Beranda / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Bab 7. Pagi yang Mengejutkan

Share

Bab 7. Pagi yang Mengejutkan

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 00:23:35

Arkan menggeliat pelan, merasakan tubuh yang terasa kaku. Kedua matanya perlahan terbuka, menatap langit kamar. Keningnya mulai berkerut dalam, merasa aneh karena langit kamar yang berbeda. Aroma di dalam ruangan itu cukup berbeda, membuatnya mulai meneliti setiap ruangan. Hingga saat dia melihat seseorang yang berada di sampingnya, membuat Arkan terkejut luar biasa. 

“Reva?” Arkan langsung bangkit berdiri. 

Namun, kepala Arkan terasa berat. Dia menutup mata kembali, mencoba menghilangkan denyutan di kepalanya. Tiba-tiba sebuah ingatan melintas dalam ingatannya, membuat Arkan mengingat satu per satu memori semalam.

“Arkan …” 

Arkan semakin mencumbu tubuh Reva. Tangannya melepas satu per satu pakaiannya, membuat tubuh bagian atasnya tidak berbusana. Reva yang melihat hal itu pun membalas dengan hal yang sama.

Lama keduanya saling bercumbu, mencoba membalas setiap kecupan yang ada. Arkan yang mulia tidak tahan langsung membopong tubuh Reva ke dalam kamar dan meletakkan dengan lembut. 

Tanpa jeda, Arkan kembali membangkitkan gairah Reva. Dia tidak pernah merasa begitu menggebu saat bersama dengan Andine, tetapi dengan Reva, dia benar-benar tidak terkontrol.

Reva yang mendapat perlakuan lembut semakin merasa bergairah. Dia membiarkan Arkan melakukan apa pun. Malam ini, udara di dalam kamarnya semakin panas karena gejolak hasrat dari keduanya.

Tidak ada percakapan sama sekali. Reva dan Arkan hanya sibuk melepaskan satu per satu hasrat yang mulai memuncak. Nafsu keduanya benar-benar sudah tidak tertahan sama sekali. 

Bahkan Arkan sendiri lupa jika saat ini dia seharusnya sudah pulang. Dia lupa dengan statusnya yang merupakan suami orang lain. Dia hanya tahu, malam ini dia harus menghabiskan malam dengan Reva.

Arkan menyatukan tubuhnya dengan Reva. Sementara Reva hanya bisa mendesis pelan saat Arkan mulai bersatu dengan tubuhnya. Suara desah dan racauan tidak jelas mulai terdengar. Keduanya benar-benar berpacu dengan gairah yang sudah sampai puncak. 

Keringat mengucur dari tubuh keduanya. Padahal AC di kamar Reva menyala, tetapi seperti tidak berfungsi sama sekali. Malam ini, hanya langit yang menjadi sakti seberapa bergairahnya kedua insan yang tidak memiliki ikatan tersebut.  

Beberapa menit setelah keduanya mencapai puncak, Arkan menidurkan tubuh di sebelah Reva. Dadanya naik-turun dengan napas menggebu. Hari ini dia cukup lelah, tetapi bibirnya malah menunjukkan senyum manis.

Arkan yang sudah mengingat semuanya langsung menepuk kepala pelan. Dia mulai menyadari kebodohannya kali ini. Jika sampai terjadi sesuatu dengan Reva, apa yang akan dilakukannya nanti? 

“Reva …” panggil Arkan merasa bersalah, bagaimanapun Reva bukan lagi orang yang memiliki hubungan dengannya. Sungguh, Arkan tak mengerti kenapa dirinya sampai lepas kendali. 

 “Aku takut kalau aku hamil, Arkan. Aku baru memulai karir dan kalau berita ini menyebar, bisa-bisa aku … aku tidak akan digunakan lagi di dunia hiburan,” jawab Reva dengan air mata yang mengalir begitu deras. 

Arkan menarik tubuh Reva dan mendekap lembut. Sebelah tangannya juga berusaha mengelus puncak kepala Reva, mencoba menenangkan wanita itu dari kecemasan. 

“Arkan, bagaimana kalau nantinya aku hamil? Apa kamu benar-benar mau bertanggung jawab?” tanya Reva dengan kedua mata sembab.

