"Anda mau ke mana, Nona?" tanya salah satu bodyguard kepada Vallery.
"Bukan urusanmu," jawab Vallery tajam
"Menjadi urusan kami karena Tuan Troy meminta kami untuk menjaga Nona dan mengikuti kemanapun Nona pergi," ucapnya.
"Aku sudah meminta ijin dia untuk pergi sendiri, jika kau tidak percaya silahkan kau hubungi dia," ucap Vallery, dia tau para bodyguard ini tidak akan ada satupun yang membantah perintah Troy.
Berhasil, mereka mempercayai apa yang Vallery katakan.
"Tuan dan pengawal, sama-sama bodoh, mudah sekali untuk aku tipu," ucap Vallery dalam hatinya lalu pergi.
*** Sebenarnya Darren masih ingin berada di rumah sakit menemani wanita itu, tapi apa daya tuntutan pekerjaan selalu menantinya, tentunya dengan misi memberi pelajaran kepada orang yang telah membuat hidupnya seperti ini."Aku akan menemukan siapa orang yang telah membuatmu seperti ini, baik-baik di sini, nanti aku akan kembali lagi," ucap Darren lalu pergi.
"Darren, sudah selesai?" tanya Grace.
"Ya, tolong jaga dia dengan baik, aku tidak ingin dia semakin terguncang, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku," jawab Darren.
"Tentu saja, aku tidak akan membiarkan orang lain menyakiti pasienku, kau tenang saja," ucap Grace seraya menunjuk kepada dua orang bodyguard yang berjaga di pintu ruangan wanita itu.
"Apa perlu tambahan penjaga?" tanya Darren.
"Tidak perlu, dua orang itu pun sudah cukup," jawab Grace.
"Baiklah, aku pergi," ucap Darren.
"Jika kau kembali lagi, jangan lupa belikan apa yang aku suka," ucap Grace seraya tersenyum.
"Oke," ucap Darren lalu pergi.
"Kau tenang saja Darren, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kakakku lagi," ucap Grace lalu masuk ke ruangan wanita itu.
Grace melirik sekilas ke belakang, seperti ada orang yang sedang memperhatikannya, tapi tidak ada siapa-siapa.
"Kalian pergilah, aku akan meriksa keadaanya," ucap Grace kepada dua pengawal yang berjaga, seraya memberikan kode kepada mereka.
Kedua pengawal itu pun pergi menuruti perintah Grace.
"Astaga, aku lupa sesuatu," ucap Grace, lalu dia juga pergi dari ruangan itu untuk mengambil sesuatu.
Benar saja, saat Grace pergi ada seseorang yang berpakaian serba hitam menggunakan masker masuk ke ruangan itu dengan menyeringai. Dia membawa suntikan obat yang akan membuat si pemakai berhalusinasi, lebih parahnya bisa mengganggu fungsi otak si pemakai jika dipakai dalam jangka panjang.
Saat dia akan menyuntikan obat itu ke cairan infus, tiba-tiba ...
Bugh bugh bugh
Dua orang pengawal itu kembali bersama dengan Grace yang tersenyum penuh kemenangan, mereka langsung menghantam orang itu tanpa ampun. Grace duduk santai di sofa menikmati pertunjukan yang sangat menyenangkan menurutnya, orang itu sudah terlihat tidak berdaya.
"Cukup, jangan sampai dia mati, jika dia mati aku tidak akan mendapatkan informasi apa-apa," ucap Grace.
Srug
Kedua pengawal mendorong orang itu hingga dia tersungkur di bawah kaki Grace.
"Siapa yang menyuruhmu memberikan obat sialan itu kepada kakakku?" tanya Grace dengan emosi yang memuncak, tapi orang itu diam tidak mau mengatakan apa-apa.
"Katakan kepadanya jika kau sudah melakukan apa yang dia suruh, kalau kau berani datang ke sini lagi dan dia tau kejadian ini, aku akan meminta mereka melepaskan kepalamu dari lehermu," ucap Grace tajam.
"Awasi dia, jika dia berbuat macam-macam lagi, habisi saja," ucap Grace kepada dua pengawalnya.
Lalu kedua pengawal membawa pria itu pergi, Grace beranjak dari tempatnya menghampiri wanita yang masih terpejam karena pengaruh obat penenang.
"Entah berapa ratus kali dia memberimu obat sialan itu hingga kau menjadi seperti ini," ucap Grace sendu.
*** Setelah dari rumah sakit, Darren melajukan mobil menuju ke rumah miliknya, karena dia mendapat kabar jika Aiden sedang menunggu di rumahnya, tiba-tiba ...Cekiiit
Darren menginjak rem mendadak, karena tiba-tiba ada seorang wanita yang berlari tanpa melihat di sekelilingnya.
"Astaga, lagi-lagi seorang wanita yang hampir mati tertabrak mobilku," ucap Darren geram lalu dia menurunkan kaca mobilnya hendak memaki wanita itu.
"Hei, kau sudah bosan hidup, huh?" tanya Darren nyalang, lalu orang itu melirik karena mengenali suara Darren.
"Kau lagi!" pekik Darren.
"Keberuntungan sedang berpihak kepadaku," ucapnya, tanpa diminta dia masuk ke dalam mobil Darren.
"Apa-apaan ini?" tanya Darren sengit.
"Bawa aku pergi dulu, cepat sebelum orang-orang itu menangkapku," dengan keadaan kesal Darren tetap menuruti perintah gadis itu,
Darren menginjak pedal gas sekencang mungkin, hingga mobilnya melaju dengan sangat kencang seakan ingin terbang.
"Kau gila? Bagaimana jika kita mati?" tanyanya nyalang.
"Diam!" bentak Darren, lalu menghentikan mobilnya.
"Jangan berhenti di sini, ini masih terlalu dekat, mereka bisa mengejarku dan menangkapku," ucapnya.
"Memangnya aku ini supirmu, kau dengar baik-baik, jika sekali lagi kau menabrakkan diri ke mobilku, aku pastikan kau akan mati," ucap Darren tajam lalu melajukan kembali mobilnya.
"Hei bodoh, kali ini aku tidak sengaja menabrakkan diri ke mobilmu ...."
"Kau yang bodoh!" Pekik Darren menyela.
"Haiish ... kenapa aku harus bertemu lagi dengan wanita seperti ini," umpat Darren.
"Aku juga tidak tau kenapa kita bisa bertemu lagi," ucapnya.
"Diam, Vallery!" ucap Darren tajam.
Ya, wanita itu adalah Vallery, para bodyguard kakaknya tau jika Vallery menipu mereka, lalu mereka mengejar Vallery, Vallery yang tidak ingin dikawal melepas high heels-nya dan berlari sekencang mungkin hingga dia tidak menyadari ada mobil yang melaju.
"Katakan!" perintah Darren.
"Katakan apa?" tanya Vallery.
"Ternyata kau juga bodoh," jawab Darren kesal.
"Tidak usah memakiku," ucap Vallery, "aku kabur dari rumah, karena aku tidak ingin terus dikekang dan dikawal oleh si bujang tua itu."
"Bujang tua ?" tanya Darren.
"Kakakku," jawab Vallery ketus.
"Kurang ajar kau," ucap Darren.
"Whatever," ucap Vallery.
"Kau mau ke mana? Aku sedang sibuk!"
"Turunkan aku di mana saja, aku hanya ingin pergi jalan-jalan sebentar," ucap Vallery.
"Hmm!"
"Ternyata tidak perlu ke kutub utara untuk merasakan hawa dingin," ucap Vallery.
"Apa?" tanya Darren.
"Forget it," jawab Vallery.
"Manusia aneh," ucap Darren, keadaan menjadi hening.
"Aku akan mampir di toko kue depan, kau bisa turun di sana juga," ucap Darren.
"Untuk apa kau ke toko kue?" tanya Vallery.
"Untuk membeli senjata api, dasar bodoh, membeli kue memangnya apalagi?"
"Maksudku, untuk siapa kau membeli kue," jawab Vallery gemas.
"Untuk seseorang," ucap Darren.
"Pasti untuk istrimu," tebak Vallery.
"Hmm!"
Mereka pun sampai di toko kue yang Darren maksud, saat turun Vallery mendengar sapaan dari seseorang yang sangat dia kenali.
"Kau bilang jika kau bukan wanita murahan, tapi baru lepas sehari dariku, kau sudah bersama pria lain," ucapnya.
"Yuka!" ucap Vallery, lalu melihat Yuka yang barus saja keluar dari toko kue bersama seorang wanita.
"Hmm ... ternyata kau pintar mencari penggantiku, sepertinya dia orang yang sangat kaya," ucap Yuka melirik mobil sport mewah milik Darren.
"Itu bukan urusanmu," ucap Vallery lalu tiba-tiba menggandeng lengan Darren.
"Ya memang bukan urusanku, kau salah memilih wanita, Bung," ucap Yuka kepada Darren.
"Maksudmu?" tanya Darren tak mengerti.
"Kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan dari wanita ini," jawab Yuka.
"Aku tidak mengerti," ucap Darren.
"Ayolah, tidak usah berpura-pura seperti itu, kita sesama pria, aku mengerti kau juga memiliki kebutuhan biologis, aku sarankan kepadamu, lebih baik kau berikan uangmu kepada wanita di club malam yang sudah jelas akan memberi kepuasan untuk ...."
Bugh
Satu pukulan Darren mendarat di wajah Yuka.
"Kau!" pekik Yuka."Kau pikir aku takut, huh?" tanya Darren nyalang, lalu mengangkat jarinya menunjuk wajah Yuka, "itu balasan yang tidak seberapa karena kau telah merendahkan wanitaku," ucap Darren lagi lalu menarik lengan Vallery yang diam mematung masuk ke mobilnya.
"Pria sialan, tunggu pembalasanku!" pekik Yuka, dan Darren masih bisa mendengar apa yang pria itu ucapkan.
"Aku tidak takut!" ucap Darren tajam, lalu pergi dari tempat itu.
Darren melirik kepada Vallery yang sejak tadi hanya diam, Vallery terus memikirkan apa yang Darren ucapkan, apa maksud Darren mengatakan "wanitaku" kepada Yuka.
"Jangan terus memikirkan pria brengsek seperti dia," ucap Darren.
"Aku tidak memikirkan dia, aku hanya memikirkan apa yang kau katakan kepada Yuka tadi," ