Beranda / Rumah Tangga / MANTAN WITH BENEFIT / Cinta Itu Kebersamaan

Share

Cinta Itu Kebersamaan

Penulis: DityaR
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-18 18:15:56

Untung saja reflekku secepat kilat, mengayunkan tangan kita ke samping. Tapi tetap saja peluru itu menembus tubuh Heksa. Bahu kanannya, bahu tempat di mana dulu air mataku sering jatuh. Sekarang justru darah yang ada di sana.

"Heksaaa!!" Air mataku terjun entah ke mana. Aku berlutut, senyum tenang mulai pudar dari wajah datarnya. Dia terbaring, tangannya berpisah dari Revolver itu, tergeletak begitu saja. Lemah, tapi tetap saja tatapan dingin itu mengunci mataku. "Kamu gila, Heksa!"

"Jadi, kenapa aku masih hidup, Khal?" gumam Heksa, berusaha meraih Revolvernya kembali. "Harusnya tempatku bukan di sini."

Tanpa berpikir panjang, aku meraih pipinya dengan kedua tanganku. Seketika bibirku mendarat di bibirnya, rasanya masih sama seperti dulu, tipis, basah, lembut, dan tenang tanpa ada perlawanan.

Apa dia selalu begitu?

"Khal?" gumamnya sambil menatap langit.

Bibir kami berpisah sebelum aku mengatakan, "Iya?"

"Kamu percaya, kalau perasaanku akan selalu seperti ini?"

Aku mengangguk.

Aku rasa perasaanku juga belum berubah, bahkan saat aku sudah dinikahi oleh Alzian sekalipun.

"Memang benar, cinta itu bukan tentang siapa yang memiliki, atau siapa yang dimiliki. Tapi semua tentang kebersamaan. Apa pun yang terjadi."

"Kita gak mungkin bisa bersama, kamu terlambat!" bibirku kembali mengerucut. Heksa hanya mengangkat alis. "Kenapa kamu baru datang sekarang, waktu aku sudah benar-benar jadi istri orang."

"Gak ada kata terlambat, Khal! Satu-satunya deadline kita, cuma kematian." balasnya, senyum kecil mulai terukir di bibirnya. "Kita bisa lakukan apa pun yang kita mau, kayak yang barusan kamu lakuin."

"Maksud kamu?"

"Gak ada batasan buat kita, pernikahan cuma sekedar simbol. Sekedar formalitas."

"Terus? Aku dan suamiku cuma sekedar formalitas, gitu? Aku masih gak ngerti maksud kamu."

"Kita nggak perlu validasi dari orang lain. Cukup kita berdua aja. Dan itu alasannya aku ada di sini."

"Apa? Aku masih binggung."

"Kamu gak perlu bilang apa-apa, Khalisa. Karena kamu udah mengakuinya lewat ciumanmu. Dan aku di sini, untuk malam pertamamu."

"Hah? Kamu gila!"

"Aku tunggu di mobil."

CUIIIIT CUIIITTT

Suara alarm dari Jeep Wrangler yang terparkir tak jauh dari kami pun berbunyi.

Aku menarik napas dalam. Heksa memegangi bahunya yang terluka kemudian berdiri, "Sekarang keputusan ada di tangan kamu, Khal."

Jadi dia ke mari hanya untuk memberiku sebuah pilihan, lagi?

"Terserah, aku nggak peduli!!" ketusku sambil memperhatikannya menjauh.

Aku merapikan diri, kemudian berjalan menuju rumah dengan banyak pertanyaan di kepalaku. Tapi di langkah ke tiga, kaki justru menggiringku kepada Heksa. Dan tibalah aku di depan pintu mobil yang memang sengaja dibuka.

Heksa ada di dalam, duduk menyilangkan tangan di atas kemudi. Lampu di langit mobilnya remang, jadi kilauan darah di bahunya terlihat jelas. Ekspresi wajahnya masih saja datar, tenang, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Seharusnya dia menahan sakit, kan?

