Beranda / Romansa / MAHAR 2 JUTA / Part 7 Hadiah Untuk Ibu Mertua

Share

Part 7 Hadiah Untuk Ibu Mertua

Penulis: Lubalubb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 13:45:08

"Assalamualaikum halo Bu Anjani, ini Ayman sama Diajeng sudah dapat rumah yang akan di tempati. Nanti alamatnya saya kirimkan saja, tapi Bu Anjani kalau kesini jangan malam ya. Kasihan pengantin baru, keganggu. Ya sudah mau ngabarin itu saja, Assalamualaikum."

Diajeng tersipu malu sedangkan Ayman menatap Oma Maimunah sengit. Mereka bertiga tak mengikuti opa yang mengelilingi rumah. Kejahilan oma pada cucunya tersebut membuat oma terlihat lebih sehat dan bahagia.

"Acara kamu bagaimana Nak, jangan sampai kamu membuang uang di vendor sia-sia."

"Tidak boleh di batalkan oleh Pak Kiai Opa," jawab Ayman lesu.

"Ya berarti hari itu kamu nikah secara negara dengan Diajeng. Mbak-Mbakmu juga sudah booking mua dan baju keluarga," sahut Oma.

"Itu sih emang Mbak Nana dan Mbak Lala aja yang emang suka heboh. Tapi boleh juga lah ide oma," kata Ayman.

"Oke, semua biar di urus Mbakmu saja. Kasih tahu semuanya, pihak besan biar nanti di urus Mbakmu juga." Pungkas opa sembari memainkan ponsel yang ada di genggamnya.

"Kata Lala, besok kalian fitting baju."

***

Sejak mempunyai menantu, ibu tutik sekarang mengikuti kajian rutin ibu-ibu. Ibu tutik juga selalu salat berjamaah di mushola komplek. Sayangnya, niatnya tak hanya beribadah ataupun menambah ilmu. Namun kesombongan memamerkan apa yang di punya adalah tujuannya mengikuti semua kegiatan yang di ikutinya.

Jika biasanya ibu Tutik lebih senang menghabiskan waktunya dengan bermain ponsel, sekarang berbeda. Ibu Tutik akan mengunjungi warung atau toko terdekat, lalu mengajak pemilik toko berbincang ria. Tanpa sadar, ibu Tutik juga menjadi bahan lelucon para remaja yang terkadang menanggapinya saat mengajak ngerumpi.

Maisya baru saja datang bersama Rudi. Wajah semringahnya pun di sambut ibu Tutik. Seperti tak ingin ketinggalan kabar bahagia, ibu Tutik menyuruh anak menantunya duduk bersamanya.

"Kalian habis jalan dari mana? ke salon ya."

"Bukan kog, kita cuma ke pasar saja. Seru loh Bu," jawab Maisya.

"Oalah, beli apa di pasar. Belanja tak apa, tapi jangan boros ya. Kalian kan juga perlu punya rumah juga," tutur ibu Tutik.

Meski terkenal dengan kesombongannya, ibu Tutik tetap menjalani kodratnya sebagai seorang ibu. Dia tegas dan permarah, namun tak ada yang mengetahui sisi baiknya. Dalam hatinya hanya ingin kebahagiaan, kesuksesan dan keberhasilan anak-anaknya.

"Bu, ini untuk Ibu." Ucap Rudi sembari memberikan sebuah dompet kepada mertuanya.

"Apa ini, ya Allah Nak." Air mata ibu Tutik menetes satu persatu dan berakhir menjadi linangan yang tak terbendung lagi.

"Jangan nangis Bu, ini adalah hadiah dariku. Di pakai ya," kata Rudi.

