Share

95

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-02 17:18:33

“Selamat pagi, Non!” Adrian baru saja tiba. Aluna tampak sedang menyirami tanaman bonsai dan beberapa anggrek tentunya. Unda Jingga yang mengirim pohon-pohon itu ke sana.

“Pagi!” Hanya jawaban singkat dengan pandangan sekilas. Aluna tak memperhatikan lagi Adrian setelahnya.

“Non, sudah sarapan?” Adrian mendekat. Dia hanya berbasa-basi karena pasti sudah bisa menebak. Aluna belum sarapan sepagi ini.

“Ahm, belum.” Betul saja, jawabannya belum.

“Non Luna mau sarapan apa? Biar saya buatkan.” Adrian menawarkan diri.

“Kamu bisa masak?” Aluna menoleh. Adrian mengangguk.

“Terserah, masak apa saja.” Singkat dan tak jelas, Adrian menggaruk kepala. Dia pun langsung minta izin masuk ke dalam.

Adrian kini sudah berdiri di dapur. Tangannya sudah sibuk mengaduk-aduk nasi goreng dalam wajan. Aroma wangi menguar.memenuhi rumah minimalis dan tercium hingga keluar.

Aluna yang sudah selesai menyirami tanaman, berjalan ke dalam dan menatap punggung lebar Adrian yang sibuk di dekat wajan. Tampak Adr
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Neng Wiwien
adly kah yang nguntit
goodnovel comment avatar
Rafael Rafif Rabbani
klo yg nguntit adly n dy berniat macem2 berarti gag jaoh beda sma bapaknya, ama yayan aja thor alunanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 96

    Aluna berdiri dan mengangguk sopan pada Adrian. Baru saja mereka tiba di depan rumah minimalis yang selama ini dijadikan tempat tinggal Aluna. “Makasih ….” Aluna turun dan membawa barang-barang belanjaan. “Non, apa sebaiknya tak tinggal di rumah Ibu atau Oma saja?” Entah kenapa ada perasaan was-was di hati Adrian. Di rumah ini, Aluna tinggal sendirian. “Kenapa?” Aluna menautkan alis dan menatapnya. “Hanya khawatir saja, di sini Non luna sendirian.” “Gak usah cemas, aku terbiasa hidup mandiri.” Akhirnya Adrian pun berpamitan. Aluna menutup pintu dan lekas mengeluarkan barang-barang belanjaan. Banyak membeli frozen food juga. Karena itu lekas dipindah ke dalam lemari es. Sesekali bibir tipisnya tersungging, entah kenapa hatinya mendadak hangat ketika membayangkan memberikan makanan buatannya sendiri pada Garda. Ah, maksudnya dibantu Adrian juga. Aluna tengah membereskan barang-barang ke dalam lemari es ketika terdengar pintu diketuk. Dia berdiri sambil menoleh pada pintu. Dipiki

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 97

    Deru mobil terdengar berhenti. Kedua anak muda yang masih berjongkok di dekat Aluna itu pun menoleh ke arah mobil yang berhenti. Tampak keluar dengan tergesa Papa Banyu, Buma, Cakra dan Unda Jingga. Tanpa terasa, Garda berdiri dan menatap lekat wajah Unda Jingga yang tetap cantik pada usianya yang tak lagi muda. “B--Bu J--Jingga ….” Suaranya lirih nyaris tak terdengar. Lalu dia menoleh ke arah Aluna dan ke arah Unda Jingga bergantian. “J--Jadi benar, d--dia itu putrinya Bu Jingga yang waktu itu,” batin Garda.Garda seolah terhipnotis ketika keriuhan terjadi. Unda Jingga menghampiri Aluna, memeluknya dan memburunya dengan pertanyaan. Sementara itu, Papa Banyu tampak memperhatikan kondisi sekitar. Dia menatap pintu yang terdobrak rusak dan menggeleng kepala. “Yan, siapa yang melakukan ini?” Papa Banyu menatap pada Adrian yang baru saja menyalaminya. “Sepertinya mantan tunangannya Non Luna, Pak!” Garda menautkan alis, heran ketika mendengar temannya memanggil Aluna dengan sebutan N

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 98

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (98)Garda duduk termenung di teras rumahnya yang sederhana. "Hmmm … jadi dia gadis kecil itu?” Dia mengabaikan laptop yang tengah terbuka dan kini laptop itu yang menontonnya. Waktu baru menunjukkan sekitar pukul setengah tujuh. Sejak malam pikirannya mulai kacau karena memikirkan Aluna. Sekilas senyum pada bibir Garda terbit. Bayangan belasan tahun silam tiba-tiba melintas kembali. Memorinya tertarik pada masa ketika masa-masa sekolah dasar. Miss Jingga sedang sakit. Saat itu dirinya, Genta dan Hafiza ikut rombongan para guru yang mau menengok guru kesayangan mereka itu. Mereka dulunya seperti ban beca, sebelum Adrian kemudian akrab dan menjadi bagian dari persahabatannya.Pada saat itu, mereka berkumpul di sebuah gazebo, sedang bahagia karena menunggu jamuan makanan datang. Namun, fokus mereka saat itu tiba-tiba teralihkan. Dia melihat ke atas balkon karena sebuah teriakan. “Bibi! Bibi! Sudah belum!” seru gadis itu lantang. Jaraknya cukup jauh, tapi t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 99

