Home / Romansa / MAHAR 2 JUTA / Part 4 Menantu Idaman

Share

Part 4 Menantu Idaman

Author: Lubalubb
last update Last Updated: 2024-10-17 14:59:26

Tak mengenal satu sama lain, Ayman dan Diajeng saling diam. Pernikahan mereka adalah keinginan banyak orang, namun tidak dengan Ayman. Meski sudah tak begitu terfikirkan oleh Maisya, Ayman sebenarnya ingin lebih fokus pada pengiriman peserta perwakilan lomba bulan depan. Namun pada kenyataannya semua hanya keinginan belaka.

Ayman tak tahu harus berbuat apa. Banyaknya tamu di kediaman kiai Dahlan membuatnya masih terselamatkan. Entahlah, dia akan seecepatnya membuka hatinya lagi atau malah sebaliknya. 

Diajeng mengerti, Ayman sangat terpaksa menikah dengannya. Bahkan Ayman seakan enggan duduk bersampingan dengannya. Ayman juga langsung menjauhi Diajeng, ketika penghulu telah berpamitan pulang. Senyum semringah Ayman pun hanya karena ada Omanya yang terlihat bahagia. Diajeng merasa bersalah dan tak ingin berada di posisinya seperti saat ini.

"Ajak istrimu ke kamar yang tadi Nak," bisik Oma.

"Gak mau. Ngapain Oma!"gerutu Ayman tak kalah lirihnya.

Oma Maimunah tertawa, dia hanya ingin menggoda cucunya tapi malah di tanggapinya serius. Beruntungnya mereka berada di tempat yang jauh dari banyak orang. Tawa oma membuat Ayman ngedumel sendiri, bak perempuan yang sedang bergosip. 

"Nanti jangan tidur di asrama, sewalah hotel di dekat sini. Agar kalian bisa saling mengenal satu sama lain," tutur oma bijak. 

"Ogah, nikah saja terpaksa. Sudahlah Oma jangan dulu memeperkeruh hati cucumu ini," rengek Ayman.

Tanpa mereka sadari, Diajeng berada di dekat mereka. Niatnya yang hanya ingin menghampiri Ning Maya di belakang, malah mendengarkan dua keluarga barunya itu berbincang. Airmatanya luruh kembali, sebisa mungkin dia memghindar agar keberadaannya tak terlihat oleh mereka. 

"Maafkan aku Maisya," batin Diajeng.

                              ***

Keluarga besar Maisya yang kalang kabut karena tak menemukan Maisya di kamarnya, akhirnya mereka bisa bernafas lega. Maisya pulang dari pesantren dengan wajah bengkak. Tanpa menyapa semua orang yang berada di rumahnya, Maisya langsung masuk kamar dan mengunci pintu. 

Jika di pesantren sedang berlangsung pernikahan sederhana Ayman dan Diajeng. Di rumah Maisya juga ramai menyambut calon suami baru Maisya. Maisya yang tahu akan hal itu, dia ingin menemui Ayman di pesantren secara diam-diam. Tujuannya agar Ayman mau memperjuangkan rencana pernikahannya kembali. Namun niat hati Maisya malah di jawab dengan hal menohok yang membuatnya kembali merasa hancur. 

Di luar rumah, tamu yang meminang Maisya sudah datang. Sedangkan Maisya masih mengurung diri di kamarnya. Beberapa keluarganya sudah membujuk dan Maisya tetap pada pendiriannya. 

"Tak dobrak saja ya," usul salah satu sepupu Maisya. 

"Iya terserah."

"Jangan, kasihan Maisya."

"Dobrak saja."

"Jangan Mbak, posisikan kalian pada Maisya." 

"Halah, calonnya yang sekarang anaknya Pak Camat loh."

"Nanti lama-lama juga cinta, ribet amat. Dobrak saja."

Ceklek

Keluarga Maisya yang berdebat di depan kamar Maisya, terpesona dengan perempuan yang sejak tadi menjadi bahan pembicaraan. Gadis yang sempat kabur dan datang dengan wajah tak beraturan tersebut, sekarang telah berdiri di depan tegap di depan keluarganya. Maisya berdandan layaknya perempuan yang akan melaksakan lamaran sesugguhnya. Mata merah juga wajah yang bengkak itu sudah tertutupi oleh make up natural soft. Penampilannya membuat semua keluarga Maisya terpesona.

"Aku dah siap, gak usah di dobrak segala." 

"Maisya!" 

Bu tutik yang baru masuk ke dalam langsung memeluk anak perempuannya itu. Dia yang niatnya ingin mengomel dan marah, sirna sudah semuanya. Akhirnya putrinya itu bisa di banggakan juga.

"Ayo keluar, Rudi ingin langsung menikah. Dia tak ingin kehilangan kamu lagi," ungkap Bu Tutik. 

Di tuntunnya Maisya pelan-pelan. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Keluarga Maisya pun tak kalah kagetnya, mereka tak memyangka Maisya akan mau menerima lamaran dari Rudi.

Setelah menyalami keluarga besar Rudi, Maisya duduk manis di apit oleh ibu Rudi dan ibunya. Tak ada yang mengetahui isi hati Maisya, senyum malu-malunya tetap sama dengan Maisya yang dulu. Lalu, apakah maisya benar-benar menerima semua itu?

"Nak Maisya siap kan kalau menikah sekarang?" tanya ibu Rudi. 

"InsyaAllah Siap Bu," jawab Maisya manis.

Keluarga dua pihak langsung mengurus semua berkasnya. Rudi yang notabene anak seorang camat kecamatan setempat, perkara tersebut sangatlah mudah bagi mereka. Penghulu, MUA, dekorasi dan fotografer juga langsung di datangkan saat itu.

Sembari menunggu surat nikah dan semua persiapan di langsungkan, Maisya langsung di make up oleh mua artis ternama di kotanya. Tanpa ada drama ataupun perlawanan lagi dari Maisya, semua berjalan lancar. Para tetangga pun banyak yang berdatangan, mendengar Maisya akan melaksanakan akad nikah malam itu.

Keluarga Maisya berulangkali menanyakan kesiapan Maisya. Mereka tak ingin Maisya mempermainkan pernikahan dan lelaki lain yang tak bersalah. Mereka yang peduli dengan Maisya juga selalu menguatkan hati gadis berlesung pipi tersebut. Memberi kehangatan yang beberapa hari ini dilanda kesedihan. 

Tepat ketika adzan isya berkumandang, ibu Maisya memasuki kamar putri sulungnya. Dengan sangat bangga dan tak pernah merasa bersalah, bu Tutik memamerkan pada MUA semua yang di berikan calon memantunya untuk putrinya. Maisya tersenyum getir, menahan malu dan kekesalan di hatinya.

"Ayo Nak kita keluar sekarang saja, akad nikah juga akan segera di mulai," ujar bu Tutik lembut.

"Aku disini saja Bu, kita belum halal. Jadi lebih baik Maisya keluar kalau akad nikah sudah selesai," jawab Maisya.

"Ya sudah, Ibu keluar dulu ya. Nanti biar Rudi yang menjemputmu langsung," pungkas ibu Tutik dan Maisya hanya menangguk pasrah.

Setelah ibunya keluar, Maisya mengunci pintu. Disana ada dua MUA yang masih menemani Maisya sembari beristirahat. Setelah kembali di kursi yang berada di depan cermin, tangis Maisya pecah. Apalagi ketika suara penghulu sudah mulai terdengar dari kamar. MUA yang tadi hanya menyangka Maisya nangis karena haru pun menjadi panik, mereka berusaha menenangkan pengantinnya dan sedikit memperbaiki kerudung Maisya yang meleyot.

"Saaaah." 

"Ya Allah," lirih Maisya. 

Maisya seketika itu menghentikan tangisannya dan dua MUA tadi gerak cepat membenahi make up Maisya. Meski make up mereka waterpruff, namun ada beberapa titik yang perlu mereka kembalikan seperti sebelumnya. MUA tahu, kalau Maisya tak menginginkan pernikahan tersebut, tapi MUA juga tak menyangka jika Maisya akan menangis hebat seperti tadi. MUA yang awalnya mengira Maisya sudah ikhlas itu, kini menyadari satu hal. Sekuat dan sekokohnya hati manusia, tetap di ruang terdalamnya terdapat rasa kecewa, sedih, hancur dan terpaksa. Dari situ dua MUA tadi bisa belajar, bahwa anak akan tetap terluka meski dia mau menuruti paksaan dari orang tuanya.

"Maisyaaa, buka pintunya." 

"Ayo Mbak, temani aku kedepan," pinta Maisya pada salah satu dari kedua MUAnya.

"Ayo."

Tirai di buka, para tamu bisa melihat dengan jelas kedatangan Maisya. Pengantin pria yang memang sudah menunggu istrinya, tersenyum sangat bahagia. Gadis cantik nan sholihah yang sudah di incarnya sejak lama itu, akhirnya menjadi miliknya juga.

Jika di lihat, tak sedikit Maisya menerima seserahan dari rudi dan semuanya tampak mahal. Walau begitu, hati Maisya masih sakit. Rudi yang melihat mata Maisya berkaca-kaca itu, segera memeluk istrinya. Sorak ramai pun terdengar, lalu di ciumlah kening sang istri. Semua kamera terarah pada mereka, pasangan yang semoga bisa awet dan langgeng hingga maut memisahkan.

"Maafkan aku, aku akan menghapus rasa sakitmu. Aku janji kamu pasti bahagia hidup bersamaku," bisik Rudi.

Maisya memandang Rudi, suaminya itu yang berparas memawan. Hatinya bergemuruh, bibirnya pun melengkung dengan sendirinya. Dia percaya, pasangannya bukanlah lelaki nakal yang gemar mempermainkan wanita.

"Semoga aku segera bisa membuka hatiku untukmu," balas Maisya tak kalah lirihnya.

Rudi mengangguk mengerti, lalu kembali mendengarkan serangkaian acara dengan senantiasa menggenggam tangan istrinya. MUA yang sedari tadi memperhatikan tingkah pengantinnya tersebut hanya bisa berdecak kesal sendiri. Mulutnya tak henti-hentinya mengomel, bahkan beberapa orang yang berada di sampingnya sampai tertawa mendengarnya.

"Ya begitu kalau sudah ngerti orang ganteng, hatinya bisa luluh sendiri. Belum lagi kalau dapet uang bulanan banyak, yang lain hanya pemeran kontrak tanpa bayaran."

"Mulutmu apa gak pegel toh Mbak, dari tadi kog ngoceh mulu. Aku loh sampek terhibur," sahut seseorang di sampingnya. 

"Habis ini pasti pengantinnya pasti lansgung hamil. Awas ae nanti kalau nangis-nangis lagi. Tak pites-pites pokoke," ujarnya sembari tertawa puas.

"Awas Mbak."

                             ***

                        

Related chapters

  • MAHAR 2 JUTA    Part 5 Gaji UMR

    Hari semakin malam, para tamu juga sudah pulang. Tersisakan opa oma Ayman yang memang memutuskan untuk bermalam di pesantren. Sedangkan Diajeng pun memilih untuk kembali ke asramanya. Meski ning Maya sudah memintanya agar tidur bersamanya di ndalem, Diajeng masih dengan pendiriannya, apalagi suaminya tak ada ucapan apapun kepadanya.Kiai Dahlan tak bisa memaksakan kehendak Ayman. Omanya yang sesama perempuan dengan Diajeng hanya mengomel sepanjang waktu. Namun Ayman tak menghiraukan itu. Dia hanya ingin menenangkan hatinya sendiri tanpa ada seseorang di sampingnya. Diajeng tak pernah putus dari doanya, berharap Ayman segera membuka perasaannya. Berada dalam satu atap yang sama dan menjadi keluarga kecil bahagia. Tuhan itu maha adil, garis yang di rencanakanya lebih indah dari keinginan makhluknya."Eh, Ustadz Ayman jadi menikah sama Maisya itu kan sih Jeng?" tanya salah satu teman sekamar Diajeng. Diajeng menggeleng, hatinya sakit. Meski tak ada santri yang mengetahui pernikahannya

    Last Updated : 2024-10-17
  • MAHAR 2 JUTA    Part 6 Diajeng

    Diajeng, gadis manis itu terlahir dari rahim permpuan bernama Anjani. Ayahnya bernama Bayung Prasetyo, pemilik usaha laundry terbesar di kotanya. Meski terkenal dari keluarga kaya raya, Diajeng selalu di ajarkan oleh orang tuanya untuk selalu merendahkan hatinya. Jika pun berteman, orang tuanya selalu berpesan agar tak membeda-bedakan semua temannya, baik kaya atau miskin. Diajeng bukan tipe perempuan berkulit putih, tinggi semampai. Dia bertubuh kecil sedikit gemuk, wajahnya manis tak membuat mata bosan memandang. Hal tersebut menurun dari ayahnya, yang memang terlahir dari keluarga berkulit sawo matang. Teman kecil Diajeng adalah Maisya. Rumah mereka juga berhadapan. Maisya kecil tak pernah mempunyai teman. Ibunya yang sombong dan suka marah teriak-teriak, mambuat teman-teman Maisya menjauhinya. Berbeda dengan Diajeng, dia selalu mengajak Maisya bermain, agar Maisya bisa merasakan masih mempunyai teman.Sejak kecil Diajeng sudah di karuniai otak cemerlang. Karep kali dia mengikuti

    Last Updated : 2024-11-05
  • MAHAR 2 JUTA    Part 7 Hadiah Untuk Ibu Mertua

    "Assalamualaikum halo Bu Anjani, ini Ayman sama Diajeng sudah dapat rumah yang akan di tempati. Nanti alamatnya saya kirimkan saja, tapi Bu Anjani kalau kesini jangan malam ya. Kasihan pengantin baru, keganggu. Ya sudah mau ngabarin itu saja, Assalamualaikum."Diajeng tersipu malu sedangkan Ayman menatap Oma Maimunah sengit. Mereka bertiga tak mengikuti opa yang mengelilingi rumah. Kejahilan oma pada cucunya tersebut membuat oma terlihat lebih sehat dan bahagia. "Acara kamu bagaimana Nak, jangan sampai kamu membuang uang di vendor sia-sia.""Tidak boleh di batalkan oleh Pak Kiai Opa," jawab Ayman lesu."Ya berarti hari itu kamu nikah secara negara dengan Diajeng. Mbak-Mbakmu juga sudah booking mua dan baju keluarga," sahut Oma."Itu sih emang Mbak Nana dan Mbak Lala aja yang emang suka heboh. Tapi boleh juga lah ide oma," kata Ayman. "Oke, semua biar di urus Mbakmu saja. Kasih tahu semuanya, pihak besan biar nanti di urus Mbakmu juga." Pungkas opa sembari memainkan ponsel yang ada d

    Last Updated : 2024-11-06
  • MAHAR 2 JUTA    Part 8 Memasak

    Kangen? Iya. Sebagai perempuan yang memang telah lama memendam perasaannya kepada suami, Diajeng seringkali memimpikan kebersamaannya berdua. Mereka yang hanya berada satu atap ketika hari libur pesantren saja, membuat Diajeng masih ingin berlama-lama bersama suami. Namun Diajeng tak pernah protes, dia tetap menikmati semua keputusan suaminya. Resepsi memang sengaja di undur oleh kedua belah pihak. Mereka tak ingin membuat acara hanya sekedar selesai dan puas saja. Mereka ingin memberikan kesan tersendiri yang bisa di kenang seumur hidup oleh sepasang pengantinnya. Di pesantren, para santri hanya mengetahui bahwa Ayman selalu memperhatikan Diajeng. Mereka beranggapan bahwa Ayman menyukai Diajeng. Isu tersebut sudah menyebar dan hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Diajeng. Diajeng bahagia ketika dia menjadi pusat gunjingan para santri perihal Ayman. Dia juga selalu mengaminkan ketika ada yang mendoakan supaya mereka berjodoh. Bagi teman Diajeng, Ayman memang lebih cocok dengan di

    Last Updated : 2024-11-07
  • MAHAR 2 JUTA    part 9 Hamil

    Maisya tak bisa lagi menopang badannya untuk berdiri. Meski ibu mertua sudah memanggilnya bolak balik, Maisya juga tak menyahutinya. Tubuhnya menggigil dan mulutnya seolah terkunci, matanya tertutup dan hanya meneteskan air mata. Bu Dini, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Bu camat itu menghampiri Maisya di kamarnya. Bu Dini memeriksa semua tubuh Maisya dan dibuat kaget ketika mendapati menantunya tersebut demam tinggi. Tanpa menunggu siapapun lagi, Bu Dini bergegas menghubungi dokter keluarganya. "Maaf Bu, saya lagi dinas keluar kota."Balasan yang membuat Bu Dini lemas. Namun dia langsung berlari meminta bantuan pada tetangganya untuk membawa menantunya itu ke rumah sakit. Meski ragu, Bu Dini tetap mengetuk pintu rumah tetangganya. Betapa kagetnya Bu Dini, saat Diajeng yang membuka pintu. Lalu lebih terkejut lagi, ketika Ayman menyusul keluar. Walaupun sedikit sungkan, Bu Dini tetap pada tujuannya. "Maaf Nak Diajeng, saya ingin meminta bantuan. Tolong bantu angkat Maisya ke

    Last Updated : 2024-11-08
  • MAHAR 2 JUTA    Part 10 Persiapan Lomba

    Malam hari, suami dan orang tua Maisya telah tiba di rumah sakit. Kegembiraan dan kabar bahagia itu akhirnya sampai pada mereka. Bahkan berkali-kali Rudi mencium kening Maisya di depan banyak orang. Dibalik senyumnya yang tak pernah pudar, Maisya merasa bersalah dengan perlakuannya pada Diajeng. Ibu Dini, mertua Maisya sedikit berbeda setelah kepergian Diajeng. Ibu Dini dengan jelas melihat Maisya dan Diajeng mengobrol. Maisya bahkan sudah tahu jika yang membawanya ke rumah sakit adalah sahabatnya. Sakit hatinya masih tercetak jelas, ketika melihat Diajeng menikah dengan Ayman saat itu. Maisya telah bahagia hidup bersama Rudi. Rudi yang royal dan tak pernah perhitungan itu tak ingin membuatnya merasa terkekang. Rudi bahkan selalu mengajaknya jalan-jalan ketika hari libur. Entah kenapa Maisya masih terbayang dengan pernikahan Diajeng. Baginya Diajeng adalah orang ke tiga yang merebut kekasih hatinya. Diajeng telah merusak apa yang seharusnya di milikinya. Melihat wajah Rudi yang ter

    Last Updated : 2024-11-09
  • MAHAR 2 JUTA    part 11 Undangan

    Para santri putra putri duduk khusyuk mengikuti doa bareng dan dzikir bersama dalam rangka pelepasan santri yang mengikuti perlombaan di Jawa Timur. Mereka yang terpisah oleh ndalem pak kiai dan putra putrinya itu tetap bisa mengikuti acara dengan di sambungkan. Di aula putri terpampang layar besar yang bisa di saksikanya semua rangkain acaranya. Perwakilan dari santri putri yang mengikuti ajang perlombaan kali ini juga sudah siap dan mengikuti acara. Ada sepuluh santriwati termasuk Diajeng. Diajeng bersanding dengan ibunyai lalu baru di susul temannya lainnya.Di layar yang terpampang lebar, terlihat dengan jelas Ayman dengan takdzim mengikuti dzikir. Diajeng tersenyum simpul mengetahui suaminya tersorot kamera itu menjadi buah bibir di kalangan para santriwati. Mereka menyadari kalau Diajeng bahagia melihat kekasihnya dari dalam layar. "Mereka bakalan berangkat bareng loh. Disana akan ketemu terus.""Ya Allah, meleleh hati ini Bang""Mbak Ajeng beruntung banget sih.""Aku juga pen

    Last Updated : 2024-11-10
  • MAHAR 2 JUTA    part 12 Abon Ayam

    "Diajeng, itu ustadz Ayman di pojokin loh.""La terus?" Diajeng menguap lalu memperhatikan sekelilingnya. Semua mata tertuju padanya tak terkecuali Ayman. Wajah kerengnya terlihat begitu angker. Diajeng kebingungan untuk menanggapinya. "Kenapa lihatin aku?" tanya Diajeng. "Maklumlah cewek manis banyak yang ngincer." Gurau Diajeng sembari menyelonong ke toilet. "Kenapa ga ada yang berani ngetawain Ustadz Ayman ketika Diajeng melek?" seloroh salah satu santri putra. Mereka semua bubar dan bergantian melaksanakan salat ashr. Diajeng yang sudah salat terlebih dahulu, dia segera melipir mencari penjual makanan. Dia memang suka memasak, namun dia juga menyukai jajanan pinggir jalan. Setelah memborong jajanan untuknya dan semua temannya, Diajeng kembali ke tempatnya semula. Disana teman-temannya hanya mengobrol satu sama lain. Sembari menunggu adzan Maghrib, Diajeng pun mengajak teman-temannya beristirahat di taman samping masjid. Ayman yang mengetahui Diajeng memborong banyak makanan

    Last Updated : 2024-11-11

Latest chapter

  • MAHAR 2 JUTA    Part 49 Calon Istri Saya

    Seorang perawat memanggil Diajeng karena masa penungguan pasien sudah habis. Diajeng harus keluar dan nanti akan di panggil lagi kalau sudah waktunya jam menunggu pasien. Perawat juga memberitahu Diajeng kalau Risma sudah menunjukkan perkembangannya. Diajeng keluar di sambut Sifa dengan keinginan tahuannya. Walaupun Sifa tak menyukai sifat adik tirinya itu, namun dia juga sebenarnya merasa kasihan. Bagaimanapun juga, ada darah yang sama di dalam tubuh Risma dan dirinya. "Belum sadar juga?" "Belum Fa, tadi aku ajak dia baca Yasin. Terus aku genggam tangannya dan kudekatkan bibirku di telinga Risma. Alhamdulillah dia respon, dia menangis kayaknya. Soalnya ada air mata yang menetes gitu." "Kamu mencoba berbicara dengannya gak Jeng?" Gantian dr Mila yang penasaran. "Iya Dok, aku bilangin tuh adeknya Sifa. Tak suruh insaf, kalaupun dia enggak selamat kan minimal sudah ada niatan baik gitu. Jangan marah ya Fa hehe," kekeh Diajeng. "Kamu betul sih, soalnya dia juga banyak dosa. Kayakny

  • MAHAR 2 JUTA    Part 48 Air mata

    Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruangan ICU. Belum ada perkembangan yang lebih baik pada Risma. Keadaannya masih sama, kritis.Orang tua Risma tampak kusut berada di depan ruang ICU. Mata mereka juga sembab. Ibu Risma tak lagi menampakkan wajah garangnya. "Makan dulu Yah, Mah. Habis ini kalian pulang saja, nanti sore baru kesini lagi. Biar kita saja yang menunggu Risma," ujar Sifa. "Kita langsung pulang saja Nak, kasihan Mama nangis terus semalam. Ini nasinya kita bawa pulang saja ya," kata pak Udin. "Oh, bawa saja semuanya kalau begitu Yah. Biar kalian gak beli lagi," kata Sifa. Kedua pasangan paruh baya itu pun beranjak untuk kembali ke rumah mereka. Tanpa menyapa lagi ataupun sekedar senyum. Dr Mila hanya melirik Diajeng sembari tersenyum kecut. Seorang perawat keluar dan mencari keluarga Risma. Di tangannya nampak membawa sebuah kertas yang di serahkan pada Sifa. Perawat hanya meminta Sifa untuk mengambilkan obat yang saat ini sangat di butuhkan ya oleh adi

  • MAHAR 2 JUTA    Part 47 Ghibah

    "Oalah mbak, cantik-cantik kog senengnya merebut calon orang. Mbok ya sing kreatif gitu loh," ujar seorang perempuan muda di toko sayur dan kebutuhan rumah tangga depan komplek. Diajeng yang sedang menemani Sifa itu mengerutkan keningnya. Ibu muda tadi melototkan matanya dengan tajam di hadapan Diajeng. Merasa tak mempunyai masalah, Diajeng pun mengacuhkannya. "Ya begini kalau terlahir dari keluarga tak berpendidikan tinggi, diajak berbicara saja melengos. Sudah merasa menjadi perempuan paling cantik," lanjutnya lagi.Diajeng membuntuti Sifa yang tengah sibuk mencari berbagai kebutuhan yang akan di bawanya ke rumah sakit. Toko sedang ramai, banyak ibu-ibu yang berbelanja sayur saling berbisik. Semua mata mengarah pada Diajeng, dengan mulut mereka berkomat-kamit sangat bising. Dari rumah Diajeng tak berniat membeli apapun. Dia hanya mengantarkan Sifa yang belum tahu Tutik letak toko di daerah sini. Sifa yang keukeh ingin berbelanja itu pada akhirnya meminta Diajeng untuk mengantarka

  • MAHAR 2 JUTA    Part 46 Ganjen

    "Tapi Buk, kenapa harus di samakan sih." Gerutu Maisya mengejar mertuanya."Terserah Ibu dong. Kamu sudah Ibu belikan juga, kenapa harus marah toh Saya." Kedua mertua dan menantu itu berbicara sangat keras sembari berjalan ke arah rumah Diajeng. Baik Diajeng maupun dr Mila hanya terdiam mendengarkan saja. Sifa yang baru hendak ke rumah Diajeng itu malah cengengesan melihat drama yang ada di depannya. "Ya jangan samakan dengan oarang lain dong Bu," kesal Maisya. "Kamu kog ngatur Ibu, terserah Ibu dong. Uang juga punya Ibu sendiri," ucap Bu Dini tak mau kalah. Diajeng menjadi kikuk di datangi oleh tetangga sebelah rumahnya. Bukan tak suka atau tak memperbolehkan orang lain berkunjung, namun Bu Dini datang dengan menantunya yang seakan tak suka pada Diajeng. Tatapan sinis Maisya membuat Diajeng ingin menutup pintunya saja, daripada terjadi kerusuhan antar teman. "Nak Ajeng, maaf ya malah ribut di rumah kalian." "Iya Bu, tak masalah. Kalau boleh tahu, ada apa ya Bu?" tanya Diajeng.

  • MAHAR 2 JUTA    Part 45 Kerandoman Ayman

    "Sayang, kalau kamu hamil nanti. Aku gak mau jadi yang ke dua," celoteh Ayman. Diajeng yang sudah merem pun kembali melek. Matanya melihat suaminya yang masih setia membelai lembut pipinya. Diajeng pun melanjutkan tidurnya yang tertunda. "Aku bakalan kesepian banget kalau kita nanti punya anak." Ayman berbicara lagi. Diajeng yang memang belum bisa Langsung tidur itu hanya mendengarkan saja. Ayman seolah tahu kalau istrinya belum jadi tidur. "Sayang, kita kapan ya punya anak." "Ambigu banget sih Mas," ujar Diajeng. "Bikin anak yuk," kata Ayman. "Gak pengertian banget jadi suami," jawab Diajeng. Ayman pun terbangun dari posisi tidurnya. Dipijitnya kaki sang istri. Bahkan Ayman memijit Dnegan sangat hati-hati. "MaasyaAllah, terimakasih suamiku. Aku tidur dulu ya," pamit Diajeng. "Ya enggak gitu juga konsepnya Sayang," lirih Ayman yang membuat Diajeng terkekeh bahagia. *** Maisya di temani sang suami berjalan santai di komplek perumahan mertuanya. Udaranya yang seju

  • MAHAR 2 JUTA    Part 44 Keceplosan

    Maisya bersama suaminya tengah mengantri untuk cek kandungan di rumah sakit terdekat. Mereka sangat bersemangat karena ingin sekali mengetahui perkembangan sang janin di dalam perut. Banyak sekali perubahan yang di rasakan oleh Maisya, walaupun masih dia masih trimester awal.Dokter yang akan menangani maisya masih belum datang. Walaupun mendapatkan nomor antrian pertama, jam terbang sang dokter molor hingga satu jam lebih. Bahkan maaiya sudah berulangkali mengeluh kecapekan duduk. "Makan dulu," ucap Rudi. Dengan senang hati Maisya membuka mulutnya menerima suapan dari suami tercinta. Pasangan yang menjadi pusat perhatian banyak orang karena sifat maisya yang selalu manja pada suaminya. Bahkan ada yang senyum-senyum malu sendiri melihat kelakuan Maisya. "Manis mas, seperti cintamu yang tak pernah pudar untukku." "Dan kamu adalah obatku agar tak sampai menderita diabet." Maisya tertawa mendengar gombalan Rudi yang garing tanpa ekspresi di dalamnya. Sampai mereka tak menyadari kala

