Beranda / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Bab 10. Kenapa Kamu Setega Ini, Mas? 

Share

Bab 10. Kenapa Kamu Setega Ini, Mas? 

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 00:24:12

Arkan membuka kamar secara perlahan. Sebelah tangannya memegang nampan berisi mangkuk dan air hangat. Kakinya segera melangkah ke arah ranjang, tempat di mana Reva berada. Di sana, wanita itu masih berbaring dengan raut wajah memelas, seakan tak memiliki energy.

“Aku sudah buatkan bubur untuk kamu,” ucap Arkan lembut.

Reva yang mendengar, mulai bangkit secara perlahan. Sebelah tangannya memegang perut, membuat Arkan tidak tega sama sekali. Arkan menolong Reva, membantunya untuk bangkit. Dengan sigap, tangannya meraih bantal dan meletakkan di belakang tubuh Reva.

“Pelan-pelan,” kata Arkan mengingatkan.

Reva mengulas senyum tipis dan berucap, “Terima kasih, Arkan. Maaf merepotkanmu.”

Arkan meraih mangkuk yang diletakkan di nakas dan mulai mengambil sesendok. Lantas, dengan sabar, dia mulai menyuapi Reva. Suasana menjadi hening ketika keduanya hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Reva yang melihat Arkan begitu sabar melayaninya, diam-diam dia mengulum senyum. Manik matanya menatap
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 11. Permainan Gila Arkan

    Andine memasukkan makanan ke dalam kotak bekal dan melangkah keluar rumah. Hari ini dia berniat datang ke perusahaan sang suami. Pasalnya untuk sekian kali, Arkan tidak sarapan di rumah. Suaminya itu pulang pagi hanya untuk berganti pakaian dan setelahnya pergi. Jangankan sarapan, melihat menu yang ada di meja makan pun tidak. Andine merasa cemas dan khawatir, karena Arkan yang mulai tidak menjaga diri. Dia takut Arkan akan sakit, karena terlalu lelah bekerja. Meski beberapa hari ini Arkan tampak dingin, dan tidak memedulikannya, tetap saja Andine menjadikan Arkan sebagai prioritas utamanya. “Ibu mau kemana?” tanya Asep, sang sopir dengan wajah bingung.“Antar aku ke perusahaan Mas Arkan, Pak,” jawab Andine.Asep yang mendengar pun terdiam. Kali ini dia yang merasa ragu untuk mengikuti keinginan majikannya. Asep masih cukup ingat bagaimana Arkan memperilakukan Andine saat itu. Dia juga enggan mendapat amukan seperti beberapa hari yang lalu. Ya, dia mendapat amukan dari Arkan karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 12. Noda Merah di Kemeja Arkan

    Arkan menggeliat pelan saat merasakan tubuhnya yang begitu lelah. Kedua matanya membuka secara perlahan. Dia kembali menutup mata dan membuka, berusaha untuk menormalkan kembali pandangannya. Sampai dia menatap langit kamar yang tidak asing lagi baginya.Arkan menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia masih cukup ingat dengan apa yang dilakukannya kemarin malam. Dia tidak bisa mengontrol diri membuatnya kembali menyentuh Reva. “Selamat pagi,” sapa Reva yang baru membuka mata.Arkan tidak menjawab. Pria tampan itu memilih bangun dan duduk. Tubuhnya disandarkan dengan kepala ranjang. Reva yang melihat ketidaksukaan di wajah Arkan, langsung memperhatikan dalam.“Kamu kenapa, Arkan?” tanya Reva seraya menatap Arkan. “Kenapa semalam kamu tidak mencegahku, Reva?” Arkan malah balik bertanya. Nadanya pelan, dan terdengar bersalah. ‘Karena aku ingin mendapatkan dan memilikimu untukku seorang’. Itu yang ingin Reva katakan dalam hati, tetapi dia tidak melontarkannya.“Arkan, apa yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 13. Air Mata yang Tak Berkesudahan