"Ya Allah Nak, gelang. Kog besar sekali, ya Allah mahal pula. Uangmu di tabung Nak, jangan risaukan Ibu. Ibu tetap bahagia kalau kalian bisa membeli apapun untuk masa depan. Ibu tak mengharapkan apapun dari kalian Nak,"

Seburuk-buruknya seseorang, di hati mereka tetap terselipkan kebaikannya. Begitulah ibu Tutik, ibu Tutik sejak dahulu selalu memprioritaskan anak-anaknya. Seperti hal ini, ibu Tutik hanya ingin kebahagiaan anaknya. Anaknya bisa memiliki apapun, beliau sudah bangga.

Maisya ikut menangis sambil memeluk erat ibunya. Rasa kesal, marah dan kecewa karena ibunya menolak Ayman sudah menghilang. Dia mulai menerima Rudi sebagai pendamping hidupnya. Sembari belajar memposisikan diri untuk menjadi istri yang baik.

"Terimakasih ya Nak, semoga Rizki kalian selalu berlimpah dan barokah." Ucap ibu Tutik sembari menghapus air matanya.

"Iyya Bu."

***

Matahari sudah sedikit menurun, namun cuaca panas masih terasa membakar kulit. Angin yang berhembus seakan ikut merasa membara, bukannya sejuk malah meriang. Setelah mengurus semua pembelian rumah yang akan di tempati oleh Ayman dan Diajeng, opa Iskandar dan Oma Maimunah langsung kembali pulang ke kota mereka. Mereka juga akan mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk resepsi pernikahan kedua pengantin baru tersebut.

Ayman dan Diajeng masih menjalani kegiatan mereka di pesantren seperti biasa. Mereka sudah sepakat akan bermalam di rumahnya kalau hari libur saja. Hingga resepsi mereka di gelar nanti, kedua sepasang suami istri itu belum ingin memperlihatkan status mereka pada publik. Tak ada niatan lain, karena mereka sudah nyaman dengan posisinya saat ini.

"Ustadz, ini data santri yang belum lengkap. Baru setor pagi tadi," kata teman Ayman.

"Lama sekali, ngapain saja dari kemarin gak setor-setor. Berunungnya belum aku kirim," jawab Ayman mengomel.

Dibacanya data santri yang memang hanya kurang satu itu saja. Mata Ayman menatap tajam pada temannya tadi. Faris namanya, teman satu angkatan Ayman yang juga ikut mengabdi di pesantren itu hanya tersenyum sembari mengangkat alisnya.

"Kenapa dia ikut?" tanya Ayman.

"Kalau aku suaminya, justru aku sudah tahu dari awal sebelum dia daftar. Kamu ini sebenarnya siapanya Diajeng?" balas Faris.

"Kenapa dia tidak cerita padaku. Aku kira perlombaan kali ini dia memang sudah tak ikut.hf"

"Kenapa dia harus cerita padamu, kalau kamu saja belum move on dengan mantan."

Ayman memutar bola matanya. Dia yang masih belajar mencintai Diajeng itu tersindir halus. Apa yang di katakan oleh Faris benar. Di hatinya masih terselip nama Maisya, meski samar.

"Diajeng itu tidak pertama kalinya mengikuti perlombaan. Bahkan dia tercatat sebagai santri putri berotak emas. Lomba apapun yang di ikutinya pasti menang, namun dia tak secantik Maisya. Kamu itu harus membuka mata hatimu, pendamping kamu itu Diajeng bukan Maisya. Renungkan mulai dari sekarang," tutur Faris sembari menikmati secangkir kopi yang di bawanya ke kamar Ayman. Dia memang kerap menasihati temannya itu. Meski banyak yang merasa sungkan dengan Ayman, namun hal itu tak berlaku pada Faris.

"Bingung aku," pasrah Ayman.

"La kamu saja seperti tak punya pendirian gitu kog. Sekarang ilmunya di pakai, jangan hanya teori dan menerangkan saja. Kamu itu pintar tapi ketika di hadapkan dengan perempuan dan hati, malah melempem kayak cacing. Jadi lelaki itu harus tegas dan bisa mengendalikan hati. Bagaimana mau poligami kalau baru babak pertama saja sudah tak bisa adil begini," papar Faris.

