Share

Jejak Yang hilang

last update Last Updated: 2022-07-26 18:57:05

MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#7

POV Mande.

"Sudah seharian semalaman Rani mengabaikan pesan dan teleponku, Bu. Sepertinya dia tidak akan kembali," ucapku sesaat kami sedang sarapan di meja.

"Heh! Istri kamu itu ngelunjak, sudah miskin banyak tingkah lagi. Lebih baik kita susul saja dia ke kampungnya," sahut ibu menggebrak meja, geram.

"Aku setuju. Aku akan ikut dan Salma jaga rumah, kita hajar saja sekalian. Kalau perlu kita rampas surat-surat penting itu dengan secara paksa, jangan sampai rumah ini digadaikan oleh mbak Rani. Bisa bangkrut kamu, mas," ujar Manisah menimpali.

"Ide bagus itu Manisah. Dia pikir dia siapa? Cuma wanita kampungan yang cara berpakaian saja masih norak, tapi berani banget mengabaikan kita. Apa dia berpikir kalau kita tidak bisa datang kesana dan mengambil semua yang seharusnya menjadi milik Mande. Kalau perlu kita berangkat hari ini juga," ujar Ibu.

"Tunggu apa lagi, mas, cepat keluarkan mobil dari garasi. Kami akan bersiap-siap, sekarang juga kita serang Rani ke kampungnya," titah Manisah.

"Gimana aku mau menggunakan mobil, sementara STNK dan BPKB nya saja dibawa oleh Rani. Bisa-bisa kita ditilang polisi karena gak punya surat kendaraan yang lengkap,"sahutku.

"Hah! Menyusahkan, saja. Licik juga ternyata si Rani ini. Lagian kamu juga salah, seharusnya kamu jangan memberikan surat-surat berharga pada Rani untuk disimpan," ucap ibu.

"Terus kita mau pake apa?" tanya ibu.

"Ya, pake mobil travel saja," sahutku.

_______________________________

Akhirnya kami memutuskan untuk menyusul Rani ke kampung halamannya menggunakan mobil travel. Pasti dia berada di rumah bapaknya, dia tidak akan kemana-mana karena tidak punya tempat tujuan dan sanak saudara. 

"Jauh banget sih kampungnya si, Rani. Kalau enggak berkepentingan ibu sih ogah nginjakin kaki di kampung seperti ini. Gak level!" Rutuk ibu mengomel di belakang.

"Iya. Makanya pas kawinan mas Mande aku juga males datang. Aku yakin rumahnya mbak Rani itu kumuh dan jelek," sahut Manisah.

"Sebagus-bagusnya rumah di kampung ya, tetap aja miskin. Kalau kaya mah, pasti udah pindah ke kota. Haha!" Tawa ibu gelak sembari mencemooh Rani.

"Lagian bagus deh, mas Mande pisah. Biar gak punya istri norak dan kampungan kayak si Rani lagi, unfaedah banget buat dipertahankan," ujar Manisah.

Sebenarnya aku berharap Rani kembali, yang tak kuharapkan hanyalah mertuaku yang pikun itu. Sejujurnya hati ini masih sayang padanya, tapi ... Yang membuat jengah ia terlalu memperhatikan bapaknya sehingga aku muak melihat dia.

Dan disaat tinggal satu rumah dengan bapaknya Rani, ibu selalu merasa risih dengan kelakuannya yang seperti kekakanak-kanakkan. Apalagi, pas bapaknya Rani buang air kecil dan besar sembarangan, baunya menyeruak sampai ingin membuat perut mengeluarkan sisa makanan dengan secara paksa.

_______________________________________

Entah sudah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba saja ibu membangunkan. Katanya kami sudah sampai di tempat tujuan, hanya perlu berjalan beberapa puluh meter saja lagi menuju rumah Rani.

"Is ... Kumuh!" Kata Manisah terlihat jijik.

