Beranda / Romansa / MAHAR 2 JUTA / Part 7 Hadiah Untuk Ibu Mertua

Share

Part 7 Hadiah Untuk Ibu Mertua

Penulis: Lubalubb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 13:45:08

"Assalamualaikum halo Bu Anjani, ini Ayman sama Diajeng sudah dapat rumah yang akan di tempati. Nanti alamatnya saya kirimkan saja, tapi Bu Anjani kalau kesini jangan malam ya. Kasihan pengantin baru, keganggu. Ya sudah mau ngabarin itu saja, Assalamualaikum."

Diajeng tersipu malu sedangkan Ayman menatap Oma Maimunah sengit. Mereka bertiga tak mengikuti opa yang mengelilingi rumah. Kejahilan oma pada cucunya tersebut membuat oma terlihat lebih sehat dan bahagia.

"Acara kamu bagaimana Nak, jangan sampai kamu membuang uang di vendor sia-sia."

"Tidak boleh di batalkan oleh Pak Kiai Opa," jawab Ayman lesu.

"Ya berarti hari itu kamu nikah secara negara dengan Diajeng. Mbak-Mbakmu juga sudah booking mua dan baju keluarga," sahut Oma.

"Itu sih emang Mbak Nana dan Mbak Lala aja yang emang suka heboh. Tapi boleh juga lah ide oma," kata Ayman.

"Oke, semua biar di urus Mbakmu saja. Kasih tahu semuanya, pihak besan biar nanti di urus Mbakmu juga." Pungkas opa sembari memainkan ponsel yang ada di genggamnya.

"Kata Lala, besok kalian fitting baju."

***

Sejak mempunyai menantu, ibu tutik sekarang mengikuti kajian rutin ibu-ibu. Ibu tutik juga selalu salat berjamaah di mushola komplek. Sayangnya, niatnya tak hanya beribadah ataupun menambah ilmu. Namun kesombongan memamerkan apa yang di punya adalah tujuannya mengikuti semua kegiatan yang di ikutinya.

Jika biasanya ibu Tutik lebih senang menghabiskan waktunya dengan bermain ponsel, sekarang berbeda. Ibu Tutik akan mengunjungi warung atau toko terdekat, lalu mengajak pemilik toko berbincang ria. Tanpa sadar, ibu Tutik juga menjadi bahan lelucon para remaja yang terkadang menanggapinya saat mengajak ngerumpi.

Maisya baru saja datang bersama Rudi. Wajah semringahnya pun di sambut ibu Tutik. Seperti tak ingin ketinggalan kabar bahagia, ibu Tutik menyuruh anak menantunya duduk bersamanya.

"Kalian habis jalan dari mana? ke salon ya."

"Bukan kog, kita cuma ke pasar saja. Seru loh Bu," jawab Maisya.

"Oalah, beli apa di pasar. Belanja tak apa, tapi jangan boros ya. Kalian kan juga perlu punya rumah juga," tutur ibu Tutik.

Meski terkenal dengan kesombongannya, ibu Tutik tetap menjalani kodratnya sebagai seorang ibu. Dia tegas dan permarah, namun tak ada yang mengetahui sisi baiknya. Dalam hatinya hanya ingin kebahagiaan, kesuksesan dan keberhasilan anak-anaknya.

"Bu, ini untuk Ibu." Ucap Rudi sembari memberikan sebuah dompet kepada mertuanya.

"Apa ini, ya Allah Nak." Air mata ibu Tutik menetes satu persatu dan berakhir menjadi linangan yang tak terbendung lagi.

"Jangan nangis Bu, ini adalah hadiah dariku. Di pakai ya," kata Rudi.