Ayman menjitak kepala Faris. Itulah alasan Ayman tak pernah bisa marah dengan Faris, dia selalu menasihatinya sembari bergurau. Meski kadang juga nylekit, Faris lebih bisa memahami lawan bicaranya.

Ayman kembali mengingat ketika dia sedang bersama Diajeng. Walaupun dia sudah berusaha untuk selalu bersikap biasa, namun hatinya seakan tak ingin berbohong. Rasa cinta yang dia ciptakan untuk Diajeng masih mengambang.

"Kamu tak tahu kan kalau Maisya itu sebenernya sudah menikah," ucap Faris.

"Hah!! Serius kamu?"

"Iya, barengan sama kamu loh nikahnya."

"Sama siapa?"

"Namanya Rudi, anaknya camat. Gajinya gede, lebih gede dari uang bulanan kamu."

Tubuh Ayman berasa lemas. Harapannya pupus. Hatinya sakit, perasaannya hancur.

Dibalik kesakitan yang di rasakannya, dia mengabaikan perempuan yang telah menjadi tulang rusuknya. Perempuan yang telah mencintainya sejak lama. Perempuan yang selalu menyematkan namanya di setiap dirinya mengadu pada tuhannya.

"Apakah Diajeng juga sudah mengetahui pernikahan Maisya?"

Bab terkait

  • MAHAR 2 JUTA    Part 8 Memasak

    Kangen? Iya. Sebagai perempuan yang memang telah lama memendam perasaannya kepada suami, Diajeng seringkali memimpikan kebersamaannya berdua. Mereka yang hanya berada satu atap ketika hari libur pesantren saja, membuat Diajeng masih ingin berlama-lama bersama suami. Namun Diajeng tak pernah protes, dia tetap menikmati semua keputusan suaminya. Resepsi memang sengaja di undur oleh kedua belah pihak. Mereka tak ingin membuat acara hanya sekedar selesai dan puas saja. Mereka ingin memberikan kesan tersendiri yang bisa di kenang seumur hidup oleh sepasang pengantinnya. Di pesantren, para santri hanya mengetahui bahwa Ayman selalu memperhatikan Diajeng. Mereka beranggapan bahwa Ayman menyukai Diajeng. Isu tersebut sudah menyebar dan hanya di tanggapi dengan senyuman oleh Diajeng. Diajeng bahagia ketika dia menjadi pusat gunjingan para santri perihal Ayman. Dia juga selalu mengaminkan ketika ada yang mendoakan supaya mereka berjodoh. Bagi teman Diajeng, Ayman memang lebih cocok dengan di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • MAHAR 2 JUTA    part 9 Hamil

    Maisya tak bisa lagi menopang badannya untuk berdiri. Meski ibu mertua sudah memanggilnya bolak balik, Maisya juga tak menyahutinya. Tubuhnya menggigil dan mulutnya seolah terkunci, matanya tertutup dan hanya meneteskan air mata. Bu Dini, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Bu camat itu menghampiri Maisya di kamarnya. Bu Dini memeriksa semua tubuh Maisya dan dibuat kaget ketika mendapati menantunya tersebut demam tinggi. Tanpa menunggu siapapun lagi, Bu Dini bergegas menghubungi dokter keluarganya. "Maaf Bu, saya lagi dinas keluar kota."Balasan yang membuat Bu Dini lemas. Namun dia langsung berlari meminta bantuan pada tetangganya untuk membawa menantunya itu ke rumah sakit. Meski ragu, Bu Dini tetap mengetuk pintu rumah tetangganya. Betapa kagetnya Bu Dini, saat Diajeng yang membuka pintu. Lalu lebih terkejut lagi, ketika Ayman menyusul keluar. Walaupun sedikit sungkan, Bu Dini tetap pada tujuannya. "Maaf Nak Diajeng, saya ingin meminta bantuan. Tolong bantu angkat Maisya ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • MAHAR 2 JUTA    Part 10 Persiapan Lomba

