Share

Bab 90

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2023-08-30 09:24:40

Aluna menatap langit-langit kamar. Pertemuan demi pertemuan dengan Adly berkelebat. Kesungguhan Adly untuk meyakinknannya membuatnya luluh juga. Aluna melihat ada ketulusan dari tatapan mata Adly ketika berbicara padanya.

“Apakah dia orangnya?” Lirih Aluna. Dia bangun dan berjalan menuju tepi jendela. Aluna menatap lurus ke depan. Melihat lembut sinar rembulan yang menyapa dirinya. Tampak tersenyum malu-malu dari balik awan yang berarak.

Hembusan angin yang menyapu wajah membuatnya berulang menarik napas dalam-dalam. Aluna memejamkan mata, membiarkan sapuan lembut angin malam itu menyentuh pori-porinya.

“Adly … apakah benar orangnya?” bisik Aluna pada diri sendiri. Namun, masih ada sebersit keraguan dalam hatinya.

Tiba-tiba senyuman pemuda yang tengah membeli sebuah lukisan di pameran terbayang. Namun, Aluna segera menepisnya. Dia merasa heran dan tak pernah seperti itu sebelumnya. Biasanya, dia akan merasa tak nyaman dengan orang baru.

Aluna lekas menggeleng pelan. Ditepisnya ba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
dianyg dl melecehkan Aluna ,duh auto langsung di tolak lu Ardy,,, kasihan
goodnovel comment avatar
Rose Mustika Rini
tuh kan apa saya bilang jng2 pejabat yg melecehkan aluna dl
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 91

    A--Aku gak bisa melanjutkan semua ini, Adly. A--Aku gak bisa.” Suara Aluna bergetar. Adly menatap bingung pada gadisnya. Dia hendak mendekat, tapi dua pemuda tampan yang mengenakan kemeja senada menghadangnya. Dialah Cakra dan Buma.“Berhenti! Mbak Luna sudah bilang tak bisa! Tolong jangan memaksa!” Buma melipat tangan di depan dada, begitupun Cakra. Mereka tak terlihat seperti kakak adik, tapi lebih seperti dua anak kembar dengan paras identik. Keduanya tak perlu menanyakan alasan. Melihat kakak perempuannya tertekan, keduanya langsung sigap pasang badan. Adly menelan saliva. Apalagi ketika Papa Banyu, kini mulai angkat suara, “Unda … bawa Una ke kamarnya!” tegasnya. Jingga tak banyak bicara lagi. Otaknya tengah menerka-nerka sebenarnya apa yang terjadi. Namun, melihat wajah ketakutan Aluna. Lekas Unda Jingga membawa Aluna ke kamarnya. Oma Fera dan Nenek Nilam bergegas mengikutinya. Sementara itu, Buma dan Cakra bersiap siaga untuk membantu Papanya. “Ada apa sebenarnya ini?” Suara

    Last Updated : 2023-08-30
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 92

    “Kamu sopir?” Aluna memastikan lagi. Sepasang mata Aluna menyipit memperhatikan wajah Yayan dengan seksama, barangkali dia pernah melihatnya. Lelaki bernama Yayan yang usianya mungkin terpaut lima atau enam tahunan itu terkekeh. Giginya rapi berderet dan matanya jernih. Aluna tak yakin, orang yang di depannya benar-benar hanya sopir. “Iya, Non!” Yayan mengangguk sopan. “Mari!” Dia sigap membukakan pintu mobil untuk majikannya. “Lain kali, tak usah seperti ini. Saya bisa sendiri.” Aluna langsung masuk tanpa menoleh sedikitpun pada lelaki yang bergerak sigap. “Baik, Non!” Yayan segera mengitari mobil dan masuk ke tempat duduknya. Dia mulai melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Oma Fera. Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan. Aluna lebih banyak berkutat dengan pikirannya. Hidupnya seperti kosong, pucat dan tak ada warna. Mobil melaju meninggalkan kediaman Oma Fera dengan pikirannya yang bercabang entah ke mana. “Ah, kenapa hidup bisa se-membosankan ini?” keluh Aluna dalam da

