Home / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Bab 2. Kembali Bertemu 

Share

Bab 2. Kembali Bertemu 

last update Last Updated: 2024-11-27 00:39:41

        Hening. Andine hanya diam, duduk di ayunan yang terdapat di taman bunga sebelah rumah. Manik matanya tampak kosong dengan raut wajah tidak bersemangat. Pasalnya sejak menikah, Andine merasa sikap Arkan tidak pernah sedikit pun manis padanya.

Arkan tidak pernah peduli dengannya. Ke rumah sakit saja dia pergi sendirian. Padahal untuk saat ini dia benar-benar membutuhkan sandaran untuk menguatkan hatinya. Kali ini, dia merasa Arkan tidak pernah mencintainya.

        Namun, beberapa detik kemudian, Andine menggelengkan kepala. Dia yakin, Arkan bukannya tidak mencintai dirinya. Suaminya itu hanya terlalu sibuk karena sepengetahuannya, Arkan baru akan mengeluarkan sebuah produk baru di perusahaannya. 

  Andine kembali memaklumi sikap yang ada di diri sang suami yang terlalu fokus dengan pekerjaan. Sebelum menikah, Andine diberi tahu mengenai Arkan yang suka sekali menyibukkan diri. 

Suara mobil mulai terdengar memasuki pelataran rumah, membuat Andine langsung mengalihkan pandangan. “Mama,” gumamnya langsung bangki dan menuju ke arah mobil yang terletak tidak jauh darinya.

        “Mama dari mana?” tanya Andine saat seorang wanita dengan kacamata bertengger di hidung bangir keluar. Tampilannya yang begitu rapi dan elegan membuat semua orang menjadi segan.

        Namun, tidak ada jawaban sama sekali. Melly yang merupakan mertua Andine hanya diam dan memilih melangkah masuk. Pandangannya tidak menatap ke arah Andine, seolah sang menantu tidak ada di hadapannya.

        Andine yang melihat tingkah sang mertua hanya diam dan memilih melangkah masuk. Sejak menjadi menantu di keluarga Adiguna, Melly tidak pernah ramah dengannya seperti mertua pada umumnya. 

Sikap Melly kurang lebih sama seperti Arkan yang selalu mengacuhkan Andine. Meski begitu, tentu Andine tidak mempermasalahkan sama sekali. Wanita itu selalu ramah setiap kali sang mertua datang ke rumahnya.

        “Tehnya, Ma,” ucap Andine sembari meletakkan gelas di meja. Dia langsung duduk di sebelah sang mertua dan tersenyum lebar.

        Melly meraih gelas dan menyesap. Sembari meletakkan dia berkata, “Bagaimana hasil tes kamu kemarin?”

        Seketika, Andine terdiam. Mulutnya tertutup rapat dengan jemari yang saling bertaut dan mulai memainkan. Sesekali, dia menggigit bibir bawah untuk meredakan kegugupannya. Beberapa kali juga dia menelan saliva pelan merasa tenggorokan yang mulai terasa mengering.

        “Kenapa diam saja?” tanya Melly dengan tatapan tajam.

        “Mengenai itu—” Lidah Andine tiba-tiba saja kelu. 

        “Kenapa? Negatif lagi?”

        Andine yang  sibuk menyusun kata pun terdiam dan menundukkan kepala. Dia hanya bisa berkata, “Maaf, Ma.” Jawabnya benar-benar merasa takut karena tes kehamilan yang lagi-lagi menunjukkan satu garis.

        Melly mendengkus kecil saat mendengarnya. Dia mengalihkan pandangan. Dengan raut wajah sinis dia berucap, “Selalu saja negatif. Padahal Mama menyetujui kamu dan Arkan karena mau cepat-cepat menimang cucu, Andine. Tapi nyatanya sampai sekarang kamu nggak menunjukkan tanda kehamilan!” 

        Andine yang mendengar kembali dibalut rasa bersalah. Dia hanya bisa menyembunyikan kesedihan. Jemarinya tidak berhenti memainkan dress yang dikenakan, mencoba menghilangkan kegugupan.

        “Ma, aku—”

        “Kalau tahu begini, Mama nggak akan pernah menyetujui perjodohan kamu dan Arkan dulu. Sekarang Mama menyesal, karena sudah menikahkan anak kesayangan Mama dengan wanita mandul seperti kamu. Buat malu keluarga Adiguna saja,” celetuk Melly tanpa memikirkan hati Andine.