Sejenak, Arkan diam tak berkata apa pun. Dia memasang raut wajah berpikir. Beberapa menit setelahnya dia membuang napas lirih dan menjawab, “Aku akan bertanggung jawab untuk semuanya, Reva. Kamu tenang saja.”

Mendengar itu, Reva langsung mendekap tubuh Arkan. Bibirnya mengulas senyum lebar penuh kemenangan dan berkata, “Terima kasih, Arkan. Aku percaya padamu.” 

***

Andine tersentak, dan langsung menatap sekeliling serta bangkit. Semalam dia menunggu Arkan dan ketiduran di ruang tamu. Dia bahkan tidak mengenakan selimut sama sekali. Menyadari tidak ada yang membangunkannya, Andine yakin sang suami belum pulang. Dia segera keluar rumah—dan benar saja, tidak ada mobil suaminya.

“Ke mana Mas Arkan?” tanya Andine dengan wajah bingung.

Andine kembali melangkah masuk dan mengambil ponsel. Semalam dia menghubungi puluhan kali, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Pagi ini, Andine akan kembali melakukannya. Dia harus memastikan kalau sang suami baik-baik saja.

Namun, tetap tidak ada jawaban. Andine yang keras kepala, tetap melakukannya. Dia berharap Arkan akan menjawab supaya hatinya cukup tenang. Sayangnya harapan hanya sekadar harapan. Wanita itu mulai menyerah setelah puluhan kali panggilannya tidak berbalas.

Andine melangkah masuk. Dia akan mengambil tas dan melihat sendiri sang suami di kantor, tetapi tepat saat itu, suara mobil terdengar. Andine yang cukup hafal dengan suara mobil sang suami, segera menghentikan niat. Kakinya langsung melangkah ke arah pintu masuk.

“Mas, kenapa baru pulang? Apa terjadi sesuatu dengan kamu?” tanya Andine menunjukkan jelas rasa khawatirnya. Wanita itu tidak bisa menahan kecemasannya. Dia sangat takut hal buruk menimpa sang suami. 

“Ada pekerjaan yang harus aku urus.” Arkan memilih menjawab seperti ini, dia berbalik dan melangkah pergi mengabaikan sang istri. 

“Mas, tunggu. Aku khawatir sekali kamu semalam nggak pulang.” Andine menyusul Arkan. “Mas, kamu nggak kenapa-kenapa, kan?” tanyanya lagi. 

“Andine, bisa diam nggak sih! Kamu itu berisik sekali! Aku baru pulang dari kerja. Capek. Ngantuk. Jadi, jangan buat kepalaku tambah pusing dengan pertanyaanmu itu, Andine,” ucap Arkan dengan suara meninggi.

Jelas hal itu membuat Andine tersentak. Nyalinya kembali menciut saat melihat tatapan tajam dari arah suaminya. Padahal dia hanya cemas karena Arkan yang semalaman tidak pulang. 

“Jangan ganggu aku,” tegas Arkan sekali lagi.

“Aku hanya mencemaskanmu, Mas,” cicit Andine mencoba memberanikan diri.

“Berhenti berlebihan! Aku baik-baik saja!” sentak Arkan, dan langsung kembali melanjutkan langkahnya pergi dari hadapan Andine. 

Jujur, setiap kalimat yang keluar dari mulut Arkan begitu menyakitkan. Tidak sekali dua kali pria itu mengatakannya. Andine sendiri masih terus berusaha sabar. 

Andine yang hendak menangis, langsung menahan. Jika sampai dia menangis, hal itu akan membuat Arkan semakin kesal. Dia memilih melangkahkan kaki, mengikuti sang suami yang menuju ke kamar mereka. Di sana, Arkan langsung melepas jas dan kemeja, meletakkan asal.

Andine mengambil pakaian sang suami dan bersiap pergi, tetapi langkahnya berhenti di kala dirinya menghirup aroma di pakaian sang suami. Keningnya langsung berkerut dalam, merasa ada yang mengganjal.  

“Kenapa seperti parfum wanita?” gumam Andine bingung. 

Andine kembali menciumi pakaian sang suami, tapi benar itu adalah parfum wanita. Dia sangat hafal parfum suaminya. Tampak raut wajahnya mulai menunjukkan jelas rasa curiga. Sang suami tidak pulang, dan tercium parfum wanita di tubuh suaminya itu. 