"Ya Allah Nak, gelang. Kog besar sekali, ya Allah mahal pula. Uangmu di tabung Nak, jangan risaukan Ibu. Ibu tetap bahagia kalau kalian bisa membeli apapun untuk masa depan. Ibu tak mengharapkan apapun dari kalian Nak,"

Seburuk-buruknya seseorang, di hati mereka tetap terselipkan kebaikannya. Begitulah ibu Tutik, ibu Tutik sejak dahulu selalu memprioritaskan anak-anaknya. Seperti hal ini, ibu Tutik hanya ingin kebahagiaan anaknya. Anaknya bisa memiliki apapun, beliau sudah bangga.

Maisya ikut menangis sambil memeluk erat ibunya. Rasa kesal, marah dan kecewa karena ibunya menolak Ayman sudah menghilang. Dia mulai menerima Rudi sebagai pendamping hidupnya. Sembari belajar memposisikan diri untuk menjadi istri yang baik.

"Terimakasih ya Nak, semoga Rizki kalian selalu berlimpah dan barokah." Ucap ibu Tutik sembari menghapus air matanya.

"Iyya Bu."

***

Matahari sudah sedikit menurun, namun cuaca panas masih terasa membakar kulit. Angin yang berhembus seakan ikut merasa membara, bukannya sejuk malah meriang. Setelah mengurus semua pembelian rumah yang akan di tempati oleh Ayman dan Diajeng, opa Iskandar dan Oma Maimunah langsung kembali pulang ke kota mereka. Mereka juga akan mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk resepsi pernikahan kedua pengantin baru tersebut.

Ayman dan Diajeng masih menjalani kegiatan mereka di pesantren seperti biasa. Mereka sudah sepakat akan bermalam di rumahnya kalau hari libur saja. Hingga resepsi mereka di gelar nanti, kedua sepasang suami istri itu belum ingin memperlihatkan status mereka pada publik. Tak ada niatan lain, karena mereka sudah nyaman dengan posisinya saat ini.

"Ustadz, ini data santri yang belum lengkap. Baru setor pagi tadi," kata teman Ayman.

"Lama sekali, ngapain saja dari kemarin gak setor-setor. Berunungnya belum aku kirim," jawab Ayman mengomel.

Dibacanya data santri yang memang hanya kurang satu itu saja. Mata Ayman menatap tajam pada temannya tadi. Faris namanya, teman satu angkatan Ayman yang juga ikut mengabdi di pesantren itu hanya tersenyum sembari mengangkat alisnya.

"Kenapa dia ikut?" tanya Ayman.

"Kalau aku suaminya, justru aku sudah tahu dari awal sebelum dia daftar. Kamu ini sebenarnya siapanya Diajeng?" balas Faris.

"Kenapa dia tidak cerita padaku. Aku kira perlombaan kali ini dia memang sudah tak ikut.hf"

"Kenapa dia harus cerita padamu, kalau kamu saja belum move on dengan mantan."

Ayman memutar bola matanya. Dia yang masih belajar mencintai Diajeng itu tersindir halus. Apa yang di katakan oleh Faris benar. Di hatinya masih terselip nama Maisya, meski samar.

"Diajeng itu tidak pertama kalinya mengikuti perlombaan. Bahkan dia tercatat sebagai santri putri berotak emas. Lomba apapun yang di ikutinya pasti menang, namun dia tak secantik Maisya. Kamu itu harus membuka mata hatimu, pendamping kamu itu Diajeng bukan Maisya. Renungkan mulai dari sekarang," tutur Faris sembari menikmati secangkir kopi yang di bawanya ke kamar Ayman. Dia memang kerap menasihati temannya itu. Meski banyak yang merasa sungkan dengan Ayman, namun hal itu tak berlaku pada Faris.

"Bingung aku," pasrah Ayman.

"La kamu saja seperti tak punya pendirian gitu kog. Sekarang ilmunya di pakai, jangan hanya teori dan menerangkan saja. Kamu itu pintar tapi ketika di hadapkan dengan perempuan dan hati, malah melempem kayak cacing. Jadi lelaki itu harus tegas dan bisa mengendalikan hati. Bagaimana mau poligami kalau baru babak pertama saja sudah tak bisa adil begini," papar Faris.