        Andine yang mendengar hanya mampu diam dengan kedua mata berkaca. Hatinya kembali teriris ketika mendengar kalimat tajam yang baru saja mertuanya katakan. Dia sendiri bingung, bagaimana menjelaskan mengenai kondisinya? 

Keluarga suaminya seakan tidak pernah mau mendengarkan. Mereka hanya bisa menyalahkan, tetapi Andine juga cukup tau. Orang tua pasti ingin terbaik untuk anaknya. Dalam pernikahan juga, kedua orang tua pasti mengharapkan seorang cucu. Sementara dia, tidak bisa memberikan apa pun untuk mereka semua.

        Melly yang sudah cukup kesal bangkit dan menatap ke arah Andine sembari berkata, “Kalau Mama jadi kamu, Maa akan pergi dan nggak menyusahkan semua orang. Buat apa nikah kalau nggak bisa punya anak. Benar-benar buat kesal saja.”

        Andine masih tetap menutup mulut rapat, tetapi setelah kepergian sang mertua, dia langsung menumpahkan semua rasa sakitnya. Dia menangis sejadi-jadinya, membiarkan semua orang mengetahui sakit hatinya.

***

        Arkan menatap dokumen di tangannya dengan raut wajah serius dan menutup. Pandangannya beralih, menatap ke arah dua pegawai yang tengah berdiri di hadapannya. Wajahnya cukup menakutkan karena Arkan yang tidak pernah menunjukkan senyum di bibir. 

        “Saya cukup suka dengan rancangan kalian. Jadi, kapan kalian akan melakukan rancangan ini?” tanya Arkan serius dan membuat keduanya tersenyum lebar.

        Salah satu dari pegawai Arkan menjawab, “Sebenarnya kami akan melakukannya setelah mendapat persetujuan dari Anda, Pak.”

        “Kalau begitu lakukan saja. Mengenai rencana promosi kita untuk produk yang akan akan segera keluar dalam lima belas hari lagi, apa kalian sudah selesai?” tanya Arkan dingin. 

        “Sebenarnya hari ini akan dilakukan, Pak. Pihak promosi juga sudah menghubungi satu model ternama. Mungkin sebentar lagi akan sampai,” jawab sang pegawai.

        Arkan hanya menganggukkan kepala. Dia menyuruh kedua pegawainya untuk pergi dan kembali fokus dengan dokumen yang lain. Tepat saat itu, dering ponsel terdengar. Arkan yang sibuk hanya melirik dan mendapati nama Andine tertera di layar. Tanpa memedulikan sang istri, Arkan kembali bekerja.

        Beberapa panggilan terus diabaikan. Arkan yang mulai kesal pun mendesah kasar dan memilih untuk menolak panggilan telepon tersebut. Dia memilih untuk tidak menjawab panggilan telepon dari Andine. 

        Beberapa jam menyelesaikan tugas kantor, Arkan mulai merasa lelah. Dia bangkit dan keluar ruangan untuk memantau para pekerjanya. Dia melihat ketekunan dan kegigihan dari semua pegawai. Dia juga melihat ruangan departemen pemasaran yang begitu berantakan dan memilih menuju ke arah yang lain.

        “Di mana bagian syuting hari ini?” tanya Arkan dengan sang sekretaris.

        “Ada di lantai atas, Pak,” jawab sang sekretaris sopan. 

        “Kita ke sana. Saya mau melihat model mana yang kalian pilih,” ucap Arkan dingin, dan tegas. Pria itu tak ingin sembarangan, meski telah percaya pada karyawannya, tapi tetap dia ingin melihat sendiri model yang dipilih oleh para karyawannya. 

Sang sekretaris mengangguk patuh, lalu melangkah Arkan melangkah ke arah lift. Tepat pintu terbuka, di sana, Arkan melihat beberapa karyawan terbaiknya memberikan panduan. Dia hanya mampu melihat punggung sang model, karena wanita itu membelakanginya, tetapi dia merasa cukup mengenal sosok tersebut.

        Arkan melangkah mendekat. Kedua matanya menyipit, memperhatikan dengan saksama. Dia mencoba mengingat, seperti siapa sosok di hadapannya. Saat wanita itu membalikkan tubuh, membuat Arkan seketika itu juga melebarkan kedua mata. 