    Andine menata makanan di meja makan dengan penuh semangat. Hari ini Arkan sudah kembali ke rumah. Meski masih pagi, tetapi dia tidak melihat kelelahan di wajah sang suami. Dia malah melihat wajah bahagia yang terpancar dari aura pria itu. Andine mengira kalau semua masalah suaminya sudah selesai. Mungkin itu sebabnya sang suami tampak bahagia dan bersemangat.Andine mendengar langkah kaki, membuatnya mengalihkan pandangan. Di hadapannya, tampak Arkan sudah siap dengan setelan kerja yang seperti biasa membuat sang suami tampak tampan. Melihat itu, Andine langsung mendekat dan mengambil tas kerja sang suami.“Hari ini aku buat nasi goreng seafood, Mas. Kamu sarapan dulu, ya?” kata Andine, mengajak sang suami untuk sarapan. Arkan tak merespon apa pun, dia melangkahkan kaki, menuju ke arah meja makan. Dengan tenang, dia duduk dan membiarkan Andine melayaninya. Andine bahkan dengan sabar mengambilkan makanan yang dibuat dan duduk di sebelah Arkan.Arkan mulai menikmati makanan di hadapann

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 14. Kegelisahan Andine 

    Andine duduk di ruang tunggu dengan perasaan tidak karuan. Hari ini dia memutuskan untuk ke rumah sakit seorang diri. Sebenarnya sang dokter selalu mengatakan agar dia datang bersama dengan Arkan, tetapi suaminya selalu saja sulit untuk diajak. Arkan selalu mengatakan tidak ada waktu. Padahal jauh dari lubuk hatinya terdalam, dia ingin sekali sang suami turut ikut dalam pemeriksaan. Andine mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Dia mencoba menahan kesedihan yang kembali hadir, terlebih saat melihat sepasang suami istri yang saling memperhatikan. Hal yang membuat Andine merasa iri. Meski dia memiliki suami kaya dan mapan, tetapi tidak pernah dia mendapatkan perhatian.Namun, lagi-lagi Andine membuang perasaan itu. Dalam hati dia meyakini kalau sang suami sedang sibuk. Mengenai hal lain, Andine tidak mempermasalahkan sama sekali, termasuk sikap Arkan yang selalu tidak peduli dengannya. Andine yakin, sikap Arkan karena pria itu terlalu lelah bekerja.“Nomor delapan, Ibu Andine.” And

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 15. Sebuah Perasaan Bersalah 

    Reva menelusuri tepi pantai dengan bibir tersenyum lebar. Kakinya terus melangkah, sesekali merasakan debur ombak yang langsung mengenai kakinya. Dia menikmati pemandangan dan ketenangan di sekitar. Pagi ini, dia sengaja berjalan di sekitar pantai yang tidak jauh dari hotel bersama dengan Arkan. Mengingat pria itu, Reva mengalihkan pandangan.“Kamu suka?” tanya Arkan yang sejak tadi setia menemani. Tangannya bahkan dengan setia menggenggam jemari sang kekasih.Reva yang ditanya jelas mengangguk semangat. Dia melepaskan genggaman, berganti memeluk lengan Arkan dan menjawab, “Aku suka, Arkan. Terima kasih karena sudah menuruti permintaanku.” “Aku akan melakukan apa pun asal kamu bahagia, Reva. Jadi, ke mana kamu ingin pergi, katakan saja dan aku akan mengabulkannya,” ucap Arkan hangat. Reva tersenyum lembut menanggapi ucapan Arkan. Dia kembali menikmati suasana pagi dengan hati berbunga. Dia sudah memperkirakan hal itu, tetapi tidak menyangka Arkan akan sebaik ini padanya. Awalnya dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 16. Pulang Dari Liburan

    Hari berlalu, Andine masih dibuat cemas karena sang suami yang tidak ada kabar sama sekali. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Media sosialnya juga tidak aktif, membuat Andine merasa buntu. Dia tidak tahu harus ke mana lagi mencari keberadaan suaminya. Berhari-hari Arkan tak pulang, membuat Andine dilingkupi kecemasan. Wanita cantik itu tidak bisa tidur pulas. Setiap malam, dia selalu khawatir pada sang suami. Dia belum tenang, jika belum mendengar suara suaminya itu. Andine selalu berusaha untuk berpikir Arkan baik-baik saja, tapi semua sangat sulit. Dia tetap tidak bisa tenang. Hati dan logikanya berperang, dan menimbulkan kesesakan dalam dirinya. Saat pikiran Andine terasa buntu, suara mobil terdengar. Dia langsung mengira itu Arkan. Detik itu juga dia bangkit berdiri—melangkah lebar, sesekali berlari kecil karena tidak sabar. Bibirnya tersenyum lebar, merasa bahagia karena sang suami yang sudah kembali.Namun, kebahagiaannya mulai memudar saat melihat siapa yang datang. Senyumnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 17. Andine yang Selalu Salah