Ayman menjitak kepala Faris. Itulah alasan Ayman tak pernah bisa marah dengan Faris, dia selalu menasihatinya sembari bergurau. Meski kadang juga nylekit, Faris lebih bisa memahami lawan bicaranya.

Ayman kembali mengingat ketika dia sedang bersama Diajeng. Walaupun dia sudah berusaha untuk selalu bersikap biasa, namun hatinya seakan tak ingin berbohong. Rasa cinta yang dia ciptakan untuk Diajeng masih mengambang.

"Kamu tak tahu kan kalau Maisya itu sebenernya sudah menikah," ucap Faris.

"Hah!! Serius kamu?"

"Iya, barengan sama kamu loh nikahnya."

"Sama siapa?"

"Namanya Rudi, anaknya camat. Gajinya gede, lebih gede dari uang bulanan kamu."

Tubuh Ayman berasa lemas. Harapannya pupus. Hatinya sakit, perasaannya hancur.

Dibalik kesakitan yang di rasakannya, dia mengabaikan perempuan yang telah menjadi tulang rusuknya. Perempuan yang telah mencintainya sejak lama. Perempuan yang selalu menyematkan namanya di setiap dirinya mengadu pada tuhannya.

"Apakah Diajeng juga sudah mengetahui pernikahan Maisya?"

Bab terkait

  • MAHAR 2 JUTA    Part 8 Memasak

    Kangen? Iya. Sebagai perempuan yang memang telah lama memendam perasaannya kepada suami, Diajeng seringkali memimpikan kebersamaannya berdua. Mereka yang hanya berada satu atap ketika hari libur pesantren saja, membuat Diajeng masih ingin berlama-lama bersama suami. Namun Diajeng tak pernah protes, dia tetap menikmati semua keputusan suaminya. Resepsi memang sengaja di undur oleh kedua belah pihak. Mereka tak ingin membuat acara hanya sekedar selesai dan puas saja. Mereka ingin memberikan kesan tersendiri yang bisa di kenang seumur hidup oleh sepasang pengantinnya. Di pesantren, para santri hanya mengetahui bahwa Ayman selalu memperhatikan Diajeng. Mereka beranggapan bahwa Ayman menyukai Diajeng. Isu tersebut sudah menyebar dan hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Diajeng. Diajeng bahagia ketika dia menjadi pusat gunjingan para santri perihal Ayman. Dia juga selalu mengaminkan ketika ada yang mendoakan supaya mereka berjodoh. Bagi teman Diajeng, Ayman memang lebih cocok dengan di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • MAHAR 2 JUTA    part 9 Hamil

    Maisya tak bisa lagi menopang badannya untuk berdiri. Meski ibu mertua sudah memanggilnya bolak balik, Maisya juga tak menyahutinya. Tubuhnya menggigil dan mulutnya seolah terkunci, matanya tertutup dan hanya meneteskan air mata. Bu Dini, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Bu camat itu menghampiri Maisya di kamarnya. Bu Dini memeriksa semua tubuh Maisya dan dibuat kaget ketika mendapati menantunya tersebut demam tinggi. Tanpa menunggu siapapun lagi, Bu Dini bergegas menghubungi dokter keluarganya. "Maaf Bu, saya lagi dinas keluar kota."Balasan yang membuat Bu Dini lemas. Namun dia langsung berlari meminta bantuan pada tetangganya untuk membawa menantunya itu ke rumah sakit. Meski ragu, Bu Dini tetap mengetuk pintu rumah tetangganya. Betapa kagetnya Bu Dini, saat Diajeng yang membuka pintu. Lalu lebih terkejut lagi, ketika Ayman menyusul keluar. Walaupun sedikit sungkan, Bu Dini tetap pada tujuannya. "Maaf Nak Diajeng, saya ingin meminta bantuan. Tolong bantu angkat Maisya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • MAHAR 2 JUTA    Part 10 Persiapan Lomba

