Seorang pria berjalan keluar dari salah satu perusahaan terbesar di negara dengan sebutan Negeri Seribu Pulau. Tangan kirinya menenteng tas kerja sedangkan tangan kanannya melihat akun gosip yang menayangkan istrinya dan pria lain keluar dari sebuah hotel mewah.
Pria itu yakin, waktu kehancuran rumah tangga mereka akan tiba. Dan hari ini adalah waktunya. Istrinya seorang artis papan atas, dia merupakan artis yang sangat dicintai oleh masyarakat Indonesia. Tapi dia tidak yakin setelah ini masyarakat akan tetap mencintai istrinya.Bruk!"Uppss.. Sorry Om saya gak sengaja."Pria itu memperhatikan gadis yang menabraknya dengan datar. Gadis itu mengambil ponsel pria itu yang terjatuh kemudian memberikannya kepada pria itu."Sekali lagi maaf ya Om."Gadis itu segera berlari memasuki lift dengan terburu-buru. Tak berselang beberapa lama dari gadis itu masuk ke dalam lift dua orang pria berjas datang dengan berlari."Apakah gadis itu pencuri?"Pria itu melanjutkan jalannya. Dia tidak seharusnya peduli dengan gadis yang pertama kali dia lihat itu. Yang sekarang dia khawatirkan adalah bagaimana nasib kedua anaknya melihat berita mama mereka.Pria itu berdoa semoga keduanya tidak menonton acara di televisi. Mereka masih terlalu kecil untuk tahu permasalahan kedua orangtuanya.***"Mau kamu apa sekarang?" Pria dengan wajah tampan itu menatap tajam wanita dihadapannya yang tak lain istrinya sendiri, ibu dari kedua anaknya."Cerai, aku mau kita ceria! Aku capek harus kerja sendirian, kamu cuma pegawai biasa, aku gak bisa hidup kaya gini terus!"Pria itu tersenyum tipis mendengar alasan wanita dihadapannya itu meminta cerai. Dia tahu bukan karena pekerjaannya sebagai pegawai biasa yang membuat wanita dihadapannya itu meminta cerai tapi karena pria lain.Sejak satu tahun yang lalu dia tahu kalau istrinya itu memiliki pria lain. Dia pernah mencoba berbicara kepada istrinya tentang apa yang harus dia ubah agar istrinya berhenti selingkuh di belakangnya. Bukannya merasa bersalah karena berselingkuh, wanita itu dengan mudahnya berbicara kalau pria itu harus merubah nasib mereka."Anak-anak gak boleh tahu tentang perpisahan kita. Mereka ikut dengan aku.""Enggak, Anak-anak ikut dengan aku. Mau di kasih makan apa mereka kalau ikut kamu!"Pria itu pergi dengan mata yang memerah karena amarah. Dia marah karena wanita yang tidak lama lagi akan menjadi mantan istrinya itu menjatuhkan harga dirinya sebagai pria. Dia tidak terima wanita itu menjelek-jelekkan pekerjaannya. Dia bisa memberi makan kedua anaknya dengan hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai biasa di sebuah perusahaan."Papah mau kemana?"Langkah pria itu terhenti saat mendengar suara putranya. Pria itu tersenyum lembut berjalan menghampiri putranya yang sedang menatapnya dengan bingung. Amarahnya hilang saat melihat wajah putranya."Papah lagi ada kerjaan. Papah harus lembur dulu. Abang jaga adek yaa."Laki-laki itu mengangguk meskipun di kepala kecilnya berbagai pertanyaan berkeliaran. Dia tahu ada yang tidak beres dengan kedua orangtuanya. Papahnya melupakan satu fakta, sesibuk apapun dia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya. Pria itu akan membawa pekerjaannya ke rumah."Papah hati-hati."***"Abang bohongin aku?" Gadis itu menatap kakak laki-lakinya dengan sengit."Enggak Dek. Abang bener sakit perut." Pria itu mendekati adiknya.Gadis itu berjalan mundur. "Ini ada banyak orang, mereka bisa bantu Abang."Gadis cantik itu memperhatikan dua pria berjas mendekat kepadanya. Dia yakin semua ini jebakan. Dia mencoba untuk berlari tapi sayang dua pria itu menahannya lebih dulu."Gak semudah ini buat Sienna pulang," sinisnya.Senyum sinis terbit di bibir itu. Detik berikutnya dua pria berjas itu memegang tulang kering mereka yang ditendang oleh Sienna. Gadis itu berlari meninggalkan ruangan kakak laki-lakinya."Sienna tunggu!!"Sienna berlari hingga tanpa sengaja menabrak seorang pria. Dia meminta maaf kemudian kembali berlari menuju lift."Run for your life, Sienna!!"Sienna, gadis cantik dengan kulit putih bersih itu berlari keluar dari gedung pencakar langit. Dia merutuki kebodohannya yang mau menuruti keinginan kakaknya untuk bertemu.Seharusnya dia tidak percaya dengan perkataan kakaknya. Seharusnya dia tidak usah datang menemui kakaknya yang