    Andine menatap tampilan dirinya di depan cermin. Kedua sudut bibirnya tertarik, membentuk senyum manis dengan lipstik merah di bibir. Manik matanya memperhatikan setiap inci penampilannya, tidak mau ada yang salah dengan dandanannya hari ini. Pasalnya dia akan ke pesta ulang tahun pernikahan sang mertua, membuat Andine harus tampil dengan memesona. Hingga pintu kamar mandi terbuka, membuat Andine mengalihkan pandangan—menatap Arkan yang muncul. “Mas, menurutmu aku sudah cantik apa belum?” tanya Andine. Dia berharap kali ini akan mendapat pujian dari sang suami.Namun, Arkna yang baru saja keluar hanya diam. Pria tamoan itu memperhatikan penampilan sang istri dalam-dalam, lalu mengalihkan pandangan dan menjawab dengan nada dingin, “Biasa saja.”Kecewa. Itulah yang dirasakan Andine kali ini. Padahal dia ingin mendengar sang suami memujinya cantik, karena jujur saja dia tidak pernah berdandan sama sekali. Biasanya Andine hanya menggunakan pelembab wajah dan lip balm saja, tetapi hari in

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 18. Pembelaan dari Yoga

    “Kamu?” Melly tampak terkejut melihat kehadiran Reva. Dia terlihat sinis saat melihat tamu di hadapannya. Apalagi tamunya kali ini tidak diundang sama sekali. Jangankan mengundang, berharap saja dia tidak mau. Entah dia tak mengerti bagaimana bisa Reva tahu acara ulang tahun pernikahannya. “Apa kabar, Tante? Lama nggak ketemu, tante semakin cantik.” Reva memuji dengan senyuman di wajahnya. Dia tak menyerah sama sekali. Ya, tentu dia tahu kemarahan kedua orang tua Arkan, tetapi dia juga tahu bagaimana cara meredakannya. “Baik. Kenapa kamu ada di sini?” tanya Melly tak ramah pada Reva. “Hari ini aku dengar Tante sama Om lagi adain acara ulang tahun pernikahan. Jadi, aku langsung datang ke sini,” ujar Reva dengan penuh semangat. Sebelumnya, Reva meminta asisten pribadinya mencari tahu di mana orang tua Arkan merayakan pesta. Bermodalkan foto lamanya dengan Arkan, dia bisa mendapatkan izin untuk masuk, meski tak memiliki undangan. Melly tahu kisah putranya dan Reva berakhir, karena R

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 52. Hasutan dari Reva 

    Reva bersembunyi di balik dinding, melihat Dimas yang kini melangkah. Hatinya mulai merasakan penasaran luar biasa. Detik itu juga, yang dilakukannya mengikuti Dimas, mengawasi dari kejauhan agar Dimas tak melihat keberadaannya. Namun, seketika raut wajah Reva berubah melihat Dimas masuk ke dalam ruang dokter kandungan. Kening wanita itu mengerut dalam, penasaran dalam dirinya semakin menjadi, menimbulkan kebingungan yang melanda. “Kenapa Dimas ke dokter kandungan?” gumam Reva bingung. Beberapa menit Reva tetap memilih menunggu di balik dinding, dia ingin menunggu sampai Dimas keluar dari ruang dokter kandungan. Hatinya benar-benar menjadi penasaran. Jika Dimas mememui dokter umum, maka dia tidak akan mungkin sampai menunggu Dimas seperti ini. Tak selang lama, Reva melihat Dimas keluar dari ruang dokter. Buru-buru, dia semakin bersembunyi, agar tidak ketahuan Dimas. Dia tak mau sampai Dimas melihat dirinya. “Pak, kondisi Bu Andine sebenarnya kurang baik. Kandungannya lemah. Teka

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 51. Kehamilan Andine 

    Reva mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Kedua tangannya memegang kemudi dengan erat, membuat otot di tangannya tercetak dengan jelas. Emosinya juga meningkat saat tadi Arkan yang awalnya ingin istirahat di rumahnya, malah memilih untuk pergi, dan dia yakin besar kemungkinan Arkan pulang ke rumah bukan ke kantor. Reva masih menatap jalanan dengan tatapan dingin, dan tersirat memancarkan emosi yang berkobar di dalam diri. Sungguh, dia ingin sekali memberi tahu Andine, tentang hubungannya dengan Arkan, tetapi semua itu tidak akan bisa dia lakukan. Bukan karena takut, tapi karena dia tak ingin nanti menimbulkan sebuah masalah. Reva mengumpat dalam hati, dan berusaha untuk tetap berjuang menenangkan emosi di dalam dirinya. Wanita itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Emosi di dalam diri, membuatnya memilih untuk mengebut di jalanan. Namun tiba-tiba … Brakkkk … Reva menabrak trotoar di kala dirinya tak mampu mengendalikan kemudi. Dia langsung merutuki d