    Malam hari, suami dan orang tua Maisya telah tiba di rumah sakit. Kegembiraan dan kabar bahagia itu akhirnya sampai pada mereka. Bahkan berkali-kali Rudi mencium kening Maisya di depan banyak orang. Dibalik senyumnya yang tak pernah pudar, Maisya merasa bersalah dengan perlakuannya pada Diajeng. Ibu Dini, mertua Maisya sedikit berbeda setelah kepergian Diajeng. Ibu Dini dengan jelas melihat Maisya dan Diajeng mengobrol. Maisya bahkan sudah tahu jika yang membawanya ke rumah sakit adalah sahabatnya. Sakit hatinya masih tercetak jelas, ketika melihat Diajeng menikah dengan Ayman saat itu. Maisya telah bahagia hidup bersama Rudi. Rudi yang royal dan tak pernah perhitungan itu tak ingin membuatnya merasa terkekang. Rudi bahkan selalu mengajaknya jalan-jalan ketika hari libur. Entah kenapa Maisya masih terbayang dengan pernikahan Diajeng. Baginya Diajeng adalah orang ke tiga yang merebut kekasih hatinya. Diajeng telah merusak apa yang seharusnya di milikinya. Melihat wajah Rudi yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • MAHAR 2 JUTA    part 11 Undangan

    Para santri putra putri duduk khusyuk mengikuti doa bareng dan dzikir bersama dalam rangka pelepasan santri yang mengikuti perlombaan di Jawa Timur. Mereka yang terpisah oleh ndalem pak kiai dan putra putrinya itu tetap bisa mengikuti acara dengan di sambungkan. Di aula putri terpampang layar besar yang bisa di saksikanya semua rangkain acaranya. Perwakilan dari santri putri yang mengikuti ajang perlombaan kali ini juga sudah siap dan mengikuti acara. Ada sepuluh santriwati termasuk Diajeng. Diajeng bersanding dengan ibunyai lalu baru di susul temannya lainnya.Di layar yang terpampang lebar, terlihat dengan jelas Ayman dengan takdzim mengikuti dzikir. Diajeng tersenyum simpul mengetahui suaminya tersorot kamera itu menjadi buah bibir di kalangan para santriwati. Mereka menyadari kalau Diajeng bahagia melihat kekasihnya dari dalam layar. "Mereka bakalan berangkat bareng loh. Disana akan ketemu terus.""Ya Allah, meleleh hati ini Bang""Mbak Ajeng beruntung banget sih.""Aku juga pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • MAHAR 2 JUTA    part 12 Abon Ayam

    "Diajeng, itu ustadz Ayman di pojokin loh.""La terus?" Diajeng menguap lalu memperhatikan sekelilingnya. Semua mata tertuju padanya tak terkecuali Ayman. Wajah kerengnya terlihat begitu angker. Diajeng kebingungan untuk menanggapinya. "Kenapa lihatin aku?" tanya Diajeng. "Maklumlah cewek manis banyak yang ngincer." Gurau Diajeng sembari menyelonong ke toilet. "Kenapa ga ada yang berani ngetawain Ustadz Ayman ketika Diajeng melek?" seloroh salah satu santri putra. Mereka semua bubar dan bergantian melaksanakan salat ashr. Diajeng yang sudah salat terlebih dahulu, dia segera melipir mencari penjual makanan. Dia memang suka memasak, namun dia juga menyukai jajanan pinggir jalan. Setelah memborong jajanan untuknya dan semua temannya, Diajeng kembali ke tempatnya semula. Disana teman-temannya hanya mengobrol satu sama lain. Sembari menunggu adzan Maghrib, Diajeng pun mengajak teman-temannya beristirahat di taman samping masjid. Ayman yang mengetahui Diajeng memborong banyak makanan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • MAHAR 2 JUTA    part 13 Lomba