"Gak salah lagi kita membuang wanita benalu itu, sudah miskin gak cantik dan gak bisa dibanggakan. Kayaknya mata kamu kemaren sedang belekkan deh, Man, sehingga bisa menikahi wanita kampungan seperti Rani," ujar ibu.

Aku dan Rani bertemu saat ia membawa ibunya yang sakit asma ke kota. Waktu itu tidak sengaja aku sedang mengantar teman yang juga cidera, kami tidak sengaja bertabrakan di rumah sakit. Sehingga aku membantunya dan dia meminta maaf. Dulu, Rani lumayan cantik, bersih, dan pastinya lebih terawat dari pada saat ini.

Sekarang Rani sering berpenampilan kucel, dekil dan bau. Apalagi semenjak ada bapaknya yang pikun tinggal di rumah kami, membuat Rani semakin tidak terurus. Membosankan!

"Ran, Rani!" Ibu menggedor pintu rumah bapaknya Rani namun tak ada sahutan.

Lalu, kami mengintip dari celah jendela yang hordengnya sedikit tersingkap namun tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.

"Pasti dia ngumpet," rutuk ibu menggerus kesal.

"Woy, Rani! Jangan sembunyi, kamu. Dasar maling!" teriak Manisah.

Rani tetap tidak membukakan pintu, entah kemana dia. Tidak mungkin dia tak ada di dalam, mau kemana lagi selain pulang ke rumah ini. Apakah dia tidak mempunyai uang untuk pulang ke kampung, dan apakah dia menjadi gelandangan di jalan.

"Cepat telpon saja, Mande. Ibu yakin dia pasti di dalam, kalau dia di dalam pasti suara ponselnya kedengaran," titah ibu.

Aku menekan nomor Rani, namun panggilan tidak tersambung. Nomor Rani tidak aktif bahkan di luar jangkauan, sepertinya ponsel Rani sengaja dimatikan.

"Nomornya tidak aktif, Bu," ujarku.

"Pasti dia sengaja, dia pasti sudah menduga kalau kita bakalan datang mencarinya. Maka dari itu, dia bersembunyi di dalam," tukas ibu kembali menggedor pintu rumah bapaknya Rani dengan kasar.

"Buka, Rani! Keluar kamu! Jangan bersembunyi layaknya seperti siput yang sedang ketakutan!" teriak ibu, sontak mengundang beberapa tetangga di dekat sini untuk melongokkan kepala mereka di daun pintu.

"Bu, mungkin saja Rani tidak ada di rumah," ujarku. Aku sedikit malu saat ada beberapa ibu-ibu berkumpul lalu bergumul dengan mulut yang mencong kesana-sini.

"Ada apa ini, Bu?" tanya seseibu tiba-tiba saja menghampiri kami. Mungkin dia sedikit terganggu dengan teriakan ibu.

"Kami sedang mencari penghuni rumah ini," sahut ibu dengan judes.

"Oh ... Maksudnya pak Hamdar? Beliau sudah lama tidak kembali, bukannya mereka tinggal bersama Rani. Em ... Ini kalau gak salah Mande, kan, suaminya Rani?" tanya seseibu itu, akupun sudah lupa dengannya.

"Iya, benar."

"Saya Bu Titin masih ingat, kan? Bukannya pak Hamdar tinggal bersama kalian, kenapa kalian malah mencarinya kemari?" tanyanya. Ah ... Aku harus menjelaskan seperti apa.

"Mereka minggat dari rumah dan mencuri semua aset kekayaan anak saya," sahut ibu dengan gamblang.

"Apa Rani dan bapak mertua saya pulang kesini? Lalu, kemana mereka sekarang?" tanyaku pada Bu Titin.

"Em ... M-mereka tidak pernah pulang kesini," sahut Bu Titin terlihat gugup.

"Memangnya ada apa dengan kalian?" tanya Bu Titin.

"Heh! Gak usah banyak tanya, ya? Kepo banget sama urusan orang lain. Mau kami ada apa-apa atau enggak, gak ada urusannya dengan anda!" sahut ibu sinis, Bu Titin menggeleng lalu meninggalkan kami begitu saja.

