Share

MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.
Author: PejuangOnline99

Bab1

last update Last Updated: 2022-07-12 19:59:34

MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.

"Mas, ayam goreng yang tinggal sepotong di atas meja itu siapa yang makan?" tanyaku.

"Ibuku. Tadi, dia mau lagi jadi aku berikan saja," sahutnya dengan santai.

"Mas, itukan buat bapakku. Beliau belum ada makan apa-apa dari tadi, lagian ibu kamu juga udah makan beberapa potong," ujarku.

"Bapak kamu itu kan, pikun. Kasih aja nasi sama garam. Lagian dia juga pasti udah lupa dengan rasa makanan," ucapnya.

Bapakku menderita penyakit alzheimer semenjak sepuluh tahun yang lalu, sebelumnya ada ibu yang merawat bapak di kampung. Namun, setahun yang lalu ibu meninggal dan aku terpaksa membawa bapak ke kota untuk tinggal bersamaku. Akan tetapi hal itu membuat Mas Mande cemburu, sehingga ia juga memboyong ibu serta dua adiknya ke rumah ini. Ia tak suka jika bapakku saja yang hidup enak-enak di rumah ini, katanya.

Kami mempunyai sebuah usaha, yaitu toko baju. Lumayan laris, sih. Usaha itu kami rintis bersama meskipun dengan atas nama Mas Mande, kami juga mempunyai seorang anak yang bernama Khalila Maharani, ujung namanya mirip denganku, Rani.

"Bapakku memang pikun, mas. Tapi, setidaknya kalian yang tidak pikun sedikit mempunyai hati. Tidak mungkin bapakku makan nasi sama garam, bagaimanapun ia juga butuh nutrisi," ujarku, mata ini memanas. Selalu saja Mas Mande memperlakukan bapak seenak hati. Mentang-mentang bapak orang kampung dan mengalami penyakit alzheimer. Sehingga, ia hilang rasa hormat pada bapak.

"Ih ... Bau pesing! Rani ..! Bapak kamu ngompol!" teriak mertua dengan nyaring.

Aku berlari menuju sumber suara, di mana di ruang tamu kulihat bapak sedang terduduk sembari memainkan air kencingnya. Seperti layaknya anak kecil yang sedang asyik bermain air.

"Pak, bapak ken-cing, di lantai?" tanyaku, namun bapak menggeleng.

Gegas aku membantu bapak untuk bangkit, membawanya ke kamar mandi lalu menutup pintunya. Sebab, aku harus membersihkan sisa air ken-cing bapak yang ada di lantai.

Setelah selesai, aku kembali ke kamar mandi. Tubuh bapak sudah basah dengan air dan bapak menumpahkan sebotol sabun ke bak mandi sampai habis.

"Pak, mandi dulu, yuk?" Aku berusaha sabar menghadapi bapak yang mengalami penyakit lupa, ia tidak hanya pikun tapi tingkahnya juga terkadang bisa seperti anak-anak. Entahlah! Aku juga tidak mengerti jenis penyakit ini, yang jelas kata dokter terjadi penyusutan pada otaknya. Namun, sepertinya tidak hanya otaknya yang menyusut namun juga tingkahnya juga bisa berubah-ubah.

"Ha? Ini kan, sabun mahalku!" Manisah lewat saat aku baru selesai memandikan bapak. Sementara tadi botol sabun yang dibuang-buang oleh bapak kuletakkan di depan pintu. Masih ada sisa sedikit, makanya kutaruh disitu agar bapak tak memainkannya lagi.

Dulu, sebelum bapak mengalami penyakit alzheimer kehidupan kami lumayan enak, akan tetapi semua itu berubah saat bapak mengalami kecelakan dan kepalanya terbentur hebat. Sehingga, dokter memvonis bapak mengalami penyakit itu. Penyakit yang sampai sekarang tak kumengerti, mungkin karena aku orang kampung jadi tidak terlalu faham dengan penyakit seperti itu. Yang jelas aku tahunya bapakku menjadi pikun setelah kecelakaan.

"Mbak! Buka pintunya!" teriak Manisah.

"Ada apa Manisah? Ini mbak juga mau keluar," ujarku.

"Ini sabun mahalku, baru kubeli. Kenapa bisa habis? Apa bapakmu yang menghabiskannya?!" Manisah berteriak, sementara bapak hanya tersenyum cengengesan.

"Ada apa lagi ribut-ribut? Apa pak Hamdar berulah lagi?" tanya Juleha, mertuaku.