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (99)“Masya Allah … mimpi apa aku? Ini masakkan yang dia masak sendiri?” gumam Garda dalam hatinya. Dia mengunyah pelan-pelan sambil membayangkan sosok Aluna yang tengah tersenyum di depannya.Garda mengambil ponsel dan mencari kontak yang dia namai Bu Luna. Ditatapnya kolom chat. Ada rasa sungkan, tapi gerakan hatinya membuat jemarinya tetap melanjutkan ketikan. [Nasi gorengnya enak, terima kasih, Bu Luna. Garda.] Sementara itu, Aluna yang sedang memutar tutorial menggambar dengan infocus melukis melirik ponselnya yang bergetar. Disambarnya cepat, lalu dibukanya pola yang menutup layar.“Nomor baru?” Kedua alis Aluna saling bertaut. Namun, kerutan tersebut tak bertahan lama, berganti dengan senyum yang tersungging manis pada bibirnya. [Sama-sama.] Balasan cepat dia kirimkan. Bersama rasa gembira yang menyelinap di hatinya. Aluna menyimpan lagi gawainya. Lalu kembali fokus pada layar yang terpampang di depan. Kelas kursus yang disediakan Aluna untuk us

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 100

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (100)“Ahm, Non … ngomong-ngomong, mau tanya boleh?” Tanpa Aluna sangka, tiba-tiba Adrian minta izin untuk bertanya. “Ya, Silakan.” Aluna mendongak sekilas dan menatap wajah Adrian dengan mata bundarnya. Heran, itu yang terlintas dalam benak Aluna. “Non Luna suka nonton?” Sedikit gugup, terdengar suara Adrian bertanya. Aluna sedikit tersentak, tak menyangka pegawainya itu menanyakan hal yang tidak biasa. Aluna mengulas senyum sedikit, sedikit sekali, lalu menjawab sejujurnya., “Ahm gak terlalu.”“Ooo … gitu ….” Adrian mengangguk-angguk. Lalu hening beberapa saat. Tangannya sibuk mengaduk kuah soto dalam mangkuknya. “Pernah, sih … sesekali saja. Kenapa?” Suara Aluna membuat sepasang mata elangnya kembali bersinar. Ditanya seperti itu, seakan mendapat angin segar. Adrian menenangkan diri. Ada rasa was-was karena melihat seperti apa Aluna memandang Garda. Was-was kalau Aluna terang-terangan menolaknya. Namun, pantang mundur sebelum memaksimalkan usaha. “

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 101

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (101)“Berhenti!” bentak salah satu dari mereka yang melintangkan motor gedenya dengan garang. Wajahnya tersembunyi di balik masker. Tak ada pilihan, Adrian menghentikkan laju sepeda motornya meskipun hatinya gamang. Ada perasaan was-was karena lawannya tak seimbang. Ada tiga buah sepeda motor yang menghadangnya dengan masing-masing diboncengi dua orang. “Non, cari bantuan!” bisik Adrian pada Aluna yang sudah mulai berkeringat dingin. “Yan, apa gak sebaiknya kita kabur saja?” Aluna bicara dengan suara gemetar. Tanpa sadara tangannya melinglar penuh pada pinggang Adrian. “Jalan kita sudah ditutup mereka. Sudah tak ada pilihan.” Adrian bicara lagi sambil turun dari sepeda motornya. “Sudah ngasih pesan-pesan terakhir pada cewek lo, hah?” Garang, suara salah satu dengan wajah yang berewokkan. “Kalian mau apa? Kenapa ganggu kami?” Adrian membuka suara, dia berjalan menjauh dari Aluna. Hatinya berharap, Aluna mendengarkan kata-katanya tadi. “Baj*ngan kaya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 102

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (102)Aluna baru keluar dari kantor kepolisian setelah memberikan keterangan. Adly pun sama, dia berjalan di sisi Aluna, tapi keduanya saling terdiam.Buma dan Cakra mengawal kakak perempuannya dari belakang. Dua pasang mata elang mereka mengawasi punggung Adly. Sesekali keduanya saling menoleh dan mengisyaratkan sesuatu. Pengacara yang mendampingi Aluna masih berada di dalam dan berbincang dengan aparat kepolisian. Dia sedang meminta personel untuk mengawal kliennya pulang. Bagaimanapun, Sang Pengacara menangkap ada hal yang janggal. “Lun, pulangnya biar aku anter.” Adly mencoba mengajak berbicara. Mereka sudah tiba di luar gedung dan kini Buma sedang menelpon Mang Parmin. Sopir yang akan menjemputnya. “Mbak Luna dijemput!” Sengak Cakra yang tengah menunggu adiknya menelpon. Dia berdiri beberapa langkah dari Aluna yang bersedekap sambil bersandar pada tiang bangunan. Mata elangnya mengawasi Aluna. “Dek, ini sudah malam. Mas cuma khawatir kalau Mbak Lun

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 103

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (103)“Sudahlah, Banyu. Ini ‘kan kecelakaan … siapa yang tahu kalau akan ada geng motor yang tiba-tiba menyerang!” tukas Oma Fera menghibur.“Ini tak sesederhana yang Mama bayangkan. Pengacara kita tadi bilang. Indikasinya adalah balas dendam. Ada dalang di balik semua pengeroyokkan ini dan feelingku tiba-tiba tertuju pada seseorang!” Papa Banyu menghela napas panjang. Unda Jingga dan Oma Fera serempak menatap pada Papa Banyu. “Siapa yang kamu curigai, Banyu?!” desak Ome Fera dengan tatapan penuh rasa penasaran.Papa Banyu terdiam sejenak. Namun kerutan pada dahinya menandakan kalau dirinya tengah berpikir. “Papa? Siapa?” Suara Unda Jingga juga terdengar menunggu. “Biar polisi melakukan penyelidikan dulu. Kita tak boleh sembarangan menyebut nama orang. Nanti bisa-bisa termasuk pencemaran nama baik.” Oma Fera saling tukar pandang dengan Unda Jingga. Unda Jingga seperti paham yang Oma fera pikirkan, tetapi Unda Jingga menggeleng pelan. Melihat wajah Pap

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06

Bab terbaru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status