"Kalau Rani tidak ada di rumah ini terus dia kemana?" tanyaku membatin. 

"Kemana lagi kita harus mencarinya sekarang. Kita harus segera menemukannya dan merebut surat-surat penting itu," ujar ibu sembari memijat kepalanya.

"Aku juga tidak tahu, Bu. Karena setahuku Rani tidak mempunyai keluarga lagi," sahutku yang juga ikut bingung.

Related chapters

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Rencana

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#8POV Rani.Aku mencharger ponsel yang sudah habis baterai . Sebab disepanjang perjalanan baterai ponsel tidak mendapat colokkan, sehingga saat baru sampai di kampung ini ponselku lowbate dan baru sempat menchargernya pagi ini."Rani .... " Paman mendekat saat aku duduk di kursi ruang tamu, sembari menatap layar ponsel."Iya, paman," sahutku. Kulirik di depan layar terpampang beberapa kali panggilan tak terjawab dari mas Mande melalui aplikasi hijau. Pun, banyak juga chat yang masuk beruntun dari keluarga itu. Tidak hanya Mas Mande saja, tapi juga Manisah dan ibu mertua.Kuletakkan ponsel ke samping colokkan yang kabelnya bisa ditarik karena panjang."Rani, paman mau ngomong sesuatu," ujar paman."Mau ngomong apa, paman?" tanyaku."Mungkin kamu tidak tau, bapakmu banyak sekali berjasa di dalam hidup paman. Terlebih, saat kedua orang tua kami meninggal. Bapakmu lah yang membuat paman bisa bangkit dan memberi semangat agar paman tidak hancur kare

    Last Updated : 2022-07-26
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Melawan mertua

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#9POV Author."Mande, apa kamu sudah mendapat kabar tentang Rani?" tanya Juleha sembari duduk menyilangkan kakinya."Boro-boro Bu, pesanku saja dibalasnya dengan angkuh. Kayaknya dia sedang nantangin kita," sahut Mande menggenggam kedua tangannya."Heh! Kalau sampai kita menemukannya akan ibu tampar wajahnya. Geram sekali ibu denga wanita itu, sudah miskin tidak sadar diri!" cetus ibu dengan ekspresi jengkel."Kalau gitu aku mau ke toko, dulu," ujar Mande.Mande nekat membawa mobilnya pergi, kendati ia tau kalau BPKB dan STNK sedang tak berada di tangannya. Ia lelah jika harus memesan taksi atau ojek online, langkahnya kurang leluasa jika ia tak menyetir sendiri.Sesampainya di lampu merah Mande dicegat oleh dua polisi, karena sedang ada razia SIM. Beruntungnya SIM Mande ia sisipkan ke dalam dompet sehingga tak terbawa oleh Rani. Akan tetapi tentu saja tak sampai di situ, polisi juga meminta STNK punya Mande.Mande gugup, ia tak bisa memberikan

    Last Updated : 2022-07-26
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab10

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#10POV Rani.“Dasar miskin!” Heh! Aku tersenyum getir saat kata-kata itu terlontar dari mulut mertua. Rasanya sudah kebal dengan hinaan seperti itu.“Aku memang miskin, tapi setidaknya aku masih mempunyai rasa malu dan harga diri. Tidak seperti kalian, yang sudah putus urat malu!” tekanku membalas pandangan mertua dengan tatapan elang.“Heh! Garang juga ternyata kamu, siapa yang akan melindungimu sehingga kamu seberani, ini?!” tanya mertua semakin sangar.“Hukum!” sahutku dengan lantang.Mertua terkesiap, memangnya dia pikir aku mau mengalah seperti dulu. Tidak, akan! Apalagi semua surat aku yang pegang. Untuk apa takut dengan mereka, aku bisa saja mengusir mereka dari rumah itu jika mau. Tapi, aku ingin menyelesaikan misi terlebih dahulu.“Jangan songong!” tunjuknya membulatkan mata.“Siapa yang songong? Sebenarnya aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian,” ujarku.“Kamu tidak akan bisa pergi sebelum kamu menyerahkan surat-surat penting itu