“Reva?” gumam Arkan, dan saling bertatapan dengan wanita yang bernama ‘Reva’. Tatapan penuh arti yang menunjukkan jelas ada magnet kuat di antara mereka. Mereka seolah merasa hanya berdua. Mereka saling bertatapan dan hanyut satu sama lain. Tatapan bermakna dalam, memiliki jutaan arti yang sangat luas. 

 

Related chapters

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 3. Bisakah Kita Kembali Seperti Dulu? 

    “Apa kabar, Arkan? Lama nggak ketemu.” Arkan yang sejak tadi diam, tersentak mendengar suara yang sudah lama tak dia dengar. Manik matanya menatap ke arah wanita yang ada di hadapannya. Rambut lurus panjang. Bibirnya tampak seksi dengan lipstik merah yang membuatnya semakin memesona. Riasan make up tidak terlalu tebal, tapi tetap sangat cantik. Hal yang membuat Arkan hanya ingin menikmati keindahan yang ada di hadapannya. Arkan mengembuskan napas panjang, berusaha mengatur perasaan dalam dirinya. Dia ingin menyangkal sosok yang dia lihat ini, tapi semua itu tidak mungkin. Apa yang dia lihat ini nyata, tidak salah sama sekali. “Jadi, kamu yang menjadi model di sini?” balas Arkan, tak mengindahkan pertanyaan wanita bernama Reva. Reva mengangguk, dan mengulaskan senyuman terbaiknya. “Aku senang kita bertemu lagi, Arkan.” Hening. Suasana kembali sunyi saat keduanya mulai diam dan tidak membuka percakapan sama sekali. Keduanya juga tampak canggung karena sudah lama tidak bertemu. Arka

    Last Updated : 2024-11-27
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 4. Lebih Baik Kita Berteman

    Hening. Arkan yang baru saja mendengar ucapan Reva langsung terdiam. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan. Dia bahkan tidak bereaksi apa pun. Ada hal yang mengganggu dalam pikirannya. Dia masih cukup meragukan apa yang baru saja diucapkan wanita di depannya.Sementara Reva juga terdiam dan terus menatap Arkan lekat. Dia masih menunggu jawaban pria di depannya. Sesekali, dia membasahi bibir, mencoba menenangkan degup jantungnya. Hingga dia kembali menggenggam jemari Arkan, membuat pria itu tersentak.“Arkan, jujur, aku masih mencintaimu. Aku nggak bisa ngelupain kamu. Aku udah berkali-kali nyoba buat lupain kamu, tapi aku nggak bisa,” kata Reva dengan tulus, mengungkapkan semua isi hatinya. Arkan masih saja diam. Dia memperhatikan dalam, mencoba meyakini apa yang baru saja Reva katakan. Sayang, dia masih memiliki trauma tersendiri dengan hal tersebut. Harus dia akui, bahwa dia begitu mencintai Reva. Pertemuannya kali ini adalah hal luar biasa. Sebab, dia yang tidak perna

    Last Updated : 2024-11-27
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 5. Aku Akan Membuatmu Percaya Lagi

    Andine memasuki kamar dan menatap ke arah sang suami yang sedang mengenakan kemeja. Kedua sudut bibirnya langsung tersenyum, membentuk senyum manis dan melangkah mendekat. Dia masih mengamati Arkan yang terus merapikan baju. “Aku bantu, Mas,” kata Andine dengan senyum semeringah. Dia langsung memegang dasi yang tergantung di leher sang suami dan siap mengenakannya.Arkan melangkah mundur. Manik matanya menatap tajam, menunjukkan ketidaksukaannya dengan apa yang Andine lakukan. Entah kenapa, dia merasa begitu kesal setiap kali Andine mendekat ke arahnya. Padahal istrinya selalu melakukan yang terbaik dan dia tahu itu. “Aku bisa sendiri,” ucap Arkan dengan dingin. Dia pun langsung menatap kaca dan merapikan pakaiannya.Hening. Andine yang mendengar pun hanya diam. Mulutnya langsung tertutup rapat dengan senyum yang terasa canggung. Hatinya benar-benar merasa sakit setiap kali mendapat penolakan dari sang suami. Padahal awalnya dia pikir dengan perhatian yang diberikan, Arkan menjadi l

    Last Updated : 2024-11-27
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 6. Reva Memancing