Tanpa berpikir panjang aku pun duduk di kursi depan, dan menutup pintu di sampingku. Dia bersiap memulai perjalanan.

"Kita mau ke mana?" tanyaku sambil memandanginya lebih lama. "Heksa? Aku gak bis—"

"Kamu yang nentuin, mau ke mana."

"Semua orang bakal curiga kalau aku tiba-tiba pergi."

"Oke," gumam Heksa sambil melemparkan jas yang berlumuran darah ke kursi belakang, disusul dengan kemeja biru tua dan kaos putih yang dikenakannya. Dia mematikan lampu mobil sebelum bilang, "Kita bakal selesaiin di sini, Khalisa."

Kenapa jadi begini?

Seharusnya aku berada di bawah Alzian, suamiku. Bukannya ditindih dengan tubuh kekar Heksa yang membuatku kehabisan napas.

Aku bisa merasakan dia begitu bergairah, tapi ekspresi wajahnya mencoba menyembunyikan itu. Tenang, dingin, datar, bahkan saat dia mulai menurunkan celananya, tampak Heksa hanya mengenakan celana dalam, dan wow.

Ujung tombaknya mencuat keluar dari karet celana dalam itu. Dia diam, cuma menatapku sambil berkata, "Khalisa, aku harus bagaimana?"

"Kamu serius mau melakukan ini?" bisikku, sambil menoleh ke setiap sudut jendela mobil. Masih sepi. Aman, jadi aku lanjutkan, "Di sini?"

Heksa mengangguk, kemudian mendaratkan bibirnya di leherku, menjalar lembut ke telinga dan berhenti di sana sebelum berbisik, "Kasih aku perintah, Khalisa! Aku nggak mau membuat keputusan di saat seperti ini."

"Terserah." Bibirku mengambil alih, menyapu habis bibirnya yang manis akibat lipstikku.

Gerakan bibirnya kaku, lembut, dan penuh perasaan. Tapi ada tatapan ragu di matanya, "Jadi aku benar-benar orang pertama yang menyentuhmu?"

"Bukan," jawabku jujur. Karena sebelumnya Alzian memang sering menciumku, tapi belum pernah se-intim ini. Hanya sesekali ciuman singkat. "Tapi kamu orang pertama yang akan membuatku berdarah-darah."

Heksa memisahkan diri dan ambil napas panjang.

Celananya mulai berterbangan ke kursi belakang. Dan dia benar-benar seperti raksasa. Ada garis V-Line di perutnya meski terlihat samar. Dan belalainya, benar-benar membuatku takut.

Tanpa aba-aba Heksa langsung mengangkat kedua kakiku dan memasukan kepalanya ke dalam gaun. Ada sesuatu yang aneh di bawah sana. Sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Bulu-bulu romaku mulai berontak.

Apa yang dia lakukan?

"Khal, emmmphhhh. Kenapa susah sekali?" gumamnya dari dalam gaun.

Aku nggak bisa melihatnya dari sini, gaun ini cukup ribet. Jika aku melepasnya, akan susah memasangnya kembali, setidaknya harus ada penata rias yang merapikannya. Heksa sepertinya tahu, karena dia tidak sedikitpun merusak tatanan gaunku. Dia hanya merusak celana dalamku.

Dia benaran menggigitnya?

"Heksa, kamu ngapain, sih?" tanyaku penasaran.

"Udah, kamu diammuuaaammpphh ajaahhhh," timpalnya. Janggut tipisnya menggores kulitku.

Aku semakin tak terkendali. Bibirnya bertarung dengan sesuatu yang aku sendiri belum cukup nyaman untuk berbagi dengan orang lain, tapi dengan Heksa?

Itu menjadi sebuah pengecualian. Entah kenapa, aku merasa aman jika berada di sebelahnya, di bahunya, di pelukannya. Dan jika itu semua ada harga yang harus kubayar, aku rela membayarnya berapapun, dengan apa pun, termasuk dengan diriku.

Aku cinta dia.