berbohong kalau dirinya sakit di kantor dan tidak ada seorangpun yang bisa membantunya.Menjadi lulusan terbaik di bidang farmasi membuat Sienna merasa gelar itu tidak pantas untuknya karena dia dengan mudahnya termakan perkataan kakaknya. Perkataan yang anak sekolah dasar saja bahkan mengerti kalau tidak mungkin tidak ada yang tidak menolong kakaknya yang sedang sakit di ruangan kerjanya.Kakaknya adalah seorang CEO muda di perusahaan keluarganya. Dia tinggal menelpon orang kepercayaannya. Dalam hitungan detik orang kepercayaannya itu pasti akan datang."How stupid I'm!" rutuknya.Gadis dengan bibir berbentuk hati keluar dari kost-kostan putri dengan pakaian rapi. Kemeja berwarna putih dan rok hitam selutut menjadi outfit kebanggan dia beberapa bulan ini. Kaki jenjang itu melangkah meninggalkan kostan yang dua bulan ini menjadi tempat beristirahat setelah lelah bekerja seharian. Tempat sederhana itu nyaman karena pemilik kost dan penghuni kost yang lain memperlakukannya dengan baik. Meskipun ada satu orang yang sedikit mengganggunya. Sienna Bimantara, gadis dengan mata cantik dan hidung mancung juga rambut hitam itu merupakan lulusan terbaik dari salah satu universitas negeri di Jakarta. Sayangnya gelar itu tidak membuat Sienna senang luar biasa. "Neng geulis mau berangkat ngajar?" tanya seorang pria paruh baya, pemilik kostan yang dia tempati. "Iyaa Pak," sahutnya dengan senyum manis khas gadis berbibir love itu. "Itu abang ojek onlinenya udah nunggu.""Iyaa Pak. Duluan ya Pak.""Hati-hati Neng."Sienna sedikit berlari menuju pagar kostan berwarna hitam.
Sienna dan Belva berjalan menuju kantor. Keduanya keluar kelas secara bersamaan. Waktu istirahat baru saja dimulai. Keduanya tersenyum saat siswa memanggil keduanya. "Bu Belva itu sotonya sudah datang," kata salah satu guru berumur di sekolah itu. Bu Septi namanya. "Oh iya Bu, terima kasih ya Bu." Sienna dan Belva duduk di meja mereka. Kedua guru itu mendaftar secara bersama-sama sehingga kepala sekolah memberikan mereka meja yang berdekatan. Sienna memberikan uang berwarna hijau kepada Belva. Belva yang mulanya ingin menolak segera ditahan oleh Sienna. Gadis itu tidak suka saat Belva membelikan sesuatu kepadanya. Karena dia tahu sahabatnya itu lebih membutuhkan uang daripadanya. Menjadi tulang punggung bagi keluarganya membuat Belva bekerja dengan sangat rajin. Gadis itu akan melakukan pekerjaan apapun asalkan halal. Sejak kuliah Belva akan menerima tawaran mengajar privat atau mengerjakan makalah-makalah bagi mahasiswa yang malas mengerjakan tugas mereka, demi mendapatkan uang
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sienna menatap Adhara yang masih memasukkan barangnya ke dalam tas pink miliknya. Adhara merupakan siswa baru di Sekolah Dasar Taruna Bangsa. Kemarin Adhara menangis karena dia tidak mau pindah sekolah tapi mamanya memaksanya untuk pindah sekolah.Sienna dan Heri merupakan guru yang mengajar kelas Adhara. Sienna dan Heri bergantian memberikan materi setiap harinya. Jika Sienna yang mengajar Heri akan menunggu di belakang kelas, menegur anak yang mengobrol. "Ara pulang sendiri?" tanya Sienna."Dijemput mama, Bu."Tidak ada lagi perbincangan. Keduanya berjalan menuju parkiran. Para orangtua mulai menjemput anak mereka. Tidak butuh waktu lama membuat perkarangan sekolah sepi. Hanya tinggal beberapa siswa yang berada di sekolah."Papa!!!"Adhara mengikuti kemana Adhara berlari. Di depan gerbang sekolah seorang pria berkemeja biru tersenyum. Tangannya merentang menunggu kedatangan Adhara. Senyum Sienna terbit melihat pria y
Angga berjalan menuju kelas. Koridor nampak ramai karena jam istirahat sedang berlangsung. Banyak siswa duduk di sepanjang koridor, entah bergosip, berjoget, dan bernyanyi bersama dengan diiringi gitar. Angga menatapnya dengan tatapan kasihan dan mencemooh. Karena mamanya yang berselingkuh. Kedua orangtuanya tidak memberitahu permasalahan keduanya. Mamanya hanya berkata kalau papanya sedang sibuk oleh karena itu dia tidak bisa pulang. Angga pria yang sudah cukup mengerti dengan keanehan di dalam keluarganya. Mamanya membawa teman laki-lakinya ke rumah, jika papanya tidak ada. Apakah itu belum cukup bukti jika ada permasalahan diantara keduanya? Ditambah dengan berita-berita diluar sana. Thalia dan Lendra menganggap kedua anaknya masih kecil sehingga tidak mungkin mengerti dengan permasalahan yang pelik di dalam rumah tangga mereka. Tapi ternyata salah, Angga sudah cukup mengerti dengan perceraian. Yang Angga tahu papa dan mamanya tidak akan pernah bisa bersama karena perselingkuh