"Ini, Bu. Sabun mahalku habis gara-gara si kakek pikun ini!" Manisah memberut kesal.

"Rani, pulangkan saja bapakmu itu ke kampung. Dia itu di sini hanya akan menyusahkan kami saja!" ujar mertua kasar.

"Tapi ini rumahku, kami membelinya bersama. Kenapa aku tidak boleh membawa bapakku, beliau tidak ada sesiapa di kampung. Aku tidak bisa memulangkannya," ucapku dengan lantang.

"Kalau begitu kamu saja yang pergi sekalian! Biar bapakmu tidak membuat kami susah lagi!" tekannya.

"Loh, apa hak ibu mengusirku dari rumahku sendiri. Kalau ibu mau, ibu saja yang pergi," jawabku.

"Berani kamu sekarang ya, Rani. Hanya karena membela bapakmu yang pikun itu, kamu berani menentang ku?!" Mertua mulai emosi.

"Setidaknya berkat emas warisan bapak dan ibukulah kami bisa merintis usaha sampai sesukses ini. Seharusnya ibu bersyukur akan hal itu," jawabku.

"Halah! Tapi kalau bukan anakku yang bekerja keras kalian pasti gak akan sukses seperti sekarang, dan itu juga berkat doa dariku," ucap ibu mertua.

"Cukup, Bu! Aku sudah sabar dengan kalian selama ini. Kalau ibu tidak suka dengan bapakku, ibu saja yang pergi!" teriakku. Entah keberanian dari mana kudapatkan, sehingga aku mampu untuk melawan.

"Oh ... Jadi, perempuan kampung ini sudah berani membantah! Heh! Kamu itu tidak pantas tinggal di rumah sebesar ini. Cuma gadis kampung, dipungut oleh anakku dibawa ke kota dan tiba-tiba hidup enak. Cuma modal beberapa gram emas saja bangganya minta ampun. Kalau bukan anakku yang banting tulang, kamu itu gak akan ada apa-apanya. Sekolah aja cuma tamat SMP malah belagu," hinanya. Sudah terbiasa aku diperlakukan seperti ini. Namun, jika menyangkut dengan harga diri bapak, aku sepertinya tidak bisa tinggal diam.

"Benar! Kamu itu seharusnya nurut apa kata suami. Aku juga setuju dengan ibuku, pulangkan saja bapakmu ke kampung. Lagian rumah kalian masih ada, kan, di sana?" Mas Mande tiba -tiba muncul dan ikut mengusir bapakku.

"Tidak! Aku tidak akan memulangkan bapak. Bapakku tidak punya siapa-siapa lagi di sana," ucapku berusaha melindungi bapak.

"Kamu tau, kan, rumah dan usaha kita semuanya atas namaku. Kalau kamu tidak mau nurut dengan semua perkataanku, lebih baik kamu pergi saja dari sini. Sekarang kamu pilih saja, mau tetap tinggal di sini atau pulang bersama bapakmu yang pikun itu." Hah! Apa Mas Mande baru saja mengusirku, tidak! Aku tidak boleh lemah. Aku tidak bisa menelantarkan bapakku begitu saja.

Sejenak aku terdiam. Aku yakin, aku bisa memutuskan.

"Aku pilih bapak," sahutku.

"Kalau begitu pergi dari rumah ini! Dan jangan bawa apa-apa selain pakaianmu. Oh ... Satu lagi! Bawa serta Khalila bersamamu, karena aku tidak ingin repot-repot mengurus anak," ujarnya tanpa belas kasihan, namun sedikitpun aku tidak akan meminta belas kasih darinya. Sudah cukup aku menahan rasa sakit hati pada keluarga mereka, kali ini akan kubuktikan kalau aku bisa pergi dari rumah ini meskipun tanpa membawa apa-apa.

"Baiklah! Aku akan membawa Khalila. Tapi, camkan satu hal! Aku akan kembali dan merebut semua Hakku," ujarku memberi ancaman tanpa rasa gentar.

Test ....