    Last Updated : 2022-07-28
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab11

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#11POV Author.Mande mencurigai surat kuitansi yang ia tanda tangani, apalagi dia tidak boleh membaca apa isi dari kuitansi tersebut. Jika, itu adalah kuitansi yang harus ia lunasi dan menebus mobilnya dengan uang, lalu kenapa ia tidak membayar sepeserpun dan dibolehkan pulang begitu saja membawa mobilnya.Pikiran Mande menjadi mumet, akan tetapi di sisi lain ia merasa lega karena ia bisa mengambil mobilnya kembali. Pun, setelah ini ia tak bisa membawanya secara leluasa seperti sebelumnya.Mande menghempaskan bokongnya ke atas sofa sesaat sampai di rumah. Ia menghembuskan nafas berat penuh dengan beban pikiran. Juleha yang melihat Mande pulang dengan membawa mobil pun mengambangkan senyumnya.“Kamu berhasil merebut surat-surat penting itu dari tangan Rani?” tanya Juleha antusias duduk di samping Mande. Ia begitu bersemangat.Mande menggeleng. “Tidak Bu, bahkan aku tidak membayar satu rupiah pun saat mengambil mobil ini,” ujar Mande melirik ibun

    Last Updated : 2022-07-30
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab12

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#12[Rani, kamu yang telah menjual mobilku?!] tanya Mande penuh emosi.[Yaps ... Benar! Karena aku merasa dalam mobil itu juga ada Hakku dan juga Khalila,] balas Rani sembari mengukir senyum.[Kurang ajar kamu, Rani! Mobil ini bukan atas namamu, kamu bisa kutuntut!] Mande mengancam.[Kamu tidak bisa menuntut, Mas. Kamu sendiri yang bertanda tangan pada surat kuitansi, kalau mobil itu sudah dijual kepadaku, dan aku sudah menjualnya kepada rentiner,] balas Rani membuat Mande terkejut.[Kamu jangan mengarang cerita palsu, perempuan lak-nat!] cerca Mande.Kemudian Rani mengirim sebuah foto, surat kuitansi yang sempat ia jepret sebelum ia menjualnya. Agar menjadi bukti kuat bahwa Mande sudah menanda tanganinya. [Aku punya buktinya, dan kamu menanda tanganinya secara sadar,] balas Rani mengirimkan foto tersebut.[Kurang ajar! Pasti kamu memalsukan tanda tanganku.] Mande emosi, tatkala merasa Rani sedang bermain-main dengannya.[Tanda tanganmu itu asl

    Last Updated : 2022-07-31
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab13

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#13POV Rani.“Baiklah mas, kamu sudah mentalakku. Akan ku-screnshoot percakapan ini sebelum kamu hapus, dan akan kujadikan bukti kalau kamu sudah sah menjatuhi aku talak satu.” Aku bergumam, sembari membereskan barang-barang. Aku pindah ke kontrakkan baru yang lumayan jauh dari rumah kami, kuharap Mande dan keluarganya tidak menemukan tempat tinggalku yang sekarang.[Pindah kemana lagi, kamu?] Mas Mande bertanya, padaku setelah beberapa jam kuabaikan pesannya. Benar dugaanku, pasti mereka akan kembali. Tindakanku tidak salah memilih pindah dari kontrakkan itu.Bukan aku tidak mampu menyewa hotel yang mewah. Tapi, belum saatnya mereka tercengang mengetahui fakta bahwa sebenarnya aku sudah mempunyai uang yang banyak hasil dari penjualan kebun warisan dan uang tabungan simpanan bapak yang juga ia wariskan padaku.Ah ... Mengingat bapak tiba-tiba saja aku menjadi rindu. Sudah beberapa hari aku tidak menanyai kabarnya.Aku duduk untuk berehat sebent

    Last Updated : 2022-08-02
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab14