    Malam hari, suami dan orang tua Maisya telah tiba di rumah sakit. Kegembiraan dan kabar bahagia itu akhirnya sampai pada mereka. Bahkan berkali-kali Rudi mencium kening Maisya di depan banyak orang. Dibalik senyumnya yang tak pernah pudar, Maisya merasa bersalah dengan perlakuannya pada Diajeng. Ibu Dini, mertua Maisya sedikit berbeda setelah kepergian Diajeng. Ibu Dini dengan jelas melihat Maisya dan Diajeng mengobrol. Maisya bahkan sudah tahu jika yang membawanya ke rumah sakit adalah sahabatnya. Sakit hatinya masih tercetak jelas, ketika melihat Diajeng menikah dengan Ayman saat itu. Maisya telah bahagia hidup bersama Rudi. Rudi yang royal dan tak pernah perhitungan itu tak ingin membuatnya merasa terkekang. Rudi bahkan selalu mengajaknya jalan-jalan ketika hari libur. Entah kenapa Maisya masih terbayang dengan pernikahan Diajeng. Baginya Diajeng adalah orang ke tiga yang merebut kekasih hatinya. Diajeng telah merusak apa yang seharusnya di milikinya. Melihat wajah Rudi yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • MAHAR 2 JUTA    part 11 Undangan

    Para santri putra putri duduk khusyuk mengikuti doa bareng dan dzikir bersama dalam rangka pelepasan santri yang mengikuti perlombaan di Jawa Timur. Mereka yang terpisah oleh ndalem pak kiai dan putra putrinya itu tetap bisa mengikuti acara dengan di sambungkan. Di aula putri terpampang layar besar yang bisa di saksikanya semua rangkain acaranya. Perwakilan dari santri putri yang mengikuti ajang perlombaan kali ini juga sudah siap dan mengikuti acara. Ada sepuluh santriwati termasuk Diajeng. Diajeng bersanding dengan ibunyai lalu baru di susul temannya lainnya.Di layar yang terpampang lebar, terlihat dengan jelas Ayman dengan takdzim mengikuti dzikir. Diajeng tersenyum simpul mengetahui suaminya tersorot kamera itu menjadi buah bibir di kalangan para santriwati. Mereka menyadari kalau Diajeng bahagia melihat kekasihnya dari dalam layar. "Mereka bakalan berangkat bareng loh. Disana akan ketemu terus.""Ya Allah, meleleh hati ini Bang""Mbak Ajeng beruntung banget sih.""Aku juga pen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • MAHAR 2 JUTA    part 12 Abon Ayam

    "Diajeng, itu ustadz Ayman di pojokin loh.""La terus?" Diajeng menguap lalu memperhatikan sekelilingnya. Semua mata tertuju padanya tak terkecuali Ayman. Wajah kerengnya terlihat begitu angker. Diajeng kebingungan untuk menanggapinya. "Kenapa lihatin aku?" tanya Diajeng. "Maklumlah cewek manis banyak yang ngincer." Gurau Diajeng sembari menyelonong ke toilet. "Kenapa ga ada yang berani ngetawain Ustadz Ayman ketika Diajeng melek?" seloroh salah satu santri putra. Mereka semua bubar dan bergantian melaksanakan salat ashr. Diajeng yang sudah salat terlebih dahulu, dia segera melipir mencari penjual makanan. Dia memang suka memasak, namun dia juga menyukai jajanan pinggir jalan. Setelah memborong jajanan untuknya dan semua temannya, Diajeng kembali ke tempatnya semula. Disana teman-temannya hanya mengobrol satu sama lain. Sembari menunggu adzan Maghrib, Diajeng pun mengajak teman-temannya beristirahat di taman samping masjid. Ayman yang mengetahui Diajeng memborong banyak makanan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • MAHAR 2 JUTA    part 13 Lomba