Related chapters

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab2

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.#2"Bagus! Kalau begitu jangan mengulur-ulur waktu lagi," ujar Mertua, seharusnya jika mereka tidak menyukaiku setidaknya mereka kasian pada Khalila. Karena, Khalila adalah cucu dan anaknya Mas Mande.Namun tak apa, aku tidak ingin terlihat lemah. Kugiring bapak menuju kamar lalu menggantikan pakaiannya, dan aku pun mengemas pakaian bapak terlebih dahulu. Kemudian, aku kembali ke kamarku dengan tetap membawa bapak agar aku bisa mengawasinya.Kutatap Khalila yang sedang tertidur pulas, sembari mengemasi pakaian. Mungkin karena aku hanya lulusan SMP jadi mereka menilaiku sangat rendah. Aku terpaksa berenti sekolah waktu dulu karena bapak sedang parah-parahnya. Sehingga, ibu tidak bisa memperhatikanku dan pada akhirnya aku tidak melanjutkan sekolah. Memang saat ia ingin membuat surat rumah dan toko ia meminta agar surat rumah itu hanya namanya saja yang tercantum. Ia bilang kalau kita harus memilih salah satu nama dari istri atau suami yang akan

    Last Updated : 2022-07-12
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab3

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#3Kamu pikir aku sebo-doh itu? Kamu pikir aku selemah itu. Selama ini aku hanya bersembunyi dibalik wajah sendu yang teraniaya sembari mengumpulkan banyak trik untuk melawanmu. Sekarangpun, aku sedang berusaha terlihat lemah agar kalian bisa tertawa dalam kemenangan semua.Pun, tak cuma surat rumah dan toko. Aku juga membawa beberapa surat penting, seperti kartu keluarga, surat nikah, BPJS-ku, Khalila, bahkan punyanya mas Mande serta surat BPKB dan STNK mobil juga kubawa. Karena surat apapun yang menurutku penting pasti akan membuat mas Mande sulit dalam berurusan jika semuanya kubawa kecuali surat nikah dan KTP punyanya. Karena, waktu dia membuat surat-surat itu atas namanya kami mempunyai perjanjian kalau aku-lah, istrinya yang berhak menyimpannya. Pun, meskipun semua itu atas namanya kami juga mempunyai surat hitam diatas putih dengan berlebelkan materai sepuluh ribu kalau dia tidak bisa menjualnya seenak hati tanpa persetujuanku. Pun, jika

    Last Updated : 2022-07-12
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab4

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#4POV Mande."Sudahlah Mande, jangan disergah! Biarkan saja dia pergi. Ibu yakin, kalau dia gak akan bisa bertahan di luaran sana. Paling sebentar lagi dia akan berbalik dan kembali," ucap ibu saat aku berusaha menahan Rani. Kupikir dengan caraku mengancam dan tidak memberinya uang sepeserpun akan membuat niatnya urung meninggalkan rumah ini. Tapi, ternyata Rani begitu keras kepala. Ia tetap pada pilihannya untuk pergi dari sini dan memilih membawa bapaknya yang pikun itu."Iya mas. Yang jelas dia itu udah gak punya apa-apa. Perhiasan saja tidak punya kan, untuk digadaikan. Heh! Palingan juga bentar lagi nangis-nangis minta maaf dan ngemis agar kita mau terima dia lagi. Kalau dia datang kembali jangan pernah dibukakan pintu," timpal Manisah dengan cengirannya yang nyinyir."Kamu dan ibu benar, mana mungkin Rani akan sampai pulang ke kampung dengan keadaan tangan kosong. Apalagi harus naik bis, memangnya dia sanggup beli tiket." Aku tersenyum m

    Last Updated : 2022-07-12
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab5

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#5POV Rani.Kumatikan ponsel agar mas Mande tidak lagi menelpon. Biarkan saja mereka merasakan bagaimana rasanya penasaran. Mungkin mereka berpikir aku akan kembali dan memohon pada mereka, akan tetapi keputusan ini sudah bulat dan aku tidak akan runtuh meskipun dengan alasan apapun.Kulihat bapak juga masih asyik bermain dengan Khalila, sesekali ia berhenti karena ngos-ngosan. Biasanya kalau bapak kecapekan ia bisa ngompol atau buang air besar sembarangan. Jadi, aku menghentikan kegiatan sejenak lalu menanyai bapak apakah dia ingin buang air."Pak, bapak mau pipis?" tanyaku dan ia menggeleng."Kalau BAB?" tanyaku lagi, dan ia juga menggeleng."Bapak lapar, belum makan. Sudah dari sehabis pulang kerja bapak belum minum seteguk air." Aku mengernyit, padahal baru saja bapak habis makan banyak. Tapi, ia sudah lupa kalau dia sudah makan."Pak, tadi bapak sudah makan," ujarku. Karena, aku belum sempat memasak. Belanja saja belum, apalagi harus memas

    Last Updated : 2022-07-12
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab6