"Heksa, geli! Ihh, udah! Kamu bisa berhenti, gak, sih?" bentakku, tapi dia belum juga mundur.

Malah Heksa berhasil menggigit putus celana dalamku. Entah bagaimana dia melakukannya, yang jelas celana dalam putihku sudah melayang juga ke kursi belakang, dan kini kita sama-sama tanpa pelindung.

"Khal, kamu tahu, nggak, apa yang aku takutin sekarang?" gumamnya, mendekatiku.

"Apa?"

"Kamu menikahi seseorang yang kamu sendiri gak tahu, kamu cinta sungguhan apa enggak sama orang itu."

"Kalau aku cinta sungguhan?"

"Its oke. Aku lega."

"Kalau aku gak cinta?"

"Aku juga tenang."

Kedua lututnya menapak di sisi-sisi pinggangku. Aku hanya mengerutkan alis, "Terus kenapa kamu takut?"

"Aku cuma takut kamu belum menentukan keputusan... bimbang," gumamnya sambil menyatukan dada kita. "Karena di saat itu, aku pun nggak bakal bisa bikin keputusan."

"Ma—maksud kamu?" Heksa tak menjawab, dia hanya merogoh ujung gaunku, menariknya sampai dia benar-benar memasukan belalainya yang sedari tadi mengacung keras.

"Ohhhh, sakiiiit!" jeritku yang sengaja kututupi dengan kedua tangan.

Perih. Panas. Sakit. Nyerinya sampai ke pinggang.

Heksa tak peduli. Dia justru mempercepat gerakannya di dalam. Gerakan pinggangnya selaras dengan detak jantungku. Aku tak karuan, ingin menangis. Tapi ekspresi Heksa tetap tenang, datar dan dingin.

Dia kenapa, sih?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • MANTAN WITH BENEFIT   Embun Jendela

    Entah gerakan apa yang telah kami berdua lakukan, sampai-sampai hanya keringat yang menyelimuti kulit. Tubuh Heksa mulai licin, aroma atletis menguar dari tubuhnya. Kepalaku bersandar di kaca pintu dengan kedua lutut terangkat. Jemari kita masih besatu, menari dalam ruangan sempit ini."Khal?" desah Heksa di dalam bibirku sebelum berpisah. "Jadi, kamu benar-benar mencintai suamimu atau nggak?""Iya, aku mencintainya." Jawabanku membuatnya terkejut.Entah kenapa hentakan Heksa semakin kuat dan cepat. Meski aku setegah mati menahan rasa sakitnya, itu tak membuat Heksa menyerah. Justru membuatnya lebih beringas dan ekspresi wajahnya berubah. Sekarang ada setitik emosi di matanya."Bagus! Jadi aku nggak perlu bingung memutuskan.""Memutuskan untuk apa?""Aku nggak mau menitipkan buah cintaku kepada seseorang yang mencintai orang lain.""Jadi?""Anggap saja kita have-fun malam ini!"Have-fun?"Egois!" jeritku dalam hati.Tega sekali dia bicara seperti itu, setelah aku merelakan semua ini.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • MANTAN WITH BENEFIT   Gelapnya Malam

    Akhirnya aku sampai di kamarnya Alzian. Kamar di mana seharusnya aku berada. Meski ada sedikit penyesalan saat tadi aku memutuskan keluar, setidaknya sekarang aku sudah aman.Dia masih terlelap dengan bokser hitamnya. Memeluk bantal dengan posisi miring membelakangiku. Aku berdiri sejenak di ambang pintu dan berpikir, " Aku marah kalau Alzian pernah melakukannya dengan wanita lain, tapi kenapa justru aku sendiri yang melakukannya dengan Heksa?"Aku menutup pintu, menguncinya agar tak seorang pun bisa masuk ke kamar kami tanpa izin. Tapi saat aku balik badan ke arah springbed, Alzian sudah duduk manis dengan bantal di pangkuannya."Sayang, ronde ke dua, yuk?" pekiknya sambil melempar senyum jahil."Hah, a—apa?" balasku dengan terbata-bata. Aku cepat-cepat menuju kamar mandi, jangan sampai Alzian curiga. "Aku capek, mas, habis ngeladenin tamu-tamunya Mama.""Ayo, lah, aku udah naik lagi, nih!" Suara langkah kaki terdengar di belakangku, semakin dekat, sebelum kedua tangan berhasil mence