    Last Updated : 2023-08-31
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 93

    “Kenapa mirip sekali dengan sketsaku?” pikir Aluna ketika sudah mengamati wajah lelaki itu beberapa saat. Aluna mengarahkan kamera ponselnya dan mengambil gambar wajah lelaki itu diam-diam. Dia tak sadar jika Yayan tak luput memperhatikan gerak-geriknya dari kaca penumpang. Sehingga dia penasaran dan menoleh ke arah lelaki yang menjadi bidikan kamera Aluna. Sontak dia terkesiap karena kenal betul dengan lelaki yang berdiri di depan minimarket itu. Lalu kenapa Aluna seperti tertarik padanya? Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?Aluna mengamati hasil jepretan kameranya. Ya, dialah wajah yang digambar dalam sketsanya. Wajah yang sama dengan yang pernah ditemuinya ketika pameran lukisan waktu itu. Lelaki bersahaja yang tatapan matanya terang dan senyumnya menyejukkan. Lelaki yang tak pernah Aluna tahu siapa namanya dan tinggal di mana? "Ah, rupanya dia tak jauh! Masih di sini juga." Aluna bergumam dalam hatinya. Ponsel itu disimpannya. Lalu dia kembali menikmati deretan pemandangan

    Last Updated : 2023-09-01
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 94

    Kelas melukis hari itu selesai. Tampak pemuda yang tadi pagi mengantar Desita, kembali datang. Aluna diam-diam memperhatikan. Lalu, tampak lelaki itu bertegur sapa lagi dengan Yayan.Sore menjelang. Aluna menghampiri Yayan yang tampak tengah mengupdate kondisinya. Pasti dia sedang membuat laporan pada Oma Fera dan Unda Jingga. “Ehmm, belum pulang?” Suara Aluna yang menyapanya, membuat Yayan menoleh. “Ini baru mau, Non! Maaf … ini tadi ada pesan dari Oma.” “Nyuruh pulang?” “Enggak, Non. Cuma tanya, Non Luna makan belum.” “Ooo ….” “Kalau begitu, saya permisi pulang dulu, Non!” “Ahm, tunggu!” Reflek tangan Aluna menahan lengan Yayan. Lelaki itu tersentak, tapi bebepa detik kemudian senyum terkulum pada bibirnya. Aluna yang sadar, jemarinya masih melingkar pada pergelangan tangan Yayan, lekas melepasnya. “Kamu kenal lelaki tadi?” Aluna bertanya. Dia memilih bersandar pada tembok teras rumahnya, sedangkan Yayan memang sedang duduk pada kursi-kursi yang dibuat untuk para orang tua

    Last Updated : 2023-09-01
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   95

    “Selamat pagi, Non!” Adrian baru saja tiba. Aluna tampak sedang menyirami tanaman bonsai dan beberapa anggrek tentunya. Unda Jingga yang mengirim pohon-pohon itu ke sana.“Pagi!” Hanya jawaban singkat dengan pandangan sekilas. Aluna tak memperhatikan lagi Adrian setelahnya. “Non, sudah sarapan?” Adrian mendekat. Dia hanya berbasa-basi karena pasti sudah bisa menebak. Aluna belum sarapan sepagi ini. “Ahm, belum.” Betul saja, jawabannya belum. “Non Luna mau sarapan apa? Biar saya buatkan.” Adrian menawarkan diri. “Kamu bisa masak?” Aluna menoleh. Adrian mengangguk. “Terserah, masak apa saja.” Singkat dan tak jelas, Adrian menggaruk kepala. Dia pun langsung minta izin masuk ke dalam. Adrian kini sudah berdiri di dapur. Tangannya sudah sibuk mengaduk-aduk nasi goreng dalam wajan. Aroma wangi menguar.memenuhi rumah minimalis dan tercium hingga keluar. Aluna yang sudah selesai menyirami tanaman, berjalan ke dalam dan menatap punggung lebar Adrian yang sibuk di dekat wajan. Tampak Adr