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 50. Andine Pingsan  

    Arkan mengendarai mobil dengan sangat cepat. Pikirannya cukup kacau karena Andine mulai berani menentang dirinya. Padahal sebelumnya itu istrinya adalah sosok yang sangat penurut, dan tidak berani menentang dirinya. Namun entah kenapa sekarang istrinya mulai berani padanya. Hal paling tergila adalah Arkan mulai memikirkan Andine. Seharusnya dia tak peduli sama sekali pada Andine, tapi dia tak mengerti kenapa belakangan ini dia memikirkan tentang Andine. Bahkan di kala istrinya itu mendiaminya saja, dia sangat tidak suka. “Shit!” umpat Arkan seraya memukul setir mobilnya. Pria tampan itu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, guna menangkan segala pikirannya yang kacau. Tiba-tiba sesuatu hal muncul dalam benak Arkan. Pria itu langsung memutar balik, dan kini menuju rumah Reva. Dia ingin mencoba menenangkan dirinya dengan bertemu dengan Reva. Dia harap setelah bertemu dengan Reva akan membuat emosi di dalam dirinya terkendali. Tak selang lama, mobil yang dilajukan Arkan mulai tiba

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 49. Andine yang Mulai Berani 

    “Pemotretan hari ini selesai. Good job, Reva.” Sang fotografer memuji kinerja Reva. Dia tampak puas dengan hasil foto Reva berpose di kolam renang begitu menakjubkan. Tidak susah untuknya mengatur Reva. Reva tersenyum lega, seraya memakai bathrobe. “Coba aku lihat hasil fotoku. Aku ingin tahu bagaimana hasil foto-fotoku.” Sang fotografer itu langsung menunjukkan foto yang dia ambil pada Reva. “Ini hasilnya sangat bagus. Kamu memang berbakat menjadi seorang model, Reva,” pujinya dengan senyuman bangga. Reva kembali tersenyum, di kala melihat hasil foto-foto yang diambil fotografer tampak menakjubkan. “Tentu saja aku berbakat.” Sang fotografer menurunkan kameranya. “Ngomong-ngomong tadi aku lihat ada seorang pria yang terus melihatmu. Aku rasa dia mengenalmu.” Kening Reva mengerut dalam. “Seorang pria? Siapa?” tanyanya penasaran ingin tahu siapa yang menatapnya. Sang fotografer menunjuk punggung pria yang berjalan pergi menjauh. “Dia. Pria pakai kemeja biru itu terus lihat kamu. A

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 48. Kebohongan Reva Mulai Terungkap

    Andine membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Tangannya memegang koper dan menarik koper itu tanpa semangat. Entah kenapa dia merasakan tubuhnya masih terlalu lemah. Perutnya juga masih terasa mual. Padahal dia sudah meminum obat, tapi seperti tidak ada reaksinya sama sekali. Namun, meski demikian dia masih enggan jika harus diperiksa oleh dokter. Dia hanya ingin segera pulang, dan beristirahat di rumah. Langkah kaki Andine terhenti tepat di kala dia hendak menuruni undakan tangga. Tampak jelas raut wajahnya memancarkan kemuraman dan rasa sedih yang menyelimuti dirinya. Dia menarik napas panjang, dan mengembuskan napas pelan—bersiap untuk menuruni undakan tangga sambil mengangkat koper. Namun … “Biar aku yang mengangkat kopermu.” Dimas tiba-tiba muncul, dan mengambil alih koper Andine. Andine sedikit terkejut sambil menatap Dimas yang membantunya. “Dimas? B-biar aku saja. Koperku berat.” Dimas tersenyum. “Karena kopermu berat, aku menawarkan diri untuk membantumu. Kamu kan seor

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 47. Apa Kamu Hamil? 

    Andine menuruni satu per satu anak tangga dengan raut wajah muram, dan terlihat jelas menunjukkan perasaan yang ditutupinya. Pikirannya benar-benar kacau. Bahkan semala, dia tidak tidur dengan nyenyak, karena banyak hal yang membebani pikirannya. Andine kini menarik napas dalam dan membuang secara perlahan. Dia mencoba untuk tegang tenang dan bersikap biasa. Dia tidak mau ada yang curiga dengan kondisi hatinya sekarang. Apalagi dirinya masih berada di lingkungan keluarga sang suami. Saat Andine berada di lantai bawah, tatapannya teralih pada Melly yang bercanda dengan Reva. Seperti biasa memang ibu mertuanya itu sangat dekat dengan Reva. Sangat berbeda jauh jika mertuanya itu berada di dekatnya. Hati Andine mendadak merasakan nyeri luar biasa. Dia bukan hanya mendapatkan luka dari suaminya saja, tetapi ibu mertuanya juga memberikan luka padanya seakan dirinya memang benar-benar tidak dianggap. Meski selama ini dia sudah berusaha sangat baik, tetap saja dirinya selalu salah di mata

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 46. Hati yang Semakin Terluka 

    Arkan membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar. Tampak raut wajahnya tidak bersemangat, karena mengingat perkataann ayahnya padanya. Entah, dia merasakan kegelisahan yang membentang di dalam dirinya. Perkataan ayahnya seakan menusuknya hingga ke relung hati terdalam, dan membuatnya benar-benar tak berkutik. Saat Arkan sudah masuk ke dalam kamar, dia menatap ke arah Andine yang duduk melamun di sofa. Pria tampan itu yakin ada sesuatu hal yang menggangu pikiran Andine. Dia memutuskan melangkah mendekat ke arah Andine—yang tak menyadari kehadirannya. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Arkan dengan nada dingin, kala tiba di depan Andine. Andine mengalihkan pandangannya, menatap Arkan yang berada di hadapannya. Dia terdiam sebentar, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Hatinya masih terasa sakit mengingat apa yang terjadi tadi. Kejadian suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva, benar-benar membuat hatinya hancur. “Seperti yang kamu lihat, aku baik,” jawab Andi

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 45. Penyesalan Selalu Datang Terlambat 

    Arkan membawa Reva ke tepi, bersamaan dengan Dimas yang membawa Andine ke tepi. Tampak Arkan bermaksud ingin menghampiri Andine, tetapi gerak Arkan terhenti di kala Reva menahan tangan pria itu. “Arkan dingin,” ucap Reva menggigil. Kedua kakinya ditekuk, merasa dingin di sekujur tubuh. Ini sudah malam dan udara di pegunungan cukup membuatnya menggigil.“Ya Tuhan, Reva! Kamu nggak apa-apa, kan, Sayang?” Melly buru-buru mendekat, dan memberikan handuk untuk Reva. Terlihat wanita paruh baya itu begitu mencemaskan keadaan Reva. Reva tersenyum. “Aku baik-baik aja, Tante. Makasih udah cemasin aku. Tante nggak usah khawatir. Arkan udah nolongin aku tepat waktu.”Melly mendesah panjang. “Iya, untung Arkan sigap nolong kamu, Reva.” Reva kembali tersenyum, merespon ucapan Melly. Andine hanya diam melihat interaksi Melly yang begitu peduli pada Reva. Bukan hanya Melly yang peduli pada Reva, tapi Arkan juga peduli. Bahkan dia ingat jelas suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva daripada dir

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 44. Lebih Memilih Menyelamatkan Reva 

    “Aku sudah memperingatkanmu berulang kali untuk nggak dekat dengan Dimas, Andine. Tapi sepertinya kamu nggak peduli dengan laranganku. Kamu terus mendekati Dimas. Jadi, jangan salahkan aku kalau aku terus menghukummu, Andine,” kata Arkan setelah selesai memakai kembali pakaiannya. Pria tampan itu sengaja memberikan hukuman pada Andine, karena istrinya itu tidak mematuhinya. Andine yang masih duduk di ranjang hanya diam. Manik matanya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Dia bahkan tidak menatap ke arah Arkan yang saat ini sedang menatapnya. Dia hanya memikirkan mengenai kondisinya yang mulai tidak baik-baik saja. Tubuhnya terasa lemah dengan kepala yang sedikit memberat.Namun, Arkan yang melihat hal itu malah berekspektasi lain. Dia menganggap kalau Andine masih membayangkan Dimas. Hal yang malah semakin membuat hatinya memanas. Dia meraih dagu Andine dan memaksa supaya wanita itu menatapnya.“Jangan pernah membuatku marah. Jangan menguji kesabaranku dengan terus abaikan dengan l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status