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • MANTAN WITH BENEFIT   Cinta Lama

    Kenapa dia bisa ada di sini?Aku segera merapikan kebayaku, mengamati ke sekeliling dengan sorot flash di HP. Saat kutujukan cahaya itu ke bawah perut, kedua belah pahaku telah berlumuran tinta putih. Dengan lengkah cepat aku menuju ke hadapannya."PLAKKK!!!" Stempel basah dari telapak tanganku menandai pipinya. Air mata tak sabar lagi menunggu turun dari pelupukku. "Heksa! Kamu gila ya! Mana Alzian? Kamu apakan dia, hah?"Senyum nakal yang semula menyempurnakan wajah culasnya, kini berubah dengan kerutan dahi. Matanya membelalak sedangkan bibirnya membentak, "Khalisa! Aku cinta kamu!" Dia bangkit dari sana untuk menyamai posisi wajah kita. "Harusnya kamu nikah sama aku, bukan dia!""Dan harusnya kamu, nggak menghilang begitu saja. Itu sama artinya kamu buang aku, tahu, gak?" Telunjukku menodong keningnya, baru kali ini aku bersikap garang kepada seseorang. Aku benci dia, aku benci semua yang dia lakukan kepadaku malam ini. "Kamu kira aku mau melakukan ini semua, sama kamu?"Heksa han

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • MANTAN WITH BENEFIT   Keluarga Sunya

    Aku tahu ini salah, membiarkan masa lalu hadir di tengah-tengah titik balikku. Merelakan Alzian telentang di sana, sedangkan aku harus melawan kepalaku sendiri. Pening. Berat.Dia hilang lagi, setelah ciuman tadi. Meninggalkan kalimatnya yang sampai kini belum bisa kucerna, "Kamu harus hati-hati sama keluarga suami kamu, Khal!"Begitu saja, dan dia langsung kabur entah ke mana. Hanya terdengar decakan sepatu yang menghantam lantai dengan cepat di lorong dan suara tembakan dari luar rumah.Semua yang terjadi malam ini membuatku berteriak, "Heksaaaa! Kenapa aku harus percaya sama kamu? Kamu itu siapa, sih sebenarnya?"Meski ruangan ini sudah kembali bercahaya, tapi tetap saja penglihatanku tentang masalah ini masih gelap. Aku berkeliling di ruangan ini, merapikan barang-barang yang sempat terjatuh dari meja dan ke kamar mandi untuk membasuh tubuhku yang sudah tidak suci lagi.Sepanjang perjalanan aku menemukan jejak merah Heksa menggenang di lantai marmer berwarna putih. Kita sama-sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • MANTAN WITH BENEFIT   Bulan Madu

    "Khalisa, kamu nggak apa-apa, kan?" kejut Alzian, ketika melihatku bersama kedua pengawal yang saat ini menghilang di balik pintu. Matanya tak berhenti memperhatikan bahuku. "Kamu terluka?" "Oh, ini? Ak—" "Nggak-nggak! Aku panggilkan dokter sekarang, ya? Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa!" Alzian menarik HP dari atas meja dan aku langsung menahannya ketika nada "tuutt" berbunyi. "Mas, aku nggak apa-apa. Cukup, aku mau kita istirahat. Aku capek," gumamku, sambil melewatinya menuju ranjang untuk melemparkan diri di atasnya. Saat hendak menarik selimut, mataku malah tertuju ke sana, ke bokser hitam Alzian yang kini terlihat semakin menonjol. "Tapi kalau kamu mau ambil madunya sekarang, aku siap, mas." Tanpa menunggu aba-aba, Alzian langsung melompat ke atas ranjang mengambil alih kedua tanganku dan membimbingnya menari di sebelah kepala kami. Mata kita saling mengunci satu sama lain. Hening, hanya suara kecupan yang mengisi kehampaan malam ini. Tiba-tiba suara lain muncul dari HP