    Diajeng mendapatkan nomor urut paling belakang. Peserta yang kalau di total ada 50 anak itu membuatnya membuang napas pasrah. Dia akan merasa kelelahan sendiri menunggu gilirannya. Malam ini ada gebyar Sholawat yang selenggarakan oleh tuan rumah. Diajeng melipir sendirian mencari para penjual makanan. Diajeng sengaja memisah dari temannya, agar dia bisa menikmati kesendiriannya. Diajeng kembali memborong semua jajanan yang ada di sana. Dia tahu, tak semua temannya mempunyai uang saku banyak. Apalagi dia yang memang selalu berkecukupan dalam hal uang. Diajeng dari awal memang berniat membeli semua aneka jajanan, dia pun membawa tas plastik besar sendiri. Beraneka macam jajanan masuk semua. Dengan bahagianya dia menenteng dan kembali menyusuri setiap sudut stand. "Diajeng? Kog sendirian.""Loh, Ustadz Ayman." "Borong jajan lagi? Sini aku bawakan."Ayman segera mengambil alih apa yang di bawa Diajeng. Diajeng dengan senang hati mengangsurkannya. Mereka lalu berjalan berdua sembari b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • MAHAR 2 JUTA    part 14 Secuil Kertas

    Air mata Ayman menetes begitu saja saat mengetahui Diajeng masuk ke babak final. Ingin sekali dia memeluk istrinya saat itu juga, namun di sampingnya ada Faisal yang ikut menyaksikan perlombaan Diajeng. Faisal menahan tawa ketika tatapan Ayman tak di balas oleh Diajeng. Diajeng pun langsung balik ke asrama yang di tempatinya dengan perasaan bahagia. Teman-temannya yang lain juga munyambautnya dengan penuh suka cita. Tak hanya Diajeng, sebagian temannya juga ada yang masuk ke babak final. ***"Assalamualaikum." Teriakan Rudi dari depan membuat Maisya dan ibu Tutik terlonjak kget. "Waalaikumussalam, sudah pulang Mas." Sambut Maisya sambil menyalaminya. "Iya sayang, oh ya kita dapet undangan loh sekeluarga ke resepsi pernikahani keluarga bos aku. Nanti kita berangkat sama-sama ya." "Wahh, boleh tuh. Kapan acaranya mas," pekik Maisya."Tanggal 15 besok.""Oke mas." ***Acara resepsi yang di adakan oleh keluarga Ayman dan Diajeng

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • MAHAR 2 JUTA    part 15 Emak komplek

    Surakarta ke kota Malang bukanlah waktu yang singkat. Apalagi bagi yang hanya mau berwisatawan saja. Jika tidak seperti saat ini, tidak mungkin mereka bisa dengan segera pergi ke Malang. 4 hari berada di kota Malang, sudah saatnya Diajeng dan yang lainnya kembali ke Surakarta. Hari ini adalah hari terakhir di ajang perlombaan nasional se Jawa. Setelah semua beres, Diajeng dan lainnya akan langsung berlibur sehari di kota Malang. Pagi itu Diajeng dan semua santri yang masuk ke babak final sudah berada di tempatnya masing-masing. Tak jauh berbeda dengan sebelumnya, Diajeng mendapatkan nomor urut paling akhir. Dengan sabarnya Ayman pun ikut mendampingi istrinya dengan jarak yang telah di tentukan oleh panitia. ***Maisya, ibu Tutik dan juga ibu Dini sudah berada di dalam mobil. Niat hati, Rudi ingin mengajak mereka ke sebuah butik terkenal di kotanya. Dia ingin semua anggota keluarganya memakai baju yang pantas untuk di pakai ketika pernikahan keluarga bo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • MAHAR 2 JUTA    Part 52 Modal Usaha

