Sudah seminggu kami tinggal di rumah baru, memulai kehidupan dan membuka lembaran cerita yang penuh harapan. Berharap bahwa hari esok lebih baik daripada hari-hari kemarin dan kejadian pahit tidak terulang lagi.Ibuku mulai berbenah dan memikirkan sekiranya usaha apa yang akan dia lakukan sementara aku juga memikirkan tentang pendidikan dan sekolahku. Kuputuskan untuk pindah sekolah ke sekolah terdekat agar aksesnya lebih cepat dan hemat, sementara Bunda memutuskan untuk melanjutkan usaha laundry dan membuka warung kecil-kecilan. Kami mungkin tidak bisa membuka kedai makanan laut atau coffee shop secepatnya karena itu membutuhkan biaya besar, aku dan Bunda untuk sementara ini harus hidup prihatin dan hemat serta giat menabung agar harapan yang kami cita-citakan terlaksanakan.Hidup kami berjalan lancar dan damai, dari pagi hingga malam kami beraktivitas dan berusaha untuk saling menceriakan hati masing-masing, tidak ada lagi pembahasan tentang kesedihan atau tentang ayah. Juga memban
Saat setelah aku mengatakan kata-kata itu Ayah tiba-tiba meneteskan air mata sambil menutup matanya dengan ujung jari. Dia terdiam tapi nafasnya terdengar naik dan turun. Ada Isakan kecil yang berusaha ia sembunyikan tapi aku mendengarnya."Kenapa?" tanyaku lirih."Ayah hanya sedih saja karena kalian memutuskan untuk pergi dari kota demi menghindari ayah.""Kalau sudah tahu begitu kenapa ayah menyusul!"Pria itu mendongak menatapku dengan tatapan terbelalak. Dia memandang ibuku dengan pertanyaan dan rasa penasaran yang sama tapi Bunda hanya mengangkat bahunya tanda dia tidak mengerti dan tidak mau ikut campur. Kadang aku mengerti kalau Ayahku sedikit terkejut dengan kata-kata dan ucapan diri ini yang cukup pedas. Bahkan kedewasaan dan temperamen serta ucapanku, melebihi orang dewasa. kadang aku menyadari itu dan malu pada diri sendiri Tapi jujur saja aku tidak sengaja, saat bertemu dengan ayah selalu saja emosi dan dendam itu terkuak dari hatiku."Ayah, Ayah tahu begitu besarnya perju
Dunia ini ada berbagai jenis laki laki, tapi umumnya dibagi menjadi dua, salah satunya adalah lelaki yang bijaksana dan setia memegang komitmen dan satu lagi yang mudah terpengaruh dan hanya mementingkan dirinya sendiri.Ayahku adalah jenis lelaki kedua yang mudah dipengaruhi dan hanya memikirkan kebahagiaan hidupnya sendiri. Pikirannya hanya berputar tentang kejadian jangka pendek saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya dan dampaknya akan seperti apa pada kehidupan orang-orang sekitarnya. Yang Ayah tahu Ayah harus bahagia, dia tidak memperdulikan tentang apa yang akan terjadi padaku dan ibuku juga dia tidak bisa menjamin dirinya akan benar-benar bahagia dengan istri barunya.Buktinya sekarang .... Ya tersungkur dan bersujud dihadapan kami dalam keadaan masih memegang tongkatnya karena patah kaki, cedera akibat kecelakaan tempo hari."Ayah jauh-jauh datang kemari dengan diantar oleh istri Ayah hanya untuk mengemis kasih sayang dan cinta kami?" tanyaku dengan sinis, aku
Kunaiki lagi anak tangga berkelok menuju rumah mungilku dengan Bunda. Kutemui wanita yang masih terduduk sedih sambil menatap cakrawala dan lautan yang membentang luas di bawah kami. Tatapan Bunda yang kosong serta rambut Bunda yang tertiup angin membuat Dia terlihat sangat cantik sekaligus menyedihkan.Aku tahu persis sangat dalam cinta di hati Bunda terhadap ayah. Bahkan mungkin jika aku harus memberinya penghargaan wanita terbucin di dunia maka Bunda adalah pemenangnya. Bunda selalu punya alasan untuk memaafkan mantan suaminya dan memberinya kesempatan. Namun untuk saat sekarang ini, semuanya sudah selesai, Aku sudah melarang Ibuku untuk memberi Ayah kesempatan lagi.Mungkin nanti, mungkin setelah luka-luka di dalam hatiku sembuh, baru aku biarkan kedua orang tuaku untuk bersama lagi. Itupun kalau Ayah punya kesadaran dan mau kembali kepada kami. Di sisi lain jika dendam dan sakit hatiku mulai timbul, aku benar-benar tidak sudi menerima Ayah lagi untuk kesekian kalinya. Cukup suda