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#14POv Author.“Ah! Kemana lagi si Rani.” Mande kembali, tak berhasil mengejar kekasihnya ia pun berniat ingin mencari Rani. Tapi sayangnya Rani sudah terlepas.Mande pulang dalam keadaan kesal, kesempatan yang seharusnya bisa ia gunakan kini hilang dalam sekelip mata.“Ada apa Mande? Kenapa kamu terlihat kesal begitu?” tanya Juleha saat Mande sampai di rumah.“Tadi aku bertemu Rani, tapi sayangnya aku melepaskannya begitu saja,” ujar Mande Salma terdongak, yang tadinya ia fokus pada ponsel kini ia beralih menatap Mande.“Aku juga bertemu dengannya tadi siang,” sahut Salma.“Terus, kenapa tidak kalian tangkap. Kalian ini bagaimana, sih!” Juleha berdecak, mendengar cerita dari kedua anaknya.“Dia udah gak seperti dulu, Bu. Sekarang dia berani melawan dan bahkan berani mengatakan kalau mas Mande sebentar lagi akan bangkrut,” ujar Salma.“Dia bilang begitu, padamu? Kurang ajar sekali mulutnya,” rutuk Juleha.“Iya. Dia bilang kita juga hanya menum

    Last Updated : 2022-08-05
  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab15

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#15Rani menatap wajah barunya di kaca, ia berputar-putar seakan tak percaya melihat bayangan yang ada di dalam cermin adalah dirinya. Penampilan baru Rani hampir tidak bisa dikenali saking suksesnya membuat mata yang melihat melongo dan ternganga. Rani begitu cantik setelah di dandani seperti ini, dan tentunya terlihat lima tahun lebih muda dari usianya.Waktunya Rani membungkam hinaan keluarga Mande dengan perubahannya ini. Rani yang kucel, dekil, jelek dan norak sudah menghilang dari muka bumi ini. Digantikan oleh Rani baru yang mempunyai penampilan lebih modern dan modis. Bahkan, Rani jauh lebih cantik daripada perempuan yang digandeng Mande tempo lalu di taman.Lingkaran hitam yang menghiasi mata pandanya pun menghilang, bibir pucat sedikit hitam kini sudah dilapisi oleh lipstik merah muda yang glossy. Benar-benar sempurna perubahan Rani, tak sia-sia ia merogoh kocek hingga belasan juta demi perawatan ini.“Mande, apa rumah ini sudah punya

    Last Updated : 2022-08-07

Latest chapter

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Tamat

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#31Rani dengan berat meninggalkan area pemakaman, saat mereka ingin beranjak pergi dokter Ridwan pun datang."Nyonya Rani, saya baru tahu kalau pak Hamdar mening ...." ucapannya terjeda saat melihat mata Rani yang sembab dan merah."Ehm ... Maaf, saya datang di waktu yang tidak tepat," ujar dokter Ridwan."Tidak papa, Dok," sahut Khalila."Tapi, kami sudah mau pulang," lanjutnya."Silahkan, saya akan menyusul nanti." Dokter Ridwan kemudian mendekat pada kuburan pak Hamdar, ia berjongkok sembari menengadahkan kedua tangannya. Memanjatkan doa-doa dan surat-surat Al-Qur'an, terakhir ia membaca surat Yasin dan menabur bunga.Sementara Hamsar menyarankan agar mereka menunggu dokter Ridwan di gerbang utama, tidak enak saja meninggalkan orang yang datang untuk melayat keluarganya. Apalagi, orang tersebut sudah akrap dengan keluarganya."Eh, kalian masih di sini?" tanya dokter Ridwan saat ia keluar dari gerbang pemakaman umum tersebut."Pulangnya baren