    Koridor rumah sakit tetap sepi seperti biasanya. Ruang ICU hanya boleh di tunggu di luar ruangan, sedangkan pasien di dalam hanya ada Risma saja. Bisa di pastikan tempat yang saat ini hanya ada Diajeng saja itu akan terasa sangat mengerikan. Diajeng keluar begitu saja dari ruang bayi. Adu mulut antara Bu Siska dan ibunya Joko membuatnya tak ingin menambah masalah bagi mereka. Diajeng lebih leluasa sendirian seperti itu, timbang banyak orang hanya ada omongan unfaedah saja. Tetesan air hujan telah merata membasahi bumi. Suara guntur saling bersahutan antara yang satu dengan lainnya. Angin kencang ikut terlihat dari lantai dua tempat yang Diajeng saat ini.Diajeng, perempuan bertubuh mungil itu masih menjadi bahan perbincangan banyak orang. Apalagi kalau bukan karena pernikahannya dengan sang Ustadz. Namun bukan itu yang sedang panas di telinga orang lain, kekayaan Aymanlah yang menjadi kunci dari semua ucapan dari satu mulut ke mulut yang lain. Jika bagi mereka Diajeng orang pilihan

  • MAHAR 2 JUTA    Part 51 Tersadar

    Tangan Sifa di genggam erat oleh seseorang. Tangisnya tak bisa di bendungnya lagi. Beberapa hari yang lalu, orang tuanya mempermalukannya di depan umum dan dia hanya tersenyum saja. Hari ini, semua perasaan Sifa serasa hancur lebur tak berbentuk. Sifa mendongakkan kepalanya, melihat sosok yang tengah memegangnya. Tangisnya kembali pecah ketika orang yang di ajaknya bicara pun tengah berurai air mata. Keduanya beradu pandang tanpa sepatah kata apapun. Benar, Risma tersadar dari kritisnya. Setelah dua hari tak sadarkan diri. Walaupun tampak lemas tak berdaya, Risma mampu menggenggam saudara SE ayah itu dengan erat. "Maafkan aku Mbak," lirih Risma. Sifa bangkit dengan mengusap pipinya yang basah. Dia memanggil perawat yang berjaga di ruang ICU. Sifa juga menyempatkan diri untuk membasuh mukanya ke toilet. "Apa yang di rasakan Mbak?" tanya perawat. "Sakit semua Kak." "Di buat istirahat dulu ya. Biar nanti langsung di pindahkan ke ruang rawat inap saja." "Kenapa baru bangun kamu, a

  • MAHAR 2 JUTA    Part 50 Unek-unek

    Ayman datang bersama ustadz Faris yang karena Diajeng berulangkali tak bisa di hubungi oleh Ayman. Ayman yang awalnya ingin datang ke rumah sakit sendirian, namun ustadz Faris malah mengintil di jok belakang. Mau tak mau Ayman pun datang berdua lagi bersama ustadz Faris. Diajeng tak menyadari suaminya yang duduk di sampingnya. Dr Mila pun sama, mereka berdua mengobrol sembari memejamkan mata. Tanpa menghiraukan Sifa yang bersitegang dengan kawan bicaranya, Diajeng begitu menikmati kedamaiannya."Sayang," panggil Ayman. Sontak Diajeng membelalakkan matanya. Di lihatnya pula Sifa yang wajahnya tampak pucat. Merasa kebingungan, Ayman tersenyum kecil sembari mengedipkan matanya. "Aneh," celetuk Diajeng. "Tetep gantengan aku dong," kekeh Ayman."Loh, Ustadz kog kesini lagi?" Tanya dr Mila ketika menyadari kebisingan di sampingnya. "Iya Dok, tadi Diajeng gak bisa di hubungi. Mau telpon Dokter, saya gak ada nomernya." "Hah? Ada apa Mas? Tadi aku habis jagain Risma di dalam, jadi gak b