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#6Gegas aku mengeluarkan ATM dari mesin, menggendong Khalila dan membawanya pulang. Tak lupa, aku menarik uang dulu beberapa juta dari kartu ATM pribadiku, karena aku masih takut untuk menggunakan uang simpanan bapak. Aku harus mencari tahu dahulu tentang uang ini dan paman yang bernama Hamsar. Sebab, aku lupa-lupa ingat dengan nama itu, karena kata ibu bapak hanya pernah membawaku sekali ke tanah kelahirannya sewaktu aku berumur lima tahun. Sementara ibu tidak pernah sama sekali ke sana, karena ibu menderita penyakit asma yang tak memungkinkan untuk beperjalanan jauh.Pun, saat mereka sehabis menikah ibu hanya pernah sekali saja kesana. Karena, setelah beberapa bulan mereka menikah orang tua dari bapak meninggal secara bersamaan saat melakukan umroh di tanah suci Mekkah. Maka dari itulah ibu tidak pernah lagi ke kampung bapak.Sesampainya di rumah, aku langsung mengemas pakaian kembali. Mumpung masih pagi, sepertinya masih bisa mencari tiket m

    Last Updated : 2022-07-12
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Jejak Yang hilang

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#7POV Mande."Sudah seharian semalaman Rani mengabaikan pesan dan teleponku, Bu. Sepertinya dia tidak akan kembali," ucapku sesaat kami sedang sarapan di meja."Heh! Istri kamu itu ngelunjak, sudah miskin banyak tingkah lagi. Lebih baik kita susul saja dia ke kampungnya," sahut ibu menggebrak meja, geram."Aku setuju. Aku akan ikut dan Salma jaga rumah, kita hajar saja sekalian. Kalau perlu kita rampas surat-surat penting itu dengan secara paksa, jangan sampai rumah ini digadaikan oleh mbak Rani. Bisa bangkrut kamu, mas," ujar Manisah menimpali."Ide bagus itu Manisah. Dia pikir dia siapa? Cuma wanita kampungan yang cara berpakaian saja masih norak, tapi berani banget mengabaikan kita. Apa dia berpikir kalau kita tidak bisa datang kesana dan mengambil semua yang seharusnya menjadi milik Mande. Kalau perlu kita berangkat hari ini juga," ujar Ibu."Tunggu apa lagi, mas, cepat keluarkan mobil dari garasi. Kami akan bersiap-siap, sekarang juga kita

    Last Updated : 2022-07-26
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Rencana

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#8POV Rani.Aku mencharger ponsel yang sudah habis baterai . Sebab disepanjang perjalanan baterai ponsel tidak mendapat colokkan, sehingga saat baru sampai di kampung ini ponselku lowbate dan baru sempat menchargernya pagi ini."Rani .... " Paman mendekat saat aku duduk di kursi ruang tamu, sembari menatap layar ponsel."Iya, paman," sahutku. Kulirik di depan layar terpampang beberapa kali panggilan tak terjawab dari mas Mande melalui aplikasi hijau. Pun, banyak juga chat yang masuk beruntun dari keluarga itu. Tidak hanya Mas Mande saja, tapi juga Manisah dan ibu mertua.Kuletakkan ponsel ke samping colokkan yang kabelnya bisa ditarik karena panjang."Rani, paman mau ngomong sesuatu," ujar paman."Mau ngomong apa, paman?" tanyaku."Mungkin kamu tidak tau, bapakmu banyak sekali berjasa di dalam hidup paman. Terlebih, saat kedua orang tua kami meninggal. Bapakmu lah yang membuat paman bisa bangkit dan memberi semangat agar paman tidak hancur kare

    Last Updated : 2022-07-26
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Melawan mertua

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#9POV Author."Mande, apa kamu sudah mendapat kabar tentang Rani?" tanya Juleha sembari duduk menyilangkan kakinya."Boro-boro Bu, pesanku saja dibalasnya dengan angkuh. Kayaknya dia sedang nantangin kita," sahut Mande menggenggam kedua tangannya."Heh! Kalau sampai kita menemukannya akan ibu tampar wajahnya. Geram sekali ibu denga wanita itu, sudah miskin tidak sadar diri!" cetus ibu dengan ekspresi jengkel."Kalau gitu aku mau ke toko, dulu," ujar Mande.Mande nekat membawa mobilnya pergi, kendati ia tau kalau BPKB dan STNK sedang tak berada di tangannya. Ia lelah jika harus memesan taksi atau ojek online, langkahnya kurang leluasa jika ia tak menyetir sendiri.Sesampainya di lampu merah Mande dicegat oleh dua polisi, karena sedang ada razia SIM. Beruntungnya SIM Mande ia sisipkan ke dalam dompet sehingga tak terbawa oleh Rani. Akan tetapi tentu saja tak sampai di situ, polisi juga meminta STNK punya Mande.Mande gugup, ia tak bisa memberikan