Kecurigaan menyelimuti dirinya. Namun, dia langsung menggelengkan kepala tegas, meyakinkan bahwa tak mungkin Arkan berbuat aneh-aneh. Meskipun Arkan selama ini tak pernah bersikap hangat padanya, tapi dia yakin Arkan tak akan melakukan sebuah tindakan yang merusak rumah tangga mereka. 

“Jangan mikir aneh-aneh, Andine. Aroma parfum ini mungkin saja aroma rekan bisnis Mas Arkan,” gumam Andine meyakinkan dirinya sendiri untuk berpikir positive. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Djunaeti
males baca novel - karakter istri macem Andine....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 8. Andine yang Sakit

    “Mas, sarapan dulu,” panggil Andine ketika melihat Arkan yang menuruni anak tangga. Namun, Arkan tidak menjawabnya sama sekali. Pria tampan itu masih terus melangkah, menuruni satu per satu anak tangga dengan tangan sibuk merapikan pakaian. Rambutnya bahkan masih terlihat basah, menandakan Arkan tidak sempat mengeringkan kepala. “Mas,” panggil Andine kembali. Wanita itu melangkah lebar, menyamakan langkahnya dengan langkah sang suami. Meski dia harus setengah berlari—sampai dia yang sudah berada di dekat Arkan meraih pergelangan tangan sang suami, membuat langkah suaminya itu terpaksa berhenti.“Ada apa, Andine?” tanya Arkan dengan tatapan lekat.“Mas, kamu belum sarapan. Ayo sarapan dulu,” ajak Andine yang tak ingin sang suami lupa sarapan. Arkan menyingkirkan tangan sang istri dan berkata, “Aku buru-buru. Aku bisa sarapan di kantor.”“Tapi tadi malam kamu nggak pulang, Mas. Kamu juga pasti belum makan, kan? Sekarang kita makan dulu, ya. Aku udah masak kentang balado kesukaan Mas A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 9. Wanita yang Dipilih Arkan

    Arkan menekan bel dengan raut wajah cemas. Beberapa menit yang lalu, dia harus meninggalkan rumah karena mendengar kabar Reva yang sakit. Melalui panggilan telepon wanita itu terdengar kesakitan dan Arkan menjadi tidak tega sama sekali. Dia bahkan rela meninggalkan sang istri yang saat ini juga sedang demam.Namun, Arkan memiliki pertimbangannya sendiri. Di rumah, Andine banyak yang mengurus. Ada sopir dan pelayan yang akan menjaga. Sementara Reva hanya seorang diri. Hal tersebut yang membuat Arkan lebih memilih menjaga Reva daripada Andine. Tak selang lama, terdengar pintu dibuka, membuat Arkan melirik ke dalam.“Arkan, akhirnya kamu datang juga,” ucap Reva dengan wajah penuh kelegaan, melihat yang datang adalah Arkan. Arkan segera masuk dan memegang tangan Reva. Dia takut wanita itu akan terjatuh. Meski dia tidak melihat wajah pucat, tetapi dia melihat beberapa kali Reva mengaduh dengan tangan memegang perut. Hal yang membuat Arkan yakin Reva sedang tidak baik-baik saja.“Apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 10. Kenapa Kamu Setega Ini, Mas? 

    Arkan membuka kamar secara perlahan. Sebelah tangannya memegang nampan berisi mangkuk dan air hangat. Kakinya segera melangkah ke arah ranjang, tempat di mana Reva berada. Di sana, wanita itu masih berbaring dengan raut wajah memelas, seakan tak memiliki energy. “Aku sudah buatkan bubur untuk kamu,” ucap Arkan lembut. Reva yang mendengar, mulai bangkit secara perlahan. Sebelah tangannya memegang perut, membuat Arkan tidak tega sama sekali. Arkan menolong Reva, membantunya untuk bangkit. Dengan sigap, tangannya meraih bantal dan meletakkan di belakang tubuh Reva.“Pelan-pelan,” kata Arkan mengingatkan.Reva mengulas senyum tipis dan berucap, “Terima kasih, Arkan. Maaf merepotkanmu.”Arkan meraih mangkuk yang diletakkan di nakas dan mulai mengambil sesendok. Lantas, dengan sabar, dia mulai menyuapi Reva. Suasana menjadi hening ketika keduanya hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Reva yang melihat Arkan begitu sabar melayaninya, diam-diam dia mengulum senyum. Manik matanya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 11. Permainan Gila Arkan