  • MAHAR 2 JUTA    Part 43 Perintis

    Siska juga Udin berusaha untuk kabur dari ruangan satpam. Mereka baru akan di lepaskan kalau benar-benar sudah menyadari kesalahannya. Berulangkali baik Siska Maupun Udin ingin memukul satpam yang ada di sana. Sesampainya di depan ruang operasi, Siska dan Udin di kagetkan dengan kedatangan budhe Yeni yang merupakan tetangga sebelah rumahnya. Keduanya menjadi salah tingkah dan sungkan kepada orang yang selama ini selalu menolongnya. Budhe Yeni yang tak menyadari kedatangan pasangan suami istri itu masih tetap mengobrol dengan perempuan muda yang pemikirannya sangat luas nan terbuka. Budhe Yeni menoleh ketika Bu Siska memanggilnya. Diajeng dengan cepat langsung mengabari suaminya kalau kedua orang tua Risma sudah berada di sana. Bagaimanapun mereka, kedua pasangan suami istri itu berhak mengetahui keadaan putrinya. "Budhe Yeni ngapain disini?" tanya Siska basa basi. "Hanya ingin membesuk Risma." Jawab budhe Yeni singkat. "Bagaimana keadaan Risma Sifa?" "Kritis.""Kritis? Ya Allah

  • MAHAR 2 JUTA    Part 42

    Diajeng tengah menjaga Risma di ruang tunggu operasi sendirian. Dr. Mila juga Sifa sedang berganti pakaian dan melaksanakan ibadah. Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya datang menghampirinya sambil menangis. "Nak, kamu yang sedang menunggui Risma?" tanya sang ibu. "Saya Ibu Yeni Ibunya Joko Nak, tadi Joko pamit mau membesuk Risma yang mau melahirkan." "Iya Bu, mari silahkan duduk dulu Bu." Diajeng pun mengangsurkan air putih untuk menenangkan Bu Yeni. Terlihat dari penampilannya yang sangat rapi, Bu Yeni bukan dari kalangan biasa. Walaupun Tanpa make up apapun di wajahnya, Bu Yeni masih tampak cantik di usianya yang sudah tak muda lagi."Apakah Joko di dalam Nak?" Diajneg menggeleng dan berkata,"Ibu tenang dulu ya, istirahat dulu disini sama saya." Ibu Yeni sangat cemas akan keadaan sang putra. Bahkan sisa air matanya masih nampak jelas di wajah ayunya. Beberapa kali Bu Yeni menghembuskan nafasnya perlahan dan membaca istighfar. "Bu, kondisi Risma saat ini masih kritis. Dia k

  • MAHAR 2 JUTA    part 41 Cerita

    Ayman dan ustadz Faris membawa Joko ke taman rumah sakit. Setelah melaksanakan kewajiban sebagai umat manusia, Ayman juga Faris langsung meluncur ke rumah sakit lagi. Semua keperluan Sifa juga dr Mila telah di siapkan Ning Maya. Di taman hanya ada beberapa orang saja, membuat Ayman juga ustadz Faris merasa lebih nyaman. Bukannya tak tahu kondisi, Ayman juga ustadz Faris langsung menangani kasus Risma hati itu juga. Bagi pengurus pesantren yang sudah hafal dengan peraturan pesantren, melanggar peraturan pesantren sampai hamil dan melahirkan adalah jenis pelanggaran yang paling berat. "Kamu kenapa bisa yakin kalau anak yang di lahirkan oleh Risma itu darah dagingmu?" tanya ustadz Faris mengawali. "Ceritanya sangat panjang Mas," jawab Joko."Kamu ceritakan saja semuanya, karena pengurus pesantren juga merasa di rugikan dengan hal ini." "Maaf Mas, jangan hukum Risma." "Untuk itu kami butuh penjelasannya Joko." Joko menghembuskan nafasnya kasar. Pandangannya lurus ke depan seakan sed

DMCA.com Protection Status