    “Kamu sudah cek semua jadwal hari ini, Dew?” tanya Arkan, tanpa menoleh pada karyawannya. Tatapannya fokus pada pekerjaannya yang hari itu cukup banyak. Dewi yang merupakan sekretaris Arkan langsung menjawab, “Sudah, Pak. Semua rapat hari ini sudah selesai.”Arkan yang mendengar, hanya bergumam pelan. Dia kembali tenggelam dalam tumpukan dokumen yang harus diperiksanya. Hari ini banyak sekali rapat yang harus diselesaikan, membuatnya benar-benar sibuk. Ketukan pintu terdengar. Arkan langsung menyuruh seseorang di luar untuk masuk. Saat pintu terbuka, dia dibuat terkejut akan sosok yang baru saja muncul. “Aku boleh masuk, kan?” Arkan yang melihat Reva dengan penampilan seksi hanya diam dan menganggukkan kepala. Jelas Reva yang melihat menjadi bahagia. Dengan langkah anggun, wanita itu mendekat ke arah Arkan berada. Manik matanya tidak beralih sama sekali, memperhatikan setiap gerak pria tersebut. Hingga dia duduk di depan Arkan dan mengulas senyum lebar.“Kenapa kamu masih di sini,

    Last Updated : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 7. Pagi yang Mengejutkan

    Arkan menggeliat pelan, merasakan tubuh yang terasa kaku. Kedua matanya perlahan terbuka, menatap langit kamar. Keningnya mulai berkerut dalam, merasa aneh karena langit kamar yang berbeda. Aroma di dalam ruangan itu cukup berbeda, membuatnya mulai meneliti setiap ruangan. Hingga saat dia melihat seseorang yang berada di sampingnya, membuat Arkan terkejut luar biasa. “Reva?” Arkan langsung bangkit berdiri. Namun, kepala Arkan terasa berat. Dia menutup mata kembali, mencoba menghilangkan denyutan di kepalanya. Tiba-tiba sebuah ingatan melintas dalam ingatannya, membuat Arkan mengingat satu per satu memori semalam.“Arkan …” Arkan semakin mencumbu tubuh Reva. Tangannya melepas satu per satu pakaiannya, membuat tubuh bagian atasnya tidak berbusana. Reva yang melihat hal itu pun membalas dengan hal yang sama.Lama keduanya saling bercumbu, mencoba membalas setiap kecupan yang ada. Arkan yang mulia tidak tahan langsung membopong tubuh Reva ke dalam kamar dan meletakkan dengan lembut. T

    Last Updated : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 8. Andine yang Sakit

    “Mas, sarapan dulu,” panggil Andine ketika melihat Arkan yang menuruni anak tangga. Namun, Arkan tidak menjawabnya sama sekali. Pria tampan itu masih terus melangkah, menuruni satu per satu anak tangga dengan tangan sibuk merapikan pakaian. Rambutnya bahkan masih terlihat basah, menandakan Arkan tidak sempat mengeringkan kepala. “Mas,” panggil Andine kembali. Wanita itu melangkah lebar, menyamakan langkahnya dengan langkah sang suami. Meski dia harus setengah berlari—sampai dia yang sudah berada di dekat Arkan meraih pergelangan tangan sang suami, membuat langkah suaminya itu terpaksa berhenti.“Ada apa, Andine?” tanya Arkan dengan tatapan lekat.“Mas, kamu belum sarapan. Ayo sarapan dulu,” ajak Andine yang tak ingin sang suami lupa sarapan. Arkan menyingkirkan tangan sang istri dan berkata, “Aku buru-buru. Aku bisa sarapan di kantor.”“Tapi tadi malam kamu nggak pulang, Mas. Kamu juga pasti belum makan, kan? Sekarang kita makan dulu, ya. Aku udah masak kentang balado kesukaan Mas A

    Last Updated : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 9. Wanita yang Dipilih Arkan