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • MANTAN WITH BENEFIT   Sakitnya Luar Biasa

    Heksa────୨ৎ────જ⁀➴"Jadi, kenapa kamu tetap tinggalin dia di sana, sih, Heksa?" bentak Fenya yang sibuk menggulung perban di bahuku. Dia salah satu Komandan di akademi militer wanita, ya satu-satunya pembimbing yang paling galak sekaligus perhatian menurutku. "Padahal aku sudah nggak sabar mau lihat. Bagaimana, sih rupa wanita yang sudah bikin murid paling kuat di akademi ini jadi letoy.""Uh, sa—sakit," jeritku dengan mata melebar. Fenya pasang senyum jahilnya sambil mecubit bekas luka di bahuku. "Fenyaaaa! Sakit Fenyaaaa. Pleasee!""Nggak mungkin, pasti jauh lebih sakit di sana?" Matanya sempat melirik ke arah tonjolan kecil di celanaku, sebelum berpindah ke dada. "Ups, maksudku di sini," tangannya turun menunjuk ke belahan dadaku, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Jadi, sakit banget, ya, Heksa?"Aku mengangguk dan mengeluh,"Dia cinta sama cowok itu, bahkan sekarang sudah jadi suaminya, Fenya. Dan aku nggak bisa apa-apa sekarang selain melepasnya."Fenya mengulurkan lengan dan me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • MANTAN WITH BENEFIT   Malam Pertama

    Khalisa─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──જ⁀➴Seperti pengantin baru pada umumnya, malam pertama pernikahan adalah malam puncak kebahagiaan. Di mana kami berdua sibuk di atas ranjang berukuran raksasa dengan taburan bunga dan aroma wewangian yang menguar di ruangan.Ratusan amplop menggunung dari bawah lantai dan beberapa kado tersusun di atas meja. Tapi ada satu kotak yang menarik perhatianku ke sana. Sebuah kotak dengan simbol hati, tak sengaja terjatuh dan terbelah. Jam tangan mewah itu menetas, kemudian memantulkan cahaya dari lampu gantung yang sama mewahnya dari atas kepala kami."Mas, itu hadiah dari siapa?" tanyaku, dengan kesepuluh jari yang masih menempel di leher lelaki ini. "Nggak mungkin temanmu belikan barang semahal itu, kan?""Oh, mungkin Om Hendar, Sayang," balasnya sambil melepaskan setelan hitam ala keraton Jawa lengkap beserta blangkonnya yang tadi ia gunakan untuk menyambut tamu. Singkap batik yang membungkus tubuh bagian bawahnya sudah terlepas, hanya menyisakan bokser tipis berwarna

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • MANTAN WITH BENEFIT   Tamu Tak Diundang

    Dia masih tak bergerak. Mungkin sedang berusaha mencerna kata-kataku. Tanpa menunggu respon, akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku, "I love you, my Alzian!""Khal?" gumamnya. Suaranya terdengar berat, tertahan di tenggorokan. "Iya." "Ka—kamu bilang apa?" Raut wajahnya masih mencari-cari jawaban di mataku. Tapi dia nggak akan menemukannya di situ. Dia akan menemukannya di sini. Di bibirku yang mulai basah, "Mas, gak dengar?" desahku, "Atau emang pura-pura nggak dengar?" Dia geleng-geleng kepala. Ekspresinya polos. Sorot matanya sedikit lebih sayu daripada satu jam yang lalu, mungkin dia lelah. Baik. Mungkin dengan cara ini bisa membuatnya bergairah lagi. "Emmmmmmpp," begitu bibir kami menyatu, matanya seperti anak rusa. "Khal," desahnya lagi. Sekarang aku percaya dengan Alzian, suamiku. Karena menurut artikel yang pernah kubaca, lelaki yang belum pernah tersentuh oleh wanita, dia akan ejakulasi lebih cepat dari yang semestinya. Dan ini di luar dugaan, bahkan aku belum mele

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18

Bab terbaru

  • MANTAN WITH BENEFIT   Sakitnya Luar Biasa

    Heksa────୨ৎ────જ⁀➴"Jadi, kenapa kamu tetap tinggalin dia di sana, sih, Heksa?" bentak Fenya yang sibuk menggulung perban di bahuku. Dia salah satu Komandan di akademi militer wanita, ya satu-satunya pembimbing yang paling galak sekaligus perhatian menurutku. "Padahal aku sudah nggak sabar mau lihat. Bagaimana, sih rupa wanita yang sudah bikin murid paling kuat di akademi ini jadi letoy.""Uh, sa—sakit," jeritku dengan mata melebar. Fenya pasang senyum jahilnya sambil mecubit bekas luka di bahuku. "Fenyaaaa! Sakit Fenyaaaa. Pleasee!""Nggak mungkin, pasti jauh lebih sakit di sana?" Matanya sempat melirik ke arah tonjolan kecil di celanaku, sebelum berpindah ke dada. "Ups, maksudku di sini," tangannya turun menunjuk ke belahan dadaku, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Jadi, sakit banget, ya, Heksa?"Aku mengangguk dan mengeluh,"Dia cinta sama cowok itu, bahkan sekarang sudah jadi suaminya, Fenya. Dan aku nggak bisa apa-apa sekarang selain melepasnya."Fenya mengulurkan lengan dan me

  • MANTAN WITH BENEFIT   Bulan Madu

    "Khalisa, kamu nggak apa-apa, kan?" kejut Alzian, ketika melihatku bersama kedua pengawal yang saat ini menghilang di balik pintu. Matanya tak berhenti memperhatikan bahuku. "Kamu terluka?" "Oh, ini? Ak—" "Nggak-nggak! Aku panggilkan dokter sekarang, ya? Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa!" Alzian menarik HP dari atas meja dan aku langsung menahannya ketika nada "tuutt" berbunyi. "Mas, aku nggak apa-apa. Cukup, aku mau kita istirahat. Aku capek," gumamku, sambil melewatinya menuju ranjang untuk melemparkan diri di atasnya. Saat hendak menarik selimut, mataku malah tertuju ke sana, ke bokser hitam Alzian yang kini terlihat semakin menonjol. "Tapi kalau kamu mau ambil madunya sekarang, aku siap, mas." Tanpa menunggu aba-aba, Alzian langsung melompat ke atas ranjang mengambil alih kedua tanganku dan membimbingnya menari di sebelah kepala kami. Mata kita saling mengunci satu sama lain. Hening, hanya suara kecupan yang mengisi kehampaan malam ini. Tiba-tiba suara lain muncul dari HP

  • MANTAN WITH BENEFIT   Keluarga Sunya

    Aku tahu ini salah, membiarkan masa lalu hadir di tengah-tengah titik balikku. Merelakan Alzian telentang di sana, sedangkan aku harus melawan kepalaku sendiri. Pening. Berat.Dia hilang lagi, setelah ciuman tadi. Meninggalkan kalimatnya yang sampai kini belum bisa kucerna, "Kamu harus hati-hati sama keluarga suami kamu, Khal!"Begitu saja, dan dia langsung kabur entah ke mana. Hanya terdengar decakan sepatu yang menghantam lantai dengan cepat di lorong dan suara tembakan dari luar rumah.Semua yang terjadi malam ini membuatku berteriak, "Heksaaaa! Kenapa aku harus percaya sama kamu? Kamu itu siapa, sih sebenarnya?"Meski ruangan ini sudah kembali bercahaya, tapi tetap saja penglihatanku tentang masalah ini masih gelap. Aku berkeliling di ruangan ini, merapikan barang-barang yang sempat terjatuh dari meja dan ke kamar mandi untuk membasuh tubuhku yang sudah tidak suci lagi.Sepanjang perjalanan aku menemukan jejak merah Heksa menggenang di lantai marmer berwarna putih. Kita sama-sam