    Last Updated : 2022-07-26

Latest chapter

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Tamat

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#31Rani dengan berat meninggalkan area pemakaman, saat mereka ingin beranjak pergi dokter Ridwan pun datang."Nyonya Rani, saya baru tahu kalau pak Hamdar mening ...." ucapannya terjeda saat melihat mata Rani yang sembab dan merah."Ehm ... Maaf, saya datang di waktu yang tidak tepat," ujar dokter Ridwan."Tidak papa, Dok," sahut Khalila."Tapi, kami sudah mau pulang," lanjutnya."Silahkan, saya akan menyusul nanti." Dokter Ridwan kemudian mendekat pada kuburan pak Hamdar, ia berjongkok sembari menengadahkan kedua tangannya. Memanjatkan doa-doa dan surat-surat Al-Qur'an, terakhir ia membaca surat Yasin dan menabur bunga.Sementara Hamsar menyarankan agar mereka menunggu dokter Ridwan di gerbang utama, tidak enak saja meninggalkan orang yang datang untuk melayat keluarganya. Apalagi, orang tersebut sudah akrap dengan keluarganya."Eh, kalian masih di sini?" tanya dokter Ridwan saat ia keluar dari gerbang pemakaman umum tersebut."Pulangnya baren

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab30

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#30Setelah beberapa hari tidur di tempat yang kurang layak, hari ini Mande memutuskan untuk pindah ke hotel yang lebih mewah dan nyaman. Ia juga makan di restoran yang mahal dan tentunya memakan pesanan yang ia pesan hingga tandas tak bersisa.Malam itu Mande dikagetkan dengan kedatangan dua orang polisi ke restoran tersebut, sembari menodongkan senjata api dan menyuruh Mande mengangkat kedua tangannya. Peluh jagung mulai bercucuran dan Mande menjadi tegang."Angkat tangan! anda kami tahan." Salah satu dari polisi tersebut mengancam.Mande pun tak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa manut agar tak di tembak oleh polisi tersebut. Percuma saja ia kabur, yang ada ia akan di dor saat mencoba berlari."Salah saya apa ya, pak?" tanya Mande berpura-pura tidak tahu."Anda kami tangkap atas tindakan pencurian di rumah, nyonya Rani," ujar polisi tersebut dan salah satu dari mereka memborgol tangan Mande."S-saya tidak mencuri, pak," ucap Mande masih mengel

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab29

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#29 "Heh! Bercanda lagi." Khalila mengangkat satu bibirnya dan menghembuskan nafas kasar. "Apa udah gak punya cara lain, sehingga harus berpura-pura pingsan. Atau ... Emang sengaja mau cari simpati. Bangun, aku enggak akan luluh dengan sandiwara receh seperti ini." Khalila berbalik dan mengguncang tubuh Mande. Namun Mande tak bergerak, tubuhnya begitu lemas. Selain ia menahan sakit, ia juga tidak sempat makan dari pagi. Apalagi, dia juga kelelahan karena berlari kesana-kemari beberapa hari ini. "Enggak bangun, Bun. Apa dia meninggal?" Khalila melirik pada bundanya. Rani yang mendengar ucapan Khalila tersentak dan takut. "Biar kakek periksa," ujar Hamsar mendekat. "Dia pingsan," ucap Hamsar. "Terus gimana dong, kek?" tanya Khalila. "Kita panggil dokter Ridwan saja," usul Hamsar. Khalila dan Rani mengangguk, Lila pun segera mengambil ponsel dan menekan nomor dokter Ridwan, dokter langganan mereka yang biasa di panggil ke rumah. Sekian pu