    Diajeng mendapatkan nomor urut paling belakang. Peserta yang kalau di total ada 50 anak itu membuatnya membuang napas pasrah. Dia akan merasa kelelahan sendiri menunggu gilirannya. Malam ini ada gebyar Sholawat yang selenggarakan oleh tuan rumah. Diajeng melipir sendirian mencari para penjual makanan. Diajeng sengaja memisah dari temannya, agar dia bisa menikmati kesendiriannya. Diajeng kembali memborong semua jajanan yang ada di sana. Dia tahu, tak semua temannya mempunyai uang saku banyak. Apalagi dia yang memang selalu berkecukupan dalam hal uang. Diajeng dari awal memang berniat membeli semua aneka jajanan, dia pun membawa tas plastik besar sendiri. Beraneka macam jajanan masuk semua. Dengan bahagianya dia menenteng dan kembali menyusuri setiap sudut stand. "Diajeng? Kog sendirian.""Loh, Ustadz Ayman." "Borong jajan lagi? Sini aku bawakan."Ayman segera mengambil alih apa yang di bawa Diajeng. Diajeng dengan senang hati mengangsurkannya. Mereka lalu berjalan berdua sembari b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • MAHAR 2 JUTA    part 14 Secuil Kertas

    Air mata Ayman menetes begitu saja saat mengetahui Diajeng masuk ke babak final. Ingin sekali dia memeluk istrinya saat itu juga, namun di sampingnya ada Faisal yang ikut menyaksikan perlombaan Diajeng. Faisal menahan tawa ketika tatapan Ayman tak di balas oleh Diajeng. Diajeng pun langsung balik ke asrama yang di tempatinya dengan perasaan bahagia. Teman-temannya yang lain juga munyambautnya dengan penuh suka cita. Tak hanya Diajeng, sebagian temannya juga ada yang masuk ke babak final. ***"Assalamualaikum." Teriakan Rudi dari depan membuat Maisya dan ibu Tutik terlonjak kget. "Waalaikumussalam, sudah pulang Mas." Sambut Maisya sambil menyalaminya. "Iya sayang, oh ya kita dapet undangan loh sekeluarga ke resepsi pernikahani keluarga bos aku. Nanti kita berangkat sama-sama ya." "Wahh, boleh tuh. Kapan acaranya mas," pekik Maisya."Tanggal 15 besok.""Oke mas." ***Acara resepsi yang di adakan oleh keluarga Ayman dan Diajeng

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • MAHAR 2 JUTA    part 15 Emak komplek

    Surakarta ke kota Malang bukanlah waktu yang singkat. Apalagi bagi yang hanya mau berwisatawan saja. Jika tidak seperti saat ini, tidak mungkin mereka bisa dengan segera pergi ke Malang. 4 hari berada di kota Malang, sudah saatnya Diajeng dan yang lainnya kembali ke Surakarta. Hari ini adalah hari terakhir di ajang perlombaan nasional se Jawa. Setelah semua beres, Diajeng dan lainnya akan langsung berlibur sehari di kota Malang. Pagi itu Diajeng dan semua santri yang masuk ke babak final sudah berada di tempatnya masing-masing. Tak jauh berbeda dengan sebelumnya, Diajeng mendapatkan nomor urut paling akhir. Dengan sabarnya Ayman pun ikut mendampingi istrinya dengan jarak yang telah di tentukan oleh panitia. ***Maisya, ibu Tutik dan juga ibu Dini sudah berada di dalam mobil. Niat hati, Rudi ingin mengajak mereka ke sebuah butik terkenal di kotanya. Dia ingin semua anggota keluarganya memakai baju yang pantas untuk di pakai ketika pernikahan keluarga bo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • MAHAR 2 JUTA    Part 44 Keceplosan

    Maisya bersama suaminya tengah mengantri untuk cek kandungan di rumah sakit terdekat. Mereka sangat bersemangat karena ingin sekali mengetahui perkembangan sang janin di dalam perut. Banyak sekali perubahan yang di rasakan oleh Maisya, walaupun masih dia masih trimester awal.Dokter yang akan menangani maisya masih belum datang. Walaupun mendapatkan nomor antrian pertama, jam terbang sang dokter molor hingga satu jam lebih. Bahkan maaiya sudah berulangkali mengeluh kecapekan duduk. "Makan dulu," ucap Rudi. Dengan senang hati Maisya membuka mulutnya menerima suapan dari suami tercinta. Pasangan yang menjadi pusat perhatian banyak orang karena sifat maisya yang selalu manja pada suaminya. Bahkan ada yang senyum-senyum malu sendiri melihat kelakuan Maisya. "Manis mas, seperti cintamu yang tak pernah pudar untukku." "Dan kamu adalah obatku agar tak sampai menderita diabet." Maisya tertawa mendengar gombalan Rudi yang garing tanpa ekspresi di dalamnya. Sampai mereka tak menyadari kala

  • MAHAR 2 JUTA    Part 43 Perintis

    Siska juga Udin berusaha untuk kabur dari ruangan satpam. Mereka baru akan di lepaskan kalau benar-benar sudah menyadari kesalahannya. Berulangkali baik Siska Maupun Udin ingin memukul satpam yang ada di sana. Sesampainya di depan ruang operasi, Siska dan Udin di kagetkan dengan kedatangan budhe Yeni yang merupakan tetangga sebelah rumahnya. Keduanya menjadi salah tingkah dan sungkan kepada orang yang selama ini selalu menolongnya. Budhe Yeni yang tak menyadari kedatangan pasangan suami istri itu masih tetap mengobrol dengan perempuan muda yang pemikirannya sangat luas nan terbuka. Budhe Yeni menoleh ketika Bu Siska memanggilnya. Diajeng dengan cepat langsung mengabari suaminya kalau kedua orang tua Risma sudah berada di sana. Bagaimanapun mereka, kedua pasangan suami istri itu berhak mengetahui keadaan putrinya. "Budhe Yeni ngapain disini?" tanya Siska basa basi. "Hanya ingin membesuk Risma." Jawab budhe Yeni singkat. "Bagaimana keadaan Risma Sifa?" "Kritis.""Kritis? Ya Allah

  • MAHAR 2 JUTA    Part 42

    Diajeng tengah menjaga Risma di ruang tunggu operasi sendirian. Dr. Mila juga Sifa sedang berganti pakaian dan melaksanakan ibadah. Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya datang menghampirinya sambil menangis. "Nak, kamu yang sedang menunggui Risma?" tanya sang ibu. "Saya Ibu Yeni Ibunya Joko Nak, tadi Joko pamit mau membesuk Risma yang mau melahirkan." "Iya Bu, mari silahkan duduk dulu Bu." Diajeng pun mengangsurkan air putih untuk menenangkan Bu Yeni. Terlihat dari penampilannya yang sangat rapi, Bu Yeni bukan dari kalangan biasa. Walaupun Tanpa make up apapun di wajahnya, Bu Yeni masih tampak cantik di usianya yang sudah tak muda lagi."Apakah Joko di dalam Nak?" Diajneg menggeleng dan berkata,"Ibu tenang dulu ya, istirahat dulu disini sama saya." Ibu Yeni sangat cemas akan keadaan sang putra. Bahkan sisa air matanya masih nampak jelas di wajah ayunya. Beberapa kali Bu Yeni menghembuskan nafasnya perlahan dan membaca istighfar. "Bu, kondisi Risma saat ini masih kritis. Dia k

  • MAHAR 2 JUTA    part 41 Cerita

    Ayman dan ustadz Faris membawa Joko ke taman rumah sakit. Setelah melaksanakan kewajiban sebagai umat manusia, Ayman juga Faris langsung meluncur ke rumah sakit lagi. Semua keperluan Sifa juga dr Mila telah di siapkan Ning Maya. Di taman hanya ada beberapa orang saja, membuat Ayman juga ustadz Faris merasa lebih nyaman. Bukannya tak tahu kondisi, Ayman juga ustadz Faris langsung menangani kasus Risma hati itu juga. Bagi pengurus pesantren yang sudah hafal dengan peraturan pesantren, melanggar peraturan pesantren sampai hamil dan melahirkan adalah jenis pelanggaran yang paling berat. "Kamu kenapa bisa yakin kalau anak yang di lahirkan oleh Risma itu darah dagingmu?" tanya ustadz Faris mengawali. "Ceritanya sangat panjang Mas," jawab Joko."Kamu ceritakan saja semuanya, karena pengurus pesantren juga merasa di rugikan dengan hal ini." "Maaf Mas, jangan hukum Risma." "Untuk itu kami butuh penjelasannya Joko." Joko menghembuskan nafasnya kasar. Pandangannya lurus ke depan seakan sed

  • MAHAR 2 JUTA    Part 40 Joko

    Pak Udin masih di tahan di pos satpam. Emosinya yang masih naik turun itu terkadang ingin memukul satpam yang tengah berjaga. Entah karena apa beliau seperti itu, padahal dulunya beliau adalah lelaki berhati lembut nan dermawan. Namun kedermawanan yang beliau milikilah awal dari semua bencana yang ada dalam hidupnya. Ayman juga Faris telah kembali ke pesantren. Makanan yang di beli oleh ustadz Faris juga telah di serahkan kepada para perempuan yang masih berjaga di rumah sakit. Mereka sebagai santri yang di naungi oleh sosok pak kiai, sudah seyogyanya untuk mengabarkan perihal masalah apapun yang ada di pesantren. Sesampainya di pesantren, mereka langsung menuju ke ndalem pak kiai. Mereka di sambut dengan wajah sendu pak kiai juga ibunyai. Disana juga sudah ada Ning Maya yang ikut menunggu kedatangan perwakilan pesantren. "Bagaimana Nak? Kenapa santri putri itu bisa pendarahan?" tanya ibu nyai."Sebelumnya kami mohon maaf pak kiai, semua itu diluar kendali pengurus. Risma, perempua

  • MAHAR 2 JUTA    Part 39 Kerusuhan

    Pak Udin ayahnya Sifa membentak anaknya di depan umum. Lelaki yang sebelumnya pernah mencintai anaknya sepenuh hati itu berubah seperti monster mengerikan. Tanpa rasa sungkan ataupun malu dilihat banyak orang, Udin menjambak kerudung putri sulungnya tanpa kasihan. Sifa tersenyum penuh luka. Ayman berusaha melepaskan tangan Udin dan menenangkannya agar bicara baik-baik. Namun Udin seolah kesetanan lalu menampar kedua pipi putrinya sangat keras. Diajeng yang berada di sebelah Sifa pun langsung memeluk sahabatnya. Sakit dan kecewanya sebagai anak ikut di rasakannya oleh Diajeng. Diajeng sesenggukan menenangkan sang sahabat yang terdzolimi oleh orangtuanya sendiri. Dr Mila dengan sigapnya langsung berlari memanggil satpam. Dua satpam yang baru datang pun langsung meringkus Udin dan membawanya keluar. Mereka kembali menjadi pusat perhatian banyak orang, hingga membuat kegaduhan di lobi rumah sakit. "Dia itu anak saya, jadi terserah saya dan itu hak saya." Kata Udin yang berusaha melep

  • MAHAR 2 JUTA    Part 38 Tindakan

    Hujan deras tetap di terobos oleh Rudi, dalam hati dan otaknya hanya terpusatkan akan kegaduhan istrinya. Maisya yang sejak hamil selalu cemburu padanya itu membuat Rudi semakin mencintai istrinya. Gadis yang mampu separuh mencuri separuh hatinya, sampai dia bisa menjadi pemenang hingga menikahinya. Sesampainya di rumah sang istri, Rudi mendapati Maisya sedang makan rujak di temani kedua orangtuanya. Perempuannya itu langsung menyambut suaminya dengan berhambur memeluknya. Lelah seharian dengan pikiran buntunya itu pada akhirnya berbuah kebahagiaan. Rudi bisa tersenyum lega melihat istrinya bermanja lagi kepadanya. Tanpa rasa malu ataupun sungkan, Rudi menggendong istrinya bak anak kecil yang baru bertemu dengan ibunya. Ayah mertuanya hanya terkekeh sedangkan ibu mertuanya tersenyum bahagia. "Assalamualaikum, widiiih. Bayinya mintak nen," celetuk Bagas tiba-tiba, "Kalau lihat yang tadi dan sekarang, jadi bimbang mau nikah.""Hust, mulutnya." "Sono ke kamar," usir Bagas. "Sewot ba

  • MAHAR 2 JUTA    Part 37 Pendarahan

    Sesampainya di rumah sakit terdekat, Diajeng panik sendiri melihat kondisi Risma. Dr Mila belum menjelaskan apapun, Risma yang tampak lemas tak berdaya dan pucat itu membuatnya bingung sendiri. Hanya Sifa saja yang dengan santainya menunggu dokter keluar dari ruang IGD. "Sifa, adik kamu sebenarnya sakit apa? Kog gejalanya seperti orang hamil," celetuk dr Mila."Emang hamil Dok, ya wajar kalau pendarahan. Mungkin mau melahirkan," jawab Sifa."Hamil? Risma hamil? Kamu kog malah membiarkan dia berada di pesantren. Kamu tahu sendiri resiko yang akan di tanggungnya kan," geram dr. Mila."Aku sendiri aja baru tahu pagi tadi dari Diajeng," cicit Sifa."Diajeng," cecar dr. Mila."Ibunya sendiri yang bilang Dok, baru tadi malem. Nanti kita tanyakan dia saja ya Dok," pungkas Diajeng."Saudari Sifa," panggil dokter. "Lah, kenapa harus aku sih Dok." Protes Sifa sambil beranjak dari duduknya. "Maaf Dok, kita perwakilan dari saudari Risma, jadi kalau untuk penjelasannya kita harus tahu semuanya.

  • MAHAR 2 JUTA    Part 36 Merampok Makanan

    Sesampainya di rumah, ibu Tutik di bantu pak supir membawa Maisya yang tengah tidur karena kelelahan. Berulangkali Maisya bergumam ketakutan dalam tidurnya. Ibu Tutik memahami putrinya, hormon seorang ibu hamil yang tak bisa di tebak. Walaupun sedikit kesal dengan tingkah anaknya, namun ibu Tutik juga tak bisa menyalahkannya."Ibuuuu," panggil Maisya. "Kamu sudah bangun," jawab itu Tutik. "Kog sudah di rumah saja Bu, mas Rudi mana? Bu, kalau aku di selingkuhin bagaimana ini huhu," rengek Maisya."Di selingkuhin ya cari laki lain toh Sya. gitu aja dipikirin," sewot ibu Tutik."Tapi Bu…""Kamu mau makan gak? Ibu sudah siapin." ***"Kamu pesan segini banyaknya? Menyala kasirku," gerutu Diajeng."Aku kan pengen nyoba Jeng, kamu gitu banget kalo sama aku. Besok-besok juga kamu gak bakalan khilaf ngebolehin aku pesan sendiri," Sendu Sifa."Ini mah ngrampok namanya," kekeh Diajeng.Sifa memesan 10 menu dan 5 nasi di cafe Diajeng. Tak hanya itu, dia juga memesan

DMCA.com Protection Status