  • MAHAR 2 JUTA    Part 49 Calon Istri Saya

    Seorang perawat memanggil Diajeng karena masa penungguan pasien sudah habis. Diajeng harus keluar dan nanti akan di panggil lagi kalau sudah waktunya jam menunggu pasien. Perawat juga memberitahu Diajeng kalau Risma sudah menunjukkan perkembangannya. Diajeng keluar di sambut Sifa dengan keinginan tahuannya. Walaupun Sifa tak menyukai sifat adik tirinya itu, namun dia juga sebenarnya merasa kasihan. Bagaimanapun juga, ada darah yang sama di dalam tubuh Risma dan dirinya. "Belum sadar juga?" "Belum Fa, tadi aku ajak dia baca Yasin. Terus aku genggam tangannya dan kudekatkan bibirku di telinga Risma. Alhamdulillah dia respon, dia menangis kayaknya. Soalnya ada air mata yang menetes gitu." "Kamu mencoba berbicara dengannya gak Jeng?" Gantian dr Mila yang penasaran. "Iya Dok, aku bilangin tuh adeknya Sifa. Tak suruh insaf, kalaupun dia enggak selamat kan minimal sudah ada niatan baik gitu. Jangan marah ya Fa hehe," kekeh Diajeng. "Kamu betul sih, soalnya dia juga banyak dosa. Kayakny

  • MAHAR 2 JUTA    Part 48 Air mata

    Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruangan ICU. Belum ada perkembangan yang lebih baik pada Risma. Keadaannya masih sama, kritis.Orang tua Risma tampak kusut berada di depan ruang ICU. Mata mereka juga sembab. Ibu Risma tak lagi menampakkan wajah garangnya. "Makan dulu Yah, Mah. Habis ini kalian pulang saja, nanti sore baru kesini lagi. Biar kita saja yang menunggu Risma," ujar Sifa. "Kita langsung pulang saja Nak, kasihan Mama nangis terus semalam. Ini nasinya kita bawa pulang saja ya," kata pak Udin. "Oh, bawa saja semuanya kalau begitu Yah. Biar kalian gak beli lagi," kata Sifa. Kedua pasangan paruh baya itu pun beranjak untuk kembali ke rumah mereka. Tanpa menyapa lagi ataupun sekedar senyum. Dr Mila hanya melirik Diajeng sembari tersenyum kecut. Seorang perawat keluar dan mencari keluarga Risma. Di tangannya nampak membawa sebuah kertas yang di serahkan pada Sifa. Perawat hanya meminta Sifa untuk mengambilkan obat yang saat ini sangat di butuhkan ya oleh adi

  • MAHAR 2 JUTA    Part 47 Ghibah

    "Oalah mbak, cantik-cantik kog senengnya merebut calon orang. Mbok ya sing kreatif gitu loh," ujar seorang perempuan muda di toko sayur dan kebutuhan rumah tangga depan komplek. Diajeng yang sedang menemani Sifa itu mengerutkan keningnya. Ibu muda tadi melototkan matanya dengan tajam di hadapan Diajeng. Merasa tak mempunyai masalah, Diajeng pun mengacuhkannya. "Ya begini kalau terlahir dari keluarga tak berpendidikan tinggi, diajak berbicara saja melengos. Sudah merasa menjadi perempuan paling cantik," lanjutnya lagi.Diajeng membuntuti Sifa yang tengah sibuk mencari berbagai kebutuhan yang akan di bawanya ke rumah sakit. Toko sedang ramai, banyak ibu-ibu yang berbelanja sayur saling berbisik. Semua mata mengarah pada Diajeng, dengan mulut mereka berkomat-kamit sangat bising. Dari rumah Diajeng tak berniat membeli apapun. Dia hanya mengantarkan Sifa yang belum tahu Tutik letak toko di daerah sini. Sifa yang keukeh ingin berbelanja itu pada akhirnya meminta Diajeng untuk mengantarka