Sienna menaruh ponselnya ke dalam tasnya setelah panggilan telpon dari Megan berakhir. Gadis itu menoleh saat seseorang memasukkan lima botol yogurt ke dalam keranjangnya. Jantung Sienna berdegup dengan kencang saat melihat pria tampan dengan setelan jas tersenyum kepadanya. "Sial!" umpatnya.Pria itu terkekeh mendengar umpatan gadis di sampingnya. Tangannya terulur mengambil keranjang yang terlihat sangat berat karena belanjaan gadis itu. Sienna mendengus. "Kok bisa tahu aku di sini sih?" tanyanya. "Percuma bayar mahal kalau gak bisa melacak keberadaan kamu." Sienna menghentakkan kakinya. Berjalan menuju deretan kulkas yang berisi minuman-minuman. Dia membuka kulkas itu mengambil susu dan minuman dingin lainnya. Pria itu terkekeh melihat wajah memberenggut Sienna. Sienna terlihat tidak senang bertemu dengannya. Tidak sepertinya yang lega mendapati Sienna baik-baik saja. Sienna berjalan menuju kasir masih dengan pria berjas mengikutinya. Kasir itu sesekali mencuri pandang kepada
Sienna menatap bingung para penghuni kost yang duduk melingkar di dekatnya. Dia sedang membuka bawang menatap teman masaknya dengan bingung. Kenapa para penghuni kost ke dapur. Biasanya mereka tidak peduli jika ada yang memasak, mereka akan datang saat masakan sudah selesai.Olivia, gadis yang masih kuliah itu terkekeh melihat wajah polos Sienna. Sienna terlihat lucu sekali saat bingung. Bahkan Olivia tidak yakin kalau umur Sienna lebih tua darinya."Mereka kepo sama cowok yang ada di kamar Kakak," kata Olivia yang sukses membuat Sienna menghembuskan nafasnya."He's my big brother, udah sana pergi. Umpek ada kalian di sini." Sienna mengusir para penghuni kost."Yah Kak, gak seru banget. Nanti di lanjut ya Kak, penasaran sama Abang ganteng. Aku mau kuliah dulu. Bye..."Hana, gadis dengan rambut pendek itu memberikan kiss bye kepada Sienna membuat Sienna bingung. Tumben sekali Hana bersikap seperti itu, karena biasanya gadis itu akan selalu mengajak Sienna berdebat.Entah masalah micin
Sienna menatap tampilan dirinya dari pantulan cermin. Hari ini dia ada acara makan malam bersama keluarganya dan keluarga pria yang akan dijodohkan olehnya.Seperti yang Savero katakan kemarin kalau Sienna harus datang. Savero berjanji akan membantu adiknya tapi Sienna harus datang terlebih dahulu. Sienna tidak tahu apa rencana kakaknya. Dia hanya mengikuti kemauan kakaknya. Sejauh dia mengenal kakaknya, kakaknya tidak pernah mengecewakannya. Disaat kedua orangtuanya menentang keinginan Sienna, hanya Savero yang mensupport Sienna. Savero selalu berkata 'I have always supported you, even though the world is against you.'Savero mengerti perasaan Sienna yang selalu diatur oleh kedua orangtua mereka. Mereka tidak pernah memutuskan keinginan mereka seorang diri. Orangtua mereka selalu menentang keinginan keduanya.Oleh karena itu. Savero tidak mau adiknya merasakan perjodohan masa kini yang disebabkan oleh keegoisan para orangtua, perjodohan bisnis. Dijodohkan oleh orang yang tidak mere
Tidak ada yang salah hari ini. Lendra merasa dia tidak melakukan kesalahan, tapi tatapan para karyawan di kantor dimana dia bekerja membuat Lendra ragu. Pikirannya bertanya-tanya, apakah dia melakukan kesalahan yang tidak dia sengaja kemarin? "Kasihan sekali anak-anaknya memiliki orangtua yang tidak benar. Ayahnya koruptor, ibunya berselingkuh.""Anak malang, bagaimana nasib mereka kedepannya?""Diam, ada Pak Lendra."Lendra hanya diam mendengar gosip-gosip yang dibicarakan para karyawan. Dia tahu mereka membicarakan dirinya, terlihat dari cara mereka berbicara seraya menatapnya dengan tatapan merendahkan. Lendra mendudukkan dirinya dibalik tempat duduknya. Ada beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan. Kemarin harusnya pekerjaan ini sudah selesai, tapi mendadak putrinya ingin bertemu dengannya, oleh karena itu dia mengabaikan terlebih dulu pekerjaannya. "Lendra, dipanggil pak Direktur." Lendra menghentikan kegiatannya saat mendengar perkataan salah satu teman divisinya. Ini ka