    Arkan menekan bel dengan raut wajah cemas. Beberapa menit yang lalu, dia harus meninggalkan rumah karena mendengar kabar Reva yang sakit. Melalui panggilan telepon wanita itu terdengar kesakitan dan Arkan menjadi tidak tega sama sekali. Dia bahkan rela meninggalkan sang istri yang saat ini juga sedang demam.Namun, Arkan memiliki pertimbangannya sendiri. Di rumah, Andine banyak yang mengurus. Ada sopir dan pelayan yang akan menjaga. Sementara Reva hanya seorang diri. Hal tersebut yang membuat Arkan lebih memilih menjaga Reva daripada Andine. Tak selang lama, terdengar pintu dibuka, membuat Arkan melirik ke dalam.“Arkan, akhirnya kamu datang juga,” ucap Reva dengan wajah penuh kelegaan, melihat yang datang adalah Arkan. Arkan segera masuk dan memegang tangan Reva. Dia takut wanita itu akan terjatuh. Meski dia tidak melihat wajah pucat, tetapi dia melihat beberapa kali Reva mengaduh dengan tangan memegang perut. Hal yang membuat Arkan yakin Reva sedang tidak baik-baik saja.“Apa yan

    Last Updated : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 10. Kenapa Kamu Setega Ini, Mas? 

    Arkan membuka kamar secara perlahan. Sebelah tangannya memegang nampan berisi mangkuk dan air hangat. Kakinya segera melangkah ke arah ranjang, tempat di mana Reva berada. Di sana, wanita itu masih berbaring dengan raut wajah memelas, seakan tak memiliki energy. “Aku sudah buatkan bubur untuk kamu,” ucap Arkan lembut. Reva yang mendengar, mulai bangkit secara perlahan. Sebelah tangannya memegang perut, membuat Arkan tidak tega sama sekali. Arkan menolong Reva, membantunya untuk bangkit. Dengan sigap, tangannya meraih bantal dan meletakkan di belakang tubuh Reva.“Pelan-pelan,” kata Arkan mengingatkan.Reva mengulas senyum tipis dan berucap, “Terima kasih, Arkan. Maaf merepotkanmu.”Arkan meraih mangkuk yang diletakkan di nakas dan mulai mengambil sesendok. Lantas, dengan sabar, dia mulai menyuapi Reva. Suasana menjadi hening ketika keduanya hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Reva yang melihat Arkan begitu sabar melayaninya, diam-diam dia mengulum senyum. Manik matanya menatap

    Last Updated : 2025-01-19

Latest chapter

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 35. Takdir Memihak 

    “Aku saja yang antar kamu ke kantorku, Andine,” kata Dimas saat Andine selesai memasak. Pria tampan itu menawarkan diri untuk mengantarkan Andine ke kantornya. Dia tak tega jika Andine sendiri. “Dimas, aku ke kantormu kan sama Asep,” jawab Andine lagi. “Aku nggak mau repotin kamu, Dimas. Hari ini kamu udah banyak bantuin aku.” “Asep bukannya tadi pergi?” “Eh, iya, Asep pergi. Aku sampai lupa.” “Nah, ya udah, aku ante raja. Biar aku bantuin kamu juga pas nata makanan.” “Tapi—” “Ayolah, Andine. Kita kan teman, kenapa kamu ngerasa nggak enak? Aku cuman pengen anter kamu dan bantuin kamu aja kok.” Andine terdiam mendengar ucapan Dimas. Sebenarnya, wanita cantik itu merasa tidak enak terus menerus merepotkan Dimas. Namun, dia juga akan kerepotkan jika hanya pergi sendirian. Apalagi Asep sedang tidak ada. Detik selanjutnya, Andine mengangguk merespon ucapan Dimas. Dimas tersenyum, dia mulai mengambil satu per satu kardus berisi kotak makan dan memasukkan ke dalam mobil. Dia mengaba

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 34. Memiliki Magnet Kuat 

    Andine dan Dimas duduk di sofa dengan kepala menatap langit rumah. Keduanya tampak lelah karena dari pagi sudah berbelanja. Ditambah keduanya mengangkat belanjaan sendiri setelah sampai rumah, karena Asep yang sedang keluar. “Terima kasih banyak karena sudah membantuku, Dimas,” ucap Andine lembut, dan tulus. “Dari tadi kamu bilang terima kasih. Kalau dihitung-hitung mungkin udah ratusan kali kamu bilang terima kasih,” jawab Dimas dengan senyuman di wajahnya. “Dimas, kamu udah banyak bantu aku, jadi wajar aku bilang terima kasih. Ah, ya gara-gara aku, kamu sampai belum berangkat kerja. Jujur, aku jadi nggak enak.” “Hari ini aku memang nggak ke kantor, Andine. Jadi, kamu nggak perlu merasa bersalah.” “Kamu nggak ke kantor?” Andine tampak terkejut. Dimas mengangguk. “Ya, aku nggak ke kantor. Aku urus pekerjaan dari rumah aja.” Andine tersenyum menanggapi ucapan Dimas. Jujur dalam hati dia ingin sekali Arkan libur bekerja meluangkan waktu untuknya mengajaknya jalan. Namun, itu adal

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 33. Kamu Cemburu? 