    Andine memasukkan makanan ke dalam kotak bekal dan melangkah keluar rumah. Hari ini dia berniat datang ke perusahaan sang suami. Pasalnya untuk sekian kali, Arkan tidak sarapan di rumah. Suaminya itu pulang pagi hanya untuk berganti pakaian dan setelahnya pergi. Jangankan sarapan, melihat menu yang ada di meja makan pun tidak. Andine merasa cemas dan khawatir, karena Arkan yang mulai tidak menjaga diri. Dia takut Arkan akan sakit, karena terlalu lelah bekerja. Meski beberapa hari ini Arkan tampak dingin, dan tidak memedulikannya, tetap saja Andine menjadikan Arkan sebagai prioritas utamanya. “Ibu mau kemana?” tanya Asep, sang sopir dengan wajah bingung.“Antar aku ke perusahaan Mas Arkan, Pak,” jawab Andine.Asep yang mendengar pun terdiam. Kali ini dia yang merasa ragu untuk mengikuti keinginan majikannya. Asep masih cukup ingat bagaimana Arkan memperilakukan Andine saat itu. Dia juga enggan mendapat amukan seperti beberapa hari yang lalu. Ya, dia mendapat amukan dari Arkan karena

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 12. Noda Merah di Kemeja Arkan

    Arkan menggeliat pelan saat merasakan tubuhnya yang begitu lelah. Kedua matanya membuka secara perlahan. Dia kembali menutup mata dan membuka, berusaha untuk menormalkan kembali pandangannya. Sampai dia menatap langit kamar yang tidak asing lagi baginya.Arkan menarik napas dalam dan membuang perlahan. Dia masih cukup ingat dengan apa yang dilakukannya kemarin malam. Dia tidak bisa mengontrol diri membuatnya kembali menyentuh Reva. “Selamat pagi,” sapa Reva yang baru membuka mata.Arkan tidak menjawab. Pria tampan itu memilih bangun dan duduk. Tubuhnya disandarkan dengan kepala ranjang. Reva yang melihat ketidaksukaan di wajah Arkan, langsung memperhatikan dalam.“Kamu kenapa, Arkan?” tanya Reva seraya menatap Arkan. “Kenapa semalam kamu tidak mencegahku, Reva?” Arkan malah balik bertanya. Nadanya pelan, dan terdengar bersalah. ‘Karena aku ingin mendapatkan dan memilikimu untukku seorang’. Itu yang ingin Reva katakan dalam hati, tetapi dia tidak melontarkannya.“Arkan, apa yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 13. Air Mata yang Tak Berkesudahan

    Andine menata makanan di meja makan dengan penuh semangat. Hari ini Arkan sudah kembali ke rumah. Meski masih pagi, tetapi dia tidak melihat kelelahan di wajah sang suami. Dia malah melihat wajah bahagia yang terpancar dari aura pria itu. Andine mengira kalau semua masalah suaminya sudah selesai. Mungkin itu sebabnya sang suami tampak bahagia dan bersemangat.Andine mendengar langkah kaki, membuatnya mengalihkan pandangan. Di hadapannya, tampak Arkan sudah siap dengan setelan kerja yang seperti biasa membuat sang suami tampak tampan. Melihat itu, Andine langsung mendekat dan mengambil tas kerja sang suami.“Hari ini aku buat nasi goreng seafood, Mas. Kamu sarapan dulu, ya?” kata Andine, mengajak sang suami untuk sarapan. Arkan tak merespon apa pun, dia melangkahkan kaki, menuju ke arah meja makan. Dengan tenang, dia duduk dan membiarkan Andine melayaninya. Andine bahkan dengan sabar mengambilkan makanan yang dibuat dan duduk di sebelah Arkan.Arkan mulai menikmati makanan di hadapann