  • MANTAN WITH BENEFIT   Cinta Lama

    Kenapa dia bisa ada di sini?Aku segera merapikan kebayaku, mengamati ke sekeliling dengan sorot flash di HP. Saat kutujukan cahaya itu ke bawah perut, kedua belah pahaku telah berlumuran tinta putih. Dengan lengkah cepat aku menuju ke hadapannya."PLAKKK!!!" Stempel basah dari telapak tanganku menandai pipinya. Air mata tak sabar lagi menunggu turun dari pelupukku. "Heksa! Kamu gila ya! Mana Alzian? Kamu apakan dia, hah?"Senyum nakal yang semula menyempurnakan wajah culasnya, kini berubah dengan kerutan dahi. Matanya membelalak sedangkan bibirnya membentak, "Khalisa! Aku cinta kamu!" Dia bangkit dari sana untuk menyamai posisi wajah kita. "Harusnya kamu nikah sama aku, bukan dia!""Dan harusnya kamu, nggak menghilang begitu saja. Itu sama artinya kamu buang aku, tahu, gak?" Telunjukku menodong keningnya, baru kali ini aku bersikap garang kepada seseorang. Aku benci dia, aku benci semua yang dia lakukan kepadaku malam ini. "Kamu kira aku mau melakukan ini semua, sama kamu?"Heksa han

  • MANTAN WITH BENEFIT   Gelapnya Malam

    Akhirnya aku sampai di kamarnya Alzian. Kamar di mana seharusnya aku berada. Meski ada sedikit penyesalan saat tadi aku memutuskan keluar, setidaknya sekarang aku sudah aman.Dia masih terlelap dengan bokser hitamnya. Memeluk bantal dengan posisi miring membelakangiku. Aku berdiri sejenak di ambang pintu dan berpikir, " Aku marah kalau Alzian pernah melakukannya dengan wanita lain, tapi kenapa justru aku sendiri yang melakukannya dengan Heksa?"Aku menutup pintu, menguncinya agar tak seorang pun bisa masuk ke kamar kami tanpa izin. Tapi saat aku balik badan ke arah springbed, Alzian sudah duduk manis dengan bantal di pangkuannya."Sayang, ronde ke dua, yuk?" pekiknya sambil melempar senyum jahil."Hah, a—apa?" balasku dengan terbata-bata. Aku cepat-cepat menuju kamar mandi, jangan sampai Alzian curiga. "Aku capek, mas, habis ngeladenin tamu-tamunya Mama.""Ayo, lah, aku udah naik lagi, nih!" Suara langkah kaki terdengar di belakangku, semakin dekat, sebelum kedua tangan berhasil mence

  • MANTAN WITH BENEFIT   Embun Jendela

    Entah gerakan apa yang telah kami berdua lakukan, sampai-sampai hanya keringat yang menyelimuti kulit. Tubuh Heksa mulai licin, aroma atletis menguar dari tubuhnya. Kepalaku bersandar di kaca pintu dengan kedua lutut terangkat. Jemari kita masih besatu, menari dalam ruangan sempit ini."Khal?" desah Heksa di dalam bibirku sebelum berpisah. "Jadi, kamu benar-benar mencintai suamimu atau nggak?""Iya, aku mencintainya." Jawabanku membuatnya terkejut.Entah kenapa hentakan Heksa semakin kuat dan cepat. Meski aku setegah mati menahan rasa sakitnya, itu tak membuat Heksa menyerah. Justru membuatnya lebih beringas dan ekspresi wajahnya berubah. Sekarang ada setitik emosi di matanya."Bagus! Jadi aku nggak perlu bingung memutuskan.""Memutuskan untuk apa?""Aku nggak mau menitipkan buah cintaku kepada seseorang yang mencintai orang lain.""Jadi?""Anggap saja kita have-fun malam ini!"Have-fun?"Egois!" jeritku dalam hati.Tega sekali dia bicara seperti itu, setelah aku merelakan semua ini.