    Bibir Andine mengulas senyum manis, merasa lega karena dia sudah mendapatkan semua yang diperlukan. Setelah ini, dia tinggal memasak dan mengantarkan ke kantor Dimas. Membayangkan makanan yang akan dibuatnya hari ini, membuatnya benar-benar senang. “Andine, semua bahan-bahan yang diperlukan sudah kamu beli?” Dimas hangat pada Andine. “Sudah semua, Dimas. Ini juga udah buat dua hari,” jawab Andine sambil memeriksa bahan-bahan yang dia perlukan. Dimas menganggukkan kepala beberapa kali. Pria tampan itu tidak menyangka kalau membantu berbelanja di pasar akan lelah seperti ini. Keringatnya bahkan mulai bercucuran. Selain karena panas, dia juga lelah karena terus berjalan dan membawakan belanjaan Andine. Hal yang serupa pun terjadi dengan Arkan—yang sampai melepas jas akibat panas. Andine yang melihat sang suami berkeringat, dia mendekat ke arah sang suami dan berkata, “Terima kasih karena sudah mau membantuku, Mas.” Andine mengeluarkan tisu, menyeka keringat sang suami. Tampak Arkan

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 32. Mengantar Andine ke Pasar

    Andine terdiam, raut wajahnya menunjukkan tanda-tanda pemikiran yang mendalam. Kenangan tentang Reva yang datang malam sebelumnya, mengantarkan makanan dengan senyum hangat dan perhatian yang tulus, terus berputar dalam benaknya. Wanita itu tidak bisa mengabaikan betapa Reva tampak begitu peduli pada suaminya. Setiap kata yang diucapkan Reva, setiap tatapan yang diberikan, seolah mengisyaratkan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.Kecurigaan mulai merayap masuk ke dalam pikirannya. Andine merasa ada sesuatu yang tidak beres. Apakah mungkin Reva menaruh perasaan pada Arkan? Pikiran itu membuat hatinya bergetar, menciptakan gelombang kecemasan yang sulit untuk diabaikan. Dia tidak ingin menjadi wanita yang cemburu, tetapi perasaan itu muncul begitu saja, tak terduga.“Apakah aku terlalu paranoid?” Andine bergumam pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan hati yang bergejolak. Namun, semakin dia berpikir, semakin kuat kecurigaannya. Dia tidak ingin kehilangan Arkan, dan bayanga

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 31. Masakan Buatan Reva 

    Andine sibuk membuat makanan di dapur. Sejak pulang tadi, dia tidak beristirahat sama sekali. Dia takut kalau sang suami akan kelaparan, jadi dia langsung menyiapkan hidangan makan malam. Dia bahkan tidak peduli dengan tubuh yang kelelahan karena sejak tadi sibuk mengerjakan catering dari Dimas. Tak selang lama, Andine selesai membuatkan makanan. Dia segera meletakkan semua masakannya ke meja makan. Hari ini Andine hanya memasak tumis kangkung, ikan bakar, ayam goreng, dan sambal. Tidak terlalu banyak menu, tetapi Andine berharap masakannya bisa membuat sang suami bahagia.Andine mendongakkan kepala, menatap ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Dia melangkah ke arah kamar, memanggil sang suami untuk makan malam bersama. Hari ini Arkan pulang lebih awal menandakan suaminya itu belum makan malam. “Mas, ayo makan malam,” ajak Andine lembut, mengajak sang suami untuk makan bersama. Arkan yang sejak tadi sibuk dengan ponsel, melirik ke arah Andine. Di sana sang istri tersenyum manis