  • MAHAR 2 JUTA    Part 46 Ganjen

    "Tapi Buk, kenapa harus di samakan sih." Gerutu Maisya mengejar mertuanya."Terserah Ibu dong. Kamu sudah Ibu belikan juga, kenapa harus marah toh Saya." Kedua mertua dan menantu itu berbicara sangat keras sembari berjalan ke arah rumah Diajeng. Baik Diajeng maupun dr Mila hanya terdiam mendengarkan saja. Sifa yang baru hendak ke rumah Diajeng itu malah cengengesan melihat drama yang ada di depannya. "Ya jangan samakan dengan oarang lain dong Bu," kesal Maisya. "Kamu kog ngatur Ibu, terserah Ibu dong. Uang juga punya Ibu sendiri," ucap Bu Dini tak mau kalah. Diajeng menjadi kikuk di datangi oleh tetangga sebelah rumahnya. Bukan tak suka atau tak memperbolehkan orang lain berkunjung, namun Bu Dini datang dengan menantunya yang seakan tak suka pada Diajeng. Tatapan sinis Maisya membuat Diajeng ingin menutup pintunya saja, daripada terjadi kerusuhan antar teman. "Nak Ajeng, maaf ya malah ribut di rumah kalian." "Iya Bu, tak masalah. Kalau boleh tahu, ada apa ya Bu?" tanya Diajeng.

  • MAHAR 2 JUTA    Part 45 Kerandoman Ayman

    "Sayang, kalau kamu hamil nanti. Aku gak mau jadi yang ke dua," celoteh Ayman. Diajeng yang sudah merem pun kembali melek. Matanya melihat suaminya yang masih setia membelai lembut pipinya. Diajeng pun melanjutkan tidurnya yang tertunda. "Aku bakalan kesepian banget kalau kita nanti punya anak." Ayman berbicara lagi. Diajeng yang memang belum bisa Langsung tidur itu hanya mendengarkan saja. Ayman seolah tahu kalau istrinya belum jadi tidur. "Sayang, kita kapan ya punya anak." "Ambigu banget sih Mas," ujar Diajeng. "Bikin anak yuk," kata Ayman. "Gak pengertian banget jadi suami," jawab Diajeng. Ayman pun terbangun dari posisi tidurnya. Dipijitnya kaki sang istri. Bahkan Ayman memijit Dnegan sangat hati-hati. "MaasyaAllah, terimakasih suamiku. Aku tidur dulu ya," pamit Diajeng. "Ya enggak gitu juga konsepnya Sayang," lirih Ayman yang membuat Diajeng terkekeh bahagia. *** Maisya di temani sang suami berjalan santai di komplek perumahan mertuanya. Udaranya yang seju

  • MAHAR 2 JUTA    Part 44 Keceplosan

    Maisya bersama suaminya tengah mengantri untuk cek kandungan di rumah sakit terdekat. Mereka sangat bersemangat karena ingin sekali mengetahui perkembangan sang janin di dalam perut. Banyak sekali perubahan yang di rasakan oleh Maisya, walaupun masih dia masih trimester awal.Dokter yang akan menangani maisya masih belum datang. Walaupun mendapatkan nomor antrian pertama, jam terbang sang dokter molor hingga satu jam lebih. Bahkan maaiya sudah berulangkali mengeluh kecapekan duduk. "Makan dulu," ucap Rudi. Dengan senang hati Maisya membuka mulutnya menerima suapan dari suami tercinta. Pasangan yang menjadi pusat perhatian banyak orang karena sifat maisya yang selalu manja pada suaminya. Bahkan ada yang senyum-senyum malu sendiri melihat kelakuan Maisya. "Manis mas, seperti cintamu yang tak pernah pudar untukku." "Dan kamu adalah obatku agar tak sampai menderita diabet." Maisya tertawa mendengar gombalan Rudi yang garing tanpa ekspresi di dalamnya. Sampai mereka tak menyadari kala

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status