  • MANTAN WITH BENEFIT   Cinta Itu Kebersamaan

    Untung saja reflekku secepat kilat, mengayunkan tangan kita ke samping. Tapi tetap saja peluru itu menembus tubuh Heksa. Bahu kanannya, bahu tempat di mana dulu air mataku sering jatuh. Sekarang justru darah yang ada di sana."Heksaaa!!" Air mataku terjun entah ke mana. Aku berlutut, senyum tenang mulai pudar dari wajah datarnya. Dia terbaring, tangannya berpisah dari Revolver itu, tergeletak begitu saja. Lemah, tapi tetap saja tatapan dingin itu mengunci mataku. "Kamu gila, Heksa!""Jadi, kenapa aku masih hidup, Khal?" gumam Heksa, berusaha meraih Revolvernya kembali. "Harusnya tempatku bukan di sini."Tanpa berpikir panjang, aku meraih pipinya dengan kedua tanganku. Seketika bibirku mendarat di bibirnya, rasanya masih sama seperti dulu, tipis, basah, lembut, dan tenang tanpa ada perlawanan.Apa dia selalu begitu?"Khal?" gumamnya sambil menatap langit.Bibir kami berpisah sebelum aku mengatakan, "Iya?""Kamu percaya, kalau perasaanku akan selalu seperti ini?"Aku mengangguk.Aku ras

  • MANTAN WITH BENEFIT   Tamu Tak Diundang

    Dia masih tak bergerak. Mungkin sedang berusaha mencerna kata-kataku. Tanpa menunggu respon, akhirnya kata-kata itu keluar dari mulutku, "I love you, my Alzian!""Khal?" gumamnya. Suaranya terdengar berat, tertahan di tenggorokan. "Iya." "Ka—kamu bilang apa?" Raut wajahnya masih mencari-cari jawaban di mataku. Tapi dia nggak akan menemukannya di situ. Dia akan menemukannya di sini. Di bibirku yang mulai basah, "Mas, gak dengar?" desahku, "Atau emang pura-pura nggak dengar?" Dia geleng-geleng kepala. Ekspresinya polos. Sorot matanya sedikit lebih sayu daripada satu jam yang lalu, mungkin dia lelah. Baik. Mungkin dengan cara ini bisa membuatnya bergairah lagi. "Emmmmmmpp," begitu bibir kami menyatu, matanya seperti anak rusa. "Khal," desahnya lagi. Sekarang aku percaya dengan Alzian, suamiku. Karena menurut artikel yang pernah kubaca, lelaki yang belum pernah tersentuh oleh wanita, dia akan ejakulasi lebih cepat dari yang semestinya. Dan ini di luar dugaan, bahkan aku belum mele

  • MANTAN WITH BENEFIT   Malam Pertama

    Khalisa─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──જ⁀➴Seperti pengantin baru pada umumnya, malam pertama pernikahan adalah malam puncak kebahagiaan. Di mana kami berdua sibuk di atas ranjang berukuran raksasa dengan taburan bunga dan aroma wewangian yang menguar di ruangan.Ratusan amplop menggunung dari bawah lantai dan beberapa kado tersusun di atas meja. Tapi ada satu kotak yang menarik perhatianku ke sana. Sebuah kotak dengan simbol hati, tak sengaja terjatuh dan terbelah. Jam tangan mewah itu menetas, kemudian memantulkan cahaya dari lampu gantung yang sama mewahnya dari atas kepala kami."Mas, itu hadiah dari siapa?" tanyaku, dengan kesepuluh jari yang masih menempel di leher lelaki ini. "Nggak mungkin temanmu belikan barang semahal itu, kan?""Oh, mungkin Om Hendar, Sayang," balasnya sambil melepaskan setelan hitam ala keraton Jawa lengkap beserta blangkonnya yang tadi ia gunakan untuk menyambut tamu. Singkap batik yang membungkus tubuh bagian bawahnya sudah terlepas, hanya menyisakan bokser tipis berwarna

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status