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab28

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#28Khalila menyuruh beberapa orang untuk menebar brosur, poster Mande pun sudah terpampang di berbagai jalan. Banyak tiang-tiang yang bertempelkan wajah Mande dengan caption yang sama. Sontak, para pejalan kaki dan pengendara roda dua langsung tergiur dengan hadiah yang dicantumkan oleh Khalila. Di jaman yang serba mahal ini, uang lima juta sangat banyak bagi kaum menengah ke bawah.Ya, mulai hari ini hidup Mande diawali dengan ketidak nyamanan. Tadi pagi saja saat ia membeli sarapan di warung terdekat banyak orang menatapnya dengan tatapan sinis dan aneh, ada juga yang mengikuti ia hingga sampai ke depan gang. Untungnya Mande segera berlari sekencang mungkin untuk menghindar, takut saja jika orang-orang tersebut berniat jahat atau mungkin pencuri organ tubuh. Siapa tau, kan?Nafas Mande dibuat ngos-ngosan karena berlari sekuat yang ia bisa. Tenaganya terkuras dan tenggorokan kering sebab kekurangan dahaga. Mande mengambil botol air mineral lal

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab27

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#27Badan Mande serasa mau patah gara-gara digempur oleh Khalila dan Rani. Kalau Hamsar sih, tidak seberapa, yang sakit itu pukulan sapu dari Rani. Rasanya pedas dan perih.Dan ternyata membawa Khalila tidak semudah yang ia bayangkan. Ia pikir ia bisa membawa Khalila dengan gampang, sebab hanya Khalila lah penyelamat satu-satunya bagi Mande. Dikarenakan Mande memiliki banyak hutang keliling pinggang pada rentiner sehingga ia kebingungan saat ingin membayarnya. Belum lagi ia dikejar-kejar kesana-kemari bahkan beberapa kalian digebuki karena tidak bisa membayar.Pun, seorang pengusaha kaya-raya yang sudah berumur, dan lebih tepatnya bisa disebut lelaki hidung belang menawarinya uang yang banyak asalkan ia bisa memberikan gadis yang masih perawan untuk dinikahi secara siri. Sementara ia hanya mempunyai satu putri yaitu Khalila."Huh! Kurang ajar! Pukulan Rani kencang juga," decak Mande saat ingin meninggalkan halaman rumah tersebut.Sementara Rani

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab26

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#26"Hai, Rani!" Mande menyapa Rani dengan senyumnya, diangkatnya tangan sembari melambai pada Rani.Saat itu juga Rani seperti menyaksikan kilatan petir yang bersambaran. Ia merosot ke bawah seakan tak percaya kalau hari ini ia bertemu lagi dengan mantan suaminya."Siapa, Bun?" tanya Khalila, airmata Rani seketika jatuh."Bukan siapa-siapa," sahut Rani."Khalila!" Mande malah sengaja memanggil untuk memancing Khalila keluar."Iya." Khalila mendekat, berjalan menuju arah Rani yang kini mulai tersungkur ke bawah."Anda siapa?" tanya Khalila, ia memang sudah lupa bagaimana sosok dan rupa ayahnya. Sebab, saat sang Bunda memutuskan untuk pindah ia masih kecil dan baru berumur tiga tahun saat itu."Aku adalah .... ""Dia hanya salah alamat." Rani memotong ucapan Mande."Kalau begitu silahkan pergi, mungkin anda salah alamat," ujar Rani mengusir Mande."Tunggu dulu! Tapi, dia tau namaku, Bun," sergah Khalila penasaran."Mungkin kamu yang salah dengar,

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab25

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24"Sebentar, Bun. Lila cas dulu," ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya."Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta," pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab24

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24“Sebentar, Bun. Lila cas dulu,” ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya.“Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta,” pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab23

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#23“Ibu! Jangan pergi!” teriak Mande saat melihat Juleha melangkah kesal dengan wajahnya yang memberut dan bibir mengerucut sempurna.Juleha tak mengindahkan teriakkan putra sulungnya itu, ia tidak perduli sekarang apapun yang akan terjadi pada Mande. Sementara ia saja harus tetap memikirkan bagaimana menjalani kehidupan dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.“Heh!” Juleha melempar tasnya ke sembarangan, ia menghempaskan bokongnya pada kursi kayu yang ada di kontrakkan itu. Kesal, karena Mande tidak mau membagi sedikit uangnya untuk mereka.“Dasar anak pelit! Anak durhaka! Semoga saja menderita di dalam sel sana!” Umpat Juleha melontarkan sumpah serapah.“Apa sih, Bu, datang-datang marah-marah gak jelas?” tanya Manisah.“Ibu sekarang pusing! Gimana caranya kita bisa menyambung hidup tanpa pegangan uang. Sementara Mande tidak mau membagi uang tabungannya pada kita,” sungut Juleha sembari memegangi kepalanya yang jenong.“Terus gimana don

DMCA.com Protection Status