Informasi yang bisa kutangkap dari nama pakaian dan selimut bayi itu, bahwa ia sedang dirawat di rumah sakit Ibu Anak yang cukup terkenal di kota.Bayi itu nampak lemah dan banyak sekali selang-selang yang menancap di tubuhnya. Nafasnya terlihat cepat dan putus putus. Dari video yang diunggah ayah, beliau meminta doa kepada kerabat dan teman-temannya agar bayinya segera sehat."Anak lelaki yang sudah lama saya tunggu kedatangannya dunia ini sedang sakit, saya mohon doanya teman teman, agar komplikasi yang sedang dialami anak saya segera membaik dan sembuh."Ayah menulis seperti itu pada captionnya yah mengharap sekali sebua keajaiban. Sebenarnya kasihan sekali dengan bayi itu, tapi, sudahlah aku tidak bisa berbuat banyak, biar orang tuanya yang ambil tindakan terbaik untuk anak mereka.*"Bunda mau kemana?" tanyaku pada Bunda yang keesokan paginya terlihat sangat rapi dan wangi."Mau pergi ke rumah sakit untuk kontrol.""Kontrol apa?""Kolesterol dan gula darah, belakangan Bunda se
Pukul 11.00 malam aku dan Bunda membersihkan kedai dan menutupnya. Kami kembali ke kamar setelah menutup gerbang dan membuang sampah.Usai mandi dan mengenakan piyama yang nyaman aku berbaring dan mengambil ponselku untuk melihat pesan-pesan wa dan status beberapa sahabatku. Aku juga melihat lihat Facebook dan membaca postingan orang orang secara random, ada yang lucu, ada yang tragis, ada pula yang sedih. Salah satu postingan yang lewat adalah postingan Tante rindi, dia memposting kedukaan Ibu tiriku, suasana di rumah duka yang diliputi kesedihan dan orang-orang yang terus meneteskan air mata. Ibu tiriku terlihat tidak mampu menahan kesedihannya, terus dia terus memeluk bayinya dan saat seorang wanita meminta anaknya dari pelukannya untuk di mandikan, wanita itu terlihat menggeleng dan tidak rela."Jangan rebut anakku, Setelah begitu lama ia mengenakan selang-selang itu. Aku masih ingin merasakan mendekapnya," jawab wanita itu dengan histeris."Riska kendalikan dirimu, bersabarlah s
"Bunda apa yang sudah bunda lakukan?""Sudah kubilang aku membalas semua dendam, aku menghilangkan alasan penderitaan dan kesakitanmu. Membalas semua rasa kehilangan dan sakit hatiku akibat kematian putriku. Kiri aku sudah puas dan aku rela menerima hukumanku!"Bunda terlihat tegas saat mengatakan kalimat itu, tidak ada sedikitpun roman ketakutan atau kekhawatiran di dalam dirinya. Memang, aku melihat jauh di di dalam bola matanya dia menyimpan kesedihan tapi dibalik semua itu bunda terlihat puas melakukan niatnya."Bunda, nggak tahu konsekuensi yang akan terjadi di dalam penjara sana, orang-orang akan menghukum dan menyakiti bunda kalau mereka tahu kalau bunda sudah membunuh seseorang! Udah tahu kan di setiap kamar pasti ada kepalanya dan mereka pasti akan menyakiti bunda sampai mereka puas dan menjadikan bunda sebagai hiburan juga sarana bully.""Aku tidak peduli! akan aku jelaskan mengapa aku melakukannya, aku yakin mereka akan mengerti!""Tidak semua orang akan mengerti! Justru m
Tak sadar aku telah tertidur di ruang tamu karena kelelahan dan menangis tadi malam lalu terbangun saat cahaya matahari tepat di mataku. Untungnya ini hari Minggu, dan aku telat bangun karena kesiangan."Bunda ...."aku mengedarkan pandangan dan memperhatikan seluruh sudut rumah yang terlihat sepi dan belum dibereskan. Pikiranku kemudian kembali kepada kesadaran bahwa bunda sudah tidak ada lagi di rumah ini. Dia sekarang ditahan di jeruji besi dan hanya aku dia sendirian di sini.Aku ingin menangis tapi aku sudah tak sanggup lagi untuk mengeluarkan air mata. Pikiranku kosong dan hatiku kebas. Ada keputus asaan yang sulit aku pahami dan tidak bisa kujabarkan dengan kata-kata. Segalanya terasa abu-abu baik tentang hari esok dan masa depanku. hatiku hampa tanpa kehadiran bunda setelah kehilangan ayah dan segalanya aku mulai merasakan bahwa hidupku dipenuhi dengan penderitaan dan masalah.Aku teringat dengan ancaman keluarga Tante Riska yang mengatakan bahwa aku tidak bisa bersekolah d