    Last Updated : 2023-09-02
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 96

    Aluna berdiri dan mengangguk sopan pada Adrian. Baru saja mereka tiba di depan rumah minimalis yang selama ini dijadikan tempat tinggal Aluna. “Makasih ….” Aluna turun dan membawa barang-barang belanjaan. “Non, apa sebaiknya tak tinggal di rumah Ibu atau Oma saja?” Entah kenapa ada perasaan was-was di hati Adrian. Di rumah ini, Aluna tinggal sendirian. “Kenapa?” Aluna menautkan alis dan menatapnya. “Hanya khawatir saja, di sini Non luna sendirian.” “Gak usah cemas, aku terbiasa hidup mandiri.” Akhirnya Adrian pun berpamitan. Aluna menutup pintu dan lekas mengeluarkan barang-barang belanjaan. Banyak membeli frozen food juga. Karena itu lekas dipindah ke dalam lemari es. Sesekali bibir tipisnya tersungging, entah kenapa hatinya mendadak hangat ketika membayangkan memberikan makanan buatannya sendiri pada Garda. Ah, maksudnya dibantu Adrian juga. Aluna tengah membereskan barang-barang ke dalam lemari es ketika terdengar pintu diketuk. Dia berdiri sambil menoleh pada pintu. Dipiki

    Last Updated : 2023-09-03
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 97

    Deru mobil terdengar berhenti. Kedua anak muda yang masih berjongkok di dekat Aluna itu pun menoleh ke arah mobil yang berhenti. Tampak keluar dengan tergesa Papa Banyu, Buma, Cakra dan Unda Jingga. Tanpa terasa, Garda berdiri dan menatap lekat wajah Unda Jingga yang tetap cantik pada usianya yang tak lagi muda. “B--Bu J--Jingga ….” Suaranya lirih nyaris tak terdengar. Lalu dia menoleh ke arah Aluna dan ke arah Unda Jingga bergantian. “J--Jadi benar, d--dia itu putrinya Bu Jingga yang waktu itu,” batin Garda.Garda seolah terhipnotis ketika keriuhan terjadi. Unda Jingga menghampiri Aluna, memeluknya dan memburunya dengan pertanyaan. Sementara itu, Papa Banyu tampak memperhatikan kondisi sekitar. Dia menatap pintu yang terdobrak rusak dan menggeleng kepala. “Yan, siapa yang melakukan ini?” Papa Banyu menatap pada Adrian yang baru saja menyalaminya. “Sepertinya mantan tunangannya Non Luna, Pak!” Garda menautkan alis, heran ketika mendengar temannya memanggil Aluna dengan sebutan N

    Last Updated : 2023-09-03
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 98

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (98)Garda duduk termenung di teras rumahnya yang sederhana. "Hmmm … jadi dia gadis kecil itu?” Dia mengabaikan laptop yang tengah terbuka dan kini laptop itu yang menontonnya. Waktu baru menunjukkan sekitar pukul setengah tujuh. Sejak malam pikirannya mulai kacau karena memikirkan Aluna. Sekilas senyum pada bibir Garda terbit. Bayangan belasan tahun silam tiba-tiba melintas kembali. Memorinya tertarik pada masa ketika masa-masa sekolah dasar. Miss Jingga sedang sakit. Saat itu dirinya, Genta dan Hafiza ikut rombongan para guru yang mau menengok guru kesayangan mereka itu. Mereka dulunya seperti ban beca, sebelum Adrian kemudian akrab dan menjadi bagian dari persahabatannya.Pada saat itu, mereka berkumpul di sebuah gazebo, sedang bahagia karena menunggu jamuan makanan datang. Namun, fokus mereka saat itu tiba-tiba teralihkan. Dia melihat ke atas balkon karena sebuah teriakan. “Bibi! Bibi! Sudah belum!” seru gadis itu lantang. Jaraknya cukup jauh, tapi t

    Last Updated : 2023-09-04

Latest chapter

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status