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab30

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#30Setelah beberapa hari tidur di tempat yang kurang layak, hari ini Mande memutuskan untuk pindah ke hotel yang lebih mewah dan nyaman. Ia juga makan di restoran yang mahal dan tentunya memakan pesanan yang ia pesan hingga tandas tak bersisa.Malam itu Mande dikagetkan dengan kedatangan dua orang polisi ke restoran tersebut, sembari menodongkan senjata api dan menyuruh Mande mengangkat kedua tangannya. Peluh jagung mulai bercucuran dan Mande menjadi tegang."Angkat tangan! anda kami tahan." Salah satu dari polisi tersebut mengancam.Mande pun tak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa manut agar tak di tembak oleh polisi tersebut. Percuma saja ia kabur, yang ada ia akan di dor saat mencoba berlari."Salah saya apa ya, pak?" tanya Mande berpura-pura tidak tahu."Anda kami tangkap atas tindakan pencurian di rumah, nyonya Rani," ujar polisi tersebut dan salah satu dari mereka memborgol tangan Mande."S-saya tidak mencuri, pak," ucap Mande masih mengel

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab29

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#29 "Heh! Bercanda lagi." Khalila mengangkat satu bibirnya dan menghembuskan nafas kasar. "Apa udah gak punya cara lain, sehingga harus berpura-pura pingsan. Atau ... Emang sengaja mau cari simpati. Bangun, aku enggak akan luluh dengan sandiwara receh seperti ini." Khalila berbalik dan mengguncang tubuh Mande. Namun Mande tak bergerak, tubuhnya begitu lemas. Selain ia menahan sakit, ia juga tidak sempat makan dari pagi. Apalagi, dia juga kelelahan karena berlari kesana-kemari beberapa hari ini. "Enggak bangun, Bun. Apa dia meninggal?" Khalila melirik pada bundanya. Rani yang mendengar ucapan Khalila tersentak dan takut. "Biar kakek periksa," ujar Hamsar mendekat. "Dia pingsan," ucap Hamsar. "Terus gimana dong, kek?" tanya Khalila. "Kita panggil dokter Ridwan saja," usul Hamsar. Khalila dan Rani mengangguk, Lila pun segera mengambil ponsel dan menekan nomor dokter Ridwan, dokter langganan mereka yang biasa di panggil ke rumah. Sekian pu

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab28

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#28Khalila menyuruh beberapa orang untuk menebar brosur, poster Mande pun sudah terpampang di berbagai jalan. Banyak tiang-tiang yang bertempelkan wajah Mande dengan caption yang sama. Sontak, para pejalan kaki dan pengendara roda dua langsung tergiur dengan hadiah yang dicantumkan oleh Khalila. Di jaman yang serba mahal ini, uang lima juta sangat banyak bagi kaum menengah ke bawah.Ya, mulai hari ini hidup Mande diawali dengan ketidak nyamanan. Tadi pagi saja saat ia membeli sarapan di warung terdekat banyak orang menatapnya dengan tatapan sinis dan aneh, ada juga yang mengikuti ia hingga sampai ke depan gang. Untungnya Mande segera berlari sekencang mungkin untuk menghindar, takut saja jika orang-orang tersebut berniat jahat atau mungkin pencuri organ tubuh. Siapa tau, kan?Nafas Mande dibuat ngos-ngosan karena berlari sekuat yang ia bisa. Tenaganya terkuras dan tenggorokan kering sebab kekurangan dahaga. Mande mengambil botol air mineral lal

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab27

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#27Badan Mande serasa mau patah gara-gara digempur oleh Khalila dan Rani. Kalau Hamsar sih, tidak seberapa, yang sakit itu pukulan sapu dari Rani. Rasanya pedas dan perih.Dan ternyata membawa Khalila tidak semudah yang ia bayangkan. Ia pikir ia bisa membawa Khalila dengan gampang, sebab hanya Khalila lah penyelamat satu-satunya bagi Mande. Dikarenakan Mande memiliki banyak hutang keliling pinggang pada rentiner sehingga ia kebingungan saat ingin membayarnya. Belum lagi ia dikejar-kejar kesana-kemari bahkan beberapa kalian digebuki karena tidak bisa membayar.Pun, seorang pengusaha kaya-raya yang sudah berumur, dan lebih tepatnya bisa disebut lelaki hidung belang menawarinya uang yang banyak asalkan ia bisa memberikan gadis yang masih perawan untuk dinikahi secara siri. Sementara ia hanya mempunyai satu putri yaitu Khalila."Huh! Kurang ajar! Pukulan Rani kencang juga," decak Mande saat ingin meninggalkan halaman rumah tersebut.Sementara Rani