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 30. Reva yang Mulai Curiga 

    Arkan duduk di kursi kerjanya, tatapannya kosong menatap layar MacBook-nya yang tidak menyala. Pikiran-pikirannya melayang kembali ke kejadian bodoh yang terjadi malam sebelumnya. Dia menyesali tindakannya yang tidak bisa mengendalikan diri, yang membuatnya terjebak dalam situasi yang rumit. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya, seolah-olah ada beban berat yang tak bisa dia lepaskan.Tadi pagi, dia berangkat lebih awal dari biasanya, berusaha menghindari pertemuan dengan Andine. Dia tahu bahwa mereka perlu berbicara, tetapi dia merasa tidak siap untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Rasa takut akan reaksi Andine dan keraguan tentang apa yang harus dia katakan membuatnya memilih untuk menghindar.Saat Arkan melamun, suara teleponnya tiba-tiba berbunyi, memecah keheningan di sekelilingnya. Dia terkejut dan langsung meraih ponselnya. Melihat nama yang tertera di layar, jantungnya berdegup kencang. Ternyata yang menghubunginya adalah Reva.Dalam keadaan sedikit ragu, Arkan menja

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 29. Ledakan Gairah Tak Tertahankan 21+

    Suara langkah Arkan yang berat terdengar dari pintu depan. Andine menunggu di ruang tengah, masih mengenakan pakaian santainya. Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam, dan Arkan baru saja pulang.Begitu melihat suaminya, Andine bangkit dari sofa. “Mas, kenapa kamu pulang selarut ini?” tanyanya dengan nada khawatir.Arkan meletakkan kunci mobil di meja tanpa menatap Andine. “Karena aku masih kesal sama kamu,” jawabnya dingin, suaranya terkontrol tapi tegas.Jawaban itu membuat Andine terdiam sejenak. Wanita itu tahu masalah sore tadi masih membebani Arkan. “Kita bisa bicarakan ini, Mas. Jangan begini terus,” ucapnya pelan, mencoba meluluhkan hati suaminya.“Aku capek. Nggak usah bahas apa pun.” Arkan memilih untuk melangkah masuk ke dalam kamar, meninggalkan Andine begitu saja. Andine tersentak melihat sang suami yang langsung masuk ke dalam kamar. Detik itu juga Andine memilih mengikuti sang suami ke dalam kamar. Wanita itu ingin menyelesaikan masalahnya dengan sang suami. Dia tak

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 28. Meminta Batasan!

    Dimas tersenyum puas di kala Andine setuju. Setelah diskusi dan negosiasi, akhirnya Andine menyetujui untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Keputusan itu seperti angin segar bagi Dimas, karena dia tahu betul betapa pentingnya kolaborasi ini. Dimas yang antusias mengulurkan tangannya. “Selamat bergabung, Andine,” ucapnya, penuh semangat.Andine, dengan senyuman tenang, menyambut uluran tangan itu. “Semoga kerja sama ini membawa banyak keberhasilan,” jawabnya, suaranya mantap ramah.Arkan memperhatikan pemandangan itu dengan tatapan sulit ditebak. Dia menyilangkan tangan di dadanya, mencoba menutupi emosi yang tengah berkecamuk di dalam dirinya. Namun, tatapan matanya yang tajam dan rahangnya yang mengeras mengungkapkan rasa kesal dalam diri yang entah apa diartikan olehnya. Hal yang pasti adalah Arkan tak suka. Dimas, tampaknya, tidak menyadari perubahan ekspresi Arkan. Pria itu terlalu fokus pada euforia kemenangan kecil ini. Sementara itu, Andine, yang selalu peka terhadap suasa

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 27. Kerja Sama dengan Dimas 

    Arkan duduk di kursi kerjanya, dengan raut wajah cemas dan khawatir. Matanya terfokus pada satu titik di depannya, tapi pikirannya jauh dari pekerjaan yang harus dia selesaikan. Cuaca pagi itu cerah, sinar matahari masuk melalui jendela kantor dan menerangi ruangan, tapi tidak dapat menghilangkan kesan cemas di wajah Arkan.Pria tampan itu memegang pena di tangannya, tapi tidak menulis apa-apa. Pikirannya terus-menerus berputar tentang Dimas, temannya yang baru saja datang dari New York dan mengunjunginya di Jakarta. Arkan masih ingat bagaimana Dimas terus-menerus memuji Andine, baik dari masakan maupun penampilannya yang cantik. Dia merasa tidak nyaman dengan pujian-pujian itu, dan sekarang dia tidak dapat menghilangkan perasaan aneh dalam dirinya. Arkan menghela napas panjang, mencoba untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak mengenakkan itu. Namun, pikirannya tetap saja kembali ke Dimas dan Andine. Dia tidak tahu mengapa dia merasa seperti ini, tapi dia tahu bahwa dia tidak s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status