingga foto itu akan menjadi salah satu koleksi foto-foto momen indah di hidupnya. Terdengar cukup aneh tapi itu kenyatannya. Lendra hanya mengiyakan saat kliennya itu bercerita. Dia tidak mau membahas terlalu jauh, sehingga membuatnya semakin menilai kliennya 'aneh'. Ketukan dipintunya membuat Lendra beranjak dari duduknya. S
Ruang makan di rumah itu terdengar cukup ribut karena sang kepala keluarga tengah membuat sarapan untuk kedua anaknya. Biasanya dia selesai membuat sarapan sebelum kedua anaknya bangun, tapi hari ini dia bangun cukup siang karena semalam dia harus lembur mengerjakan beberapa kerjaan dari kliennya.Melihat papanya yang tengah sibuk, Angga berinisiatif menuangkan susu untuk dirinya dan adiknya, tidak lupa dia membuatkan teh untuk papanya. Seperempat jam kemudian Lendra berhasil menyelesaikan masakannya."Hari ini kita keluar yuk."Lendra menatap kedua anaknya yang sedang makan. Hari ini dia berencana membelikan putranya ponsel, karena putranya itu belum memilikinya. Bukan tanpa alasan Lendra membelikan Angga ponsel, dia membelikan Angga ponsel agar mudah menghubungi putranya."Ayok Pa!" seru Adhara dengan semangat.Adhara mengangguk dengan semangat. Sedangkan Angga terkekeh melihat adiknya. Dia akan ikut kemana saja asalkan bersama adiknya. Dia akan bahagia jika adiknya bahagia. Sesimpl
Suara ketukan pintu di rumahnya membuat Lendra yang tengah bersantai bersama anak-anaknya terpaksa menghentikan aktivitasnya sesaat. Lelah setelah berbelanja di Mall, ketiganya pulang berniat beristirahat seraya menonton acara televisi. Tapi sepertinya niat mereka terpaksa harus terganggu dengan tamu yang mereka tidak tahu siapa.Lendra mengingat-ngingat, siapa gerangan yang bertamu sore-sore begini. Kenzie pasti akan memberitahunya jika akan bertamu. Keluarganya tentu saja tidak mungkin, mustahil orang yang sudah tiada bertamu.Lendra membuka pintu dengan perlahan, menatap bingung gadis yang akhir-akhir ini dibicarakan oleh Kenzie. Marsha, gadis itu tersenyum mengangkat satu kantung plastik entah berisi apa, Lendra tidak mengetahuinya."Kenzi ngasih tau aku rumah Mas Lendra, jadi aku gak papa kan main?" tanya Marsha.Lendra tersenyum tipis, mau menolak tidak mungkin. Dia tidak sejahat itu untuk mengusir tamunya. Lagipula Marsha hanya bermain kan, gadis itu hanya ingin bertemu dengan t
Pagi ini setelah mengantar kedua anaknya, Lendra membersihkan rumah. Mulai dari mencuci baju hingga mengepel rumah. Sebelum berangkat sekolah, sejak kemarin Angga selalu membantunya menyapu rumah. Anak laki-lakinya itu sudah pandai membantunya meringankan pekerjaan rumah.Lendra tidak berniat memperkerjakan pembantu karena dia masih sanggup. Toh pekerjaannya sekarang fleksibel sehingga dia bisa membagi waktu dengan mudah. Tidak seperti saat dia bekerja di perusahaannya dulu, Lendra harus pintar membagi antara pekerjaannya sebagai karyawan dan freleence design grafis juga menemani kedua anaknya mengerjakan tugas.Di tengah-tengah kesibukannya, ponsel Lendra berdering pertanda ada pesan masuk. Keningnya berkerut saat melihat nomor asing yang menghubunginya. Bukan hanya nomor asing itu yang membuatnya bingung tapi juga kode nomor asing itu, yang mana kode luar negeri."Alex.."Lendra membaca pesan yang kembali orang itu kirim. Nama ini seperti tidak asing baginya. Lendra terkekeh saat pri
Lendra dan Sienna duduk di ruang tengah untuk membicarakan Adhara. Setelah permintaan Adhara setengah jam yang lalu, Sienna mengiyakan permintaan Adhara. Lendra? Duda beranak dua itu, tentu saja mengizinkan asalkan Sienna tidak keberatan.Keduanya belum berbicara sejak Lendra meletakkan dua cangkir teh di depan meja kaca. Sienna merasa sangat canggung jika tidak ada Adhara bersamanya. Karena jika ada Adhara, gadis kecil itu lah yang lebih banyak bicara, sehingga Sienna hanya menanggapi saja. Dia tidak perlu berpikir bagaimana memulai pembicaraan."Maaf karena merepotkan Ibu dan terimakasih karena mau merawat Ara." Lendra berusaha memecah keheningan. Terlalu lama diam membuatnya tidak nyaman, guru anaknya itu butuh istirahat jadi Lendra berusaha cepat membicarakan masalah putrinya agar Sienna cepat istirahat.Bukan hanya Lendra yang merasa tidak nyaman, duda dua anak itu juga yakin kalau Sienna merasa tidak nyaman dengan situasi yang mereka hadapi sekarang. Sehingga Lendra harus cepat