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab26

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#26"Hai, Rani!" Mande menyapa Rani dengan senyumnya, diangkatnya tangan sembari melambai pada Rani.Saat itu juga Rani seperti menyaksikan kilatan petir yang bersambaran. Ia merosot ke bawah seakan tak percaya kalau hari ini ia bertemu lagi dengan mantan suaminya."Siapa, Bun?" tanya Khalila, airmata Rani seketika jatuh."Bukan siapa-siapa," sahut Rani."Khalila!" Mande malah sengaja memanggil untuk memancing Khalila keluar."Iya." Khalila mendekat, berjalan menuju arah Rani yang kini mulai tersungkur ke bawah."Anda siapa?" tanya Khalila, ia memang sudah lupa bagaimana sosok dan rupa ayahnya. Sebab, saat sang Bunda memutuskan untuk pindah ia masih kecil dan baru berumur tiga tahun saat itu."Aku adalah .... ""Dia hanya salah alamat." Rani memotong ucapan Mande."Kalau begitu silahkan pergi, mungkin anda salah alamat," ujar Rani mengusir Mande."Tunggu dulu! Tapi, dia tau namaku, Bun," sergah Khalila penasaran."Mungkin kamu yang salah dengar,

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab25

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24"Sebentar, Bun. Lila cas dulu," ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya."Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta," pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab24

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#24“Sebentar, Bun. Lila cas dulu,” ujar Khalila mengambil charger. Beberapa menit kemudian ia menghidupkan kembali ponselnya.“Tadi Bu Manisah ingin ngomong sama Bunda. Please, Bunda izinin Khalila untuk kuliah di Jakarta,” pinta Khalila memohon.Kemudian Khalila menelpon Vidio dosen tersebut. Rani dengan gugup mengambil ponsel itu dari Khalila, lalu bertatapan wajah dari layar ponsel dengan Manisah dosen dari universitas tempat Khalila ingin berkuliah.Manisah cantik, mempunyai rambut pirang dengan penampilan modis. Ia seperti terlihat baru berumur dua puluh tujuh tahunan. Huh! Rani mengelus dada lega ternyata Manisah yang menjadi dosen di universitas itu bukanlah Manisah mantan iparnya. Karena jelas terlihat dari perbedaan umur dan bentuk wajah serta rupa yang tak sama. Meskipun sudah lima belas tahun lamanya tidak mungkin Manisah berubah menjadi semakin muda.Mereka berbincang panjang lebar, Manisah meyakinkan kalau ia akan bertanggung jawab

  • MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN.   Bab23

    MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#23“Ibu! Jangan pergi!” teriak Mande saat melihat Juleha melangkah kesal dengan wajahnya yang memberut dan bibir mengerucut sempurna.Juleha tak mengindahkan teriakkan putra sulungnya itu, ia tidak perduli sekarang apapun yang akan terjadi pada Mande. Sementara ia saja harus tetap memikirkan bagaimana menjalani kehidupan dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan.“Heh!” Juleha melempar tasnya ke sembarangan, ia menghempaskan bokongnya pada kursi kayu yang ada di kontrakkan itu. Kesal, karena Mande tidak mau membagi sedikit uangnya untuk mereka.“Dasar anak pelit! Anak durhaka! Semoga saja menderita di dalam sel sana!” Umpat Juleha melontarkan sumpah serapah.“Apa sih, Bu, datang-datang marah-marah gak jelas?” tanya Manisah.“Ibu sekarang pusing! Gimana caranya kita bisa menyambung hidup tanpa pegangan uang. Sementara Mande tidak mau membagi uang tabungannya pada kita,” sungut Juleha sembari memegangi kepalanya yang jenong.“Terus gimana don

DMCA.com Protection Status