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 14. Kegelisahan Andine 

    Andine duduk di ruang tunggu dengan perasaan tidak karuan. Hari ini dia memutuskan untuk ke rumah sakit seorang diri. Sebenarnya sang dokter selalu mengatakan agar dia datang bersama dengan Arkan, tetapi suaminya selalu saja sulit untuk diajak. Arkan selalu mengatakan tidak ada waktu. Padahal jauh dari lubuk hatinya terdalam, dia ingin sekali sang suami turut ikut dalam pemeriksaan. Andine mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Dia mencoba menahan kesedihan yang kembali hadir, terlebih saat melihat sepasang suami istri yang saling memperhatikan. Hal yang membuat Andine merasa iri. Meski dia memiliki suami kaya dan mapan, tetapi tidak pernah dia mendapatkan perhatian.Namun, lagi-lagi Andine membuang perasaan itu. Dalam hati dia meyakini kalau sang suami sedang sibuk. Mengenai hal lain, Andine tidak mempermasalahkan sama sekali, termasuk sikap Arkan yang selalu tidak peduli dengannya. Andine yakin, sikap Arkan karena pria itu terlalu lelah bekerja.“Nomor delapan, Ibu Andine.” And

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 15. Sebuah Perasaan Bersalah 

    Reva menelusuri tepi pantai dengan bibir tersenyum lebar. Kakinya terus melangkah, sesekali merasakan debur ombak yang langsung mengenai kakinya. Dia menikmati pemandangan dan ketenangan di sekitar. Pagi ini, dia sengaja berjalan di sekitar pantai yang tidak jauh dari hotel bersama dengan Arkan. Mengingat pria itu, Reva mengalihkan pandangan.“Kamu suka?” tanya Arkan yang sejak tadi setia menemani. Tangannya bahkan dengan setia menggenggam jemari sang kekasih.Reva yang ditanya jelas mengangguk semangat. Dia melepaskan genggaman, berganti memeluk lengan Arkan dan menjawab, “Aku suka, Arkan. Terima kasih karena sudah menuruti permintaanku.” “Aku akan melakukan apa pun asal kamu bahagia, Reva. Jadi, ke mana kamu ingin pergi, katakan saja dan aku akan mengabulkannya,” ucap Arkan hangat. Reva tersenyum lembut menanggapi ucapan Arkan. Dia kembali menikmati suasana pagi dengan hati berbunga. Dia sudah memperkirakan hal itu, tetapi tidak menyangka Arkan akan sebaik ini padanya. Awalnya dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20

Bab terbaru

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 52. Hasutan dari Reva 

    Reva bersembunyi di balik dinding, melihat Dimas yang kini melangkah. Hatinya mulai merasakan penasaran luar biasa. Detik itu juga, yang dilakukannya mengikuti Dimas, mengawasi dari kejauhan agar Dimas tak melihat keberadaannya. Namun, seketika raut wajah Reva berubah melihat Dimas masuk ke dalam ruang dokter kandungan. Kening wanita itu mengerut dalam, penasaran dalam dirinya semakin menjadi, menimbulkan kebingungan yang melanda. “Kenapa Dimas ke dokter kandungan?” gumam Reva bingung. Beberapa menit Reva tetap memilih menunggu di balik dinding, dia ingin menunggu sampai Dimas keluar dari ruang dokter kandungan. Hatinya benar-benar menjadi penasaran. Jika Dimas mememui dokter umum, maka dia tidak akan mungkin sampai menunggu Dimas seperti ini. Tak selang lama, Reva melihat Dimas keluar dari ruang dokter. Buru-buru, dia semakin bersembunyi, agar tidak ketahuan Dimas. Dia tak mau sampai Dimas melihat dirinya. “Pak, kondisi Bu Andine sebenarnya kurang baik. Kandungannya lemah. Teka

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 51. Kehamilan Andine 

    Reva mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Kedua tangannya memegang kemudi dengan erat, membuat otot di tangannya tercetak dengan jelas. Emosinya juga meningkat saat tadi Arkan yang awalnya ingin istirahat di rumahnya, malah memilih untuk pergi, dan dia yakin besar kemungkinan Arkan pulang ke rumah bukan ke kantor. Reva masih menatap jalanan dengan tatapan dingin, dan tersirat memancarkan emosi yang berkobar di dalam diri. Sungguh, dia ingin sekali memberi tahu Andine, tentang hubungannya dengan Arkan, tetapi semua itu tidak akan bisa dia lakukan. Bukan karena takut, tapi karena dia tak ingin nanti menimbulkan sebuah masalah. Reva mengumpat dalam hati, dan berusaha untuk tetap berjuang menenangkan emosi di dalam dirinya. Wanita itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Emosi di dalam diri, membuatnya memilih untuk mengebut di jalanan. Namun tiba-tiba … Brakkkk … Reva menabrak trotoar di kala dirinya tak mampu mengendalikan kemudi. Dia langsung merutuki d

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 50. Andine Pingsan  

    Arkan mengendarai mobil dengan sangat cepat. Pikirannya cukup kacau karena Andine mulai berani menentang dirinya. Padahal sebelumnya itu istrinya adalah sosok yang sangat penurut, dan tidak berani menentang dirinya. Namun entah kenapa sekarang istrinya mulai berani padanya. Hal paling tergila adalah Arkan mulai memikirkan Andine. Seharusnya dia tak peduli sama sekali pada Andine, tapi dia tak mengerti kenapa belakangan ini dia memikirkan tentang Andine. Bahkan di kala istrinya itu mendiaminya saja, dia sangat tidak suka. “Shit!” umpat Arkan seraya memukul setir mobilnya. Pria tampan itu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, guna menangkan segala pikirannya yang kacau. Tiba-tiba sesuatu hal muncul dalam benak Arkan. Pria itu langsung memutar balik, dan kini menuju rumah Reva. Dia ingin mencoba menenangkan dirinya dengan bertemu dengan Reva. Dia harap setelah bertemu dengan Reva akan membuat emosi di dalam dirinya terkendali. Tak selang lama, mobil yang dilajukan Arkan mulai tiba

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 49. Andine yang Mulai Berani 

    “Pemotretan hari ini selesai. Good job, Reva.” Sang fotografer memuji kinerja Reva. Dia tampak puas dengan hasil foto Reva berpose di kolam renang begitu menakjubkan. Tidak susah untuknya mengatur Reva. Reva tersenyum lega, seraya memakai bathrobe. “Coba aku lihat hasil fotoku. Aku ingin tahu bagaimana hasil foto-fotoku.” Sang fotografer itu langsung menunjukkan foto yang dia ambil pada Reva. “Ini hasilnya sangat bagus. Kamu memang berbakat menjadi seorang model, Reva,” pujinya dengan senyuman bangga. Reva kembali tersenyum, di kala melihat hasil foto-foto yang diambil fotografer tampak menakjubkan. “Tentu saja aku berbakat.” Sang fotografer menurunkan kameranya. “Ngomong-ngomong tadi aku lihat ada seorang pria yang terus melihatmu. Aku rasa dia mengenalmu.” Kening Reva mengerut dalam. “Seorang pria? Siapa?” tanyanya penasaran ingin tahu siapa yang menatapnya. Sang fotografer menunjuk punggung pria yang berjalan pergi menjauh. “Dia. Pria pakai kemeja biru itu terus lihat kamu. A

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 48. Kebohongan Reva Mulai Terungkap

    Andine membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Tangannya memegang koper dan menarik koper itu tanpa semangat. Entah kenapa dia merasakan tubuhnya masih terlalu lemah. Perutnya juga masih terasa mual. Padahal dia sudah meminum obat, tapi seperti tidak ada reaksinya sama sekali. Namun, meski demikian dia masih enggan jika harus diperiksa oleh dokter. Dia hanya ingin segera pulang, dan beristirahat di rumah. Langkah kaki Andine terhenti tepat di kala dia hendak menuruni undakan tangga. Tampak jelas raut wajahnya memancarkan kemuraman dan rasa sedih yang menyelimuti dirinya. Dia menarik napas panjang, dan mengembuskan napas pelan—bersiap untuk menuruni undakan tangga sambil mengangkat koper. Namun … “Biar aku yang mengangkat kopermu.” Dimas tiba-tiba muncul, dan mengambil alih koper Andine. Andine sedikit terkejut sambil menatap Dimas yang membantunya. “Dimas? B-biar aku saja. Koperku berat.” Dimas tersenyum. “Karena kopermu berat, aku menawarkan diri untuk membantumu. Kamu kan seor

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 47. Apa Kamu Hamil? 

    Andine menuruni satu per satu anak tangga dengan raut wajah muram, dan terlihat jelas menunjukkan perasaan yang ditutupinya. Pikirannya benar-benar kacau. Bahkan semala, dia tidak tidur dengan nyenyak, karena banyak hal yang membebani pikirannya. Andine kini menarik napas dalam dan membuang secara perlahan. Dia mencoba untuk tegang tenang dan bersikap biasa. Dia tidak mau ada yang curiga dengan kondisi hatinya sekarang. Apalagi dirinya masih berada di lingkungan keluarga sang suami. Saat Andine berada di lantai bawah, tatapannya teralih pada Melly yang bercanda dengan Reva. Seperti biasa memang ibu mertuanya itu sangat dekat dengan Reva. Sangat berbeda jauh jika mertuanya itu berada di dekatnya. Hati Andine mendadak merasakan nyeri luar biasa. Dia bukan hanya mendapatkan luka dari suaminya saja, tetapi ibu mertuanya juga memberikan luka padanya seakan dirinya memang benar-benar tidak dianggap. Meski selama ini dia sudah berusaha sangat baik, tetap saja dirinya selalu salah di mata

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 46. Hati yang Semakin Terluka 

    Arkan membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar. Tampak raut wajahnya tidak bersemangat, karena mengingat perkataann ayahnya padanya. Entah, dia merasakan kegelisahan yang membentang di dalam dirinya. Perkataan ayahnya seakan menusuknya hingga ke relung hati terdalam, dan membuatnya benar-benar tak berkutik. Saat Arkan sudah masuk ke dalam kamar, dia menatap ke arah Andine yang duduk melamun di sofa. Pria tampan itu yakin ada sesuatu hal yang menggangu pikiran Andine. Dia memutuskan melangkah mendekat ke arah Andine—yang tak menyadari kehadirannya. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Arkan dengan nada dingin, kala tiba di depan Andine. Andine mengalihkan pandangannya, menatap Arkan yang berada di hadapannya. Dia terdiam sebentar, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Hatinya masih terasa sakit mengingat apa yang terjadi tadi. Kejadian suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva, benar-benar membuat hatinya hancur. “Seperti yang kamu lihat, aku baik,” jawab Andi

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 45. Penyesalan Selalu Datang Terlambat 

    Arkan membawa Reva ke tepi, bersamaan dengan Dimas yang membawa Andine ke tepi. Tampak Arkan bermaksud ingin menghampiri Andine, tetapi gerak Arkan terhenti di kala Reva menahan tangan pria itu. “Arkan dingin,” ucap Reva menggigil. Kedua kakinya ditekuk, merasa dingin di sekujur tubuh. Ini sudah malam dan udara di pegunungan cukup membuatnya menggigil.“Ya Tuhan, Reva! Kamu nggak apa-apa, kan, Sayang?” Melly buru-buru mendekat, dan memberikan handuk untuk Reva. Terlihat wanita paruh baya itu begitu mencemaskan keadaan Reva. Reva tersenyum. “Aku baik-baik aja, Tante. Makasih udah cemasin aku. Tante nggak usah khawatir. Arkan udah nolongin aku tepat waktu.”Melly mendesah panjang. “Iya, untung Arkan sigap nolong kamu, Reva.” Reva kembali tersenyum, merespon ucapan Melly. Andine hanya diam melihat interaksi Melly yang begitu peduli pada Reva. Bukan hanya Melly yang peduli pada Reva, tapi Arkan juga peduli. Bahkan dia ingat jelas suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva daripada dir

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 44. Lebih Memilih Menyelamatkan Reva 

    “Aku sudah memperingatkanmu berulang kali untuk nggak dekat dengan Dimas, Andine. Tapi sepertinya kamu nggak peduli dengan laranganku. Kamu terus mendekati Dimas. Jadi, jangan salahkan aku kalau aku terus menghukummu, Andine,” kata Arkan setelah selesai memakai kembali pakaiannya. Pria tampan itu sengaja memberikan hukuman pada Andine, karena istrinya itu tidak mematuhinya. Andine yang masih duduk di ranjang hanya diam. Manik matanya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Dia bahkan tidak menatap ke arah Arkan yang saat ini sedang menatapnya. Dia hanya memikirkan mengenai kondisinya yang mulai tidak baik-baik saja. Tubuhnya terasa lemah dengan kepala yang sedikit memberat.Namun, Arkan yang melihat hal itu malah berekspektasi lain. Dia menganggap kalau Andine masih membayangkan Dimas. Hal yang malah semakin membuat hatinya memanas. Dia meraih dagu Andine dan memaksa supaya wanita itu menatapnya.“Jangan pernah membuatku marah. Jangan menguji kesabaranku dengan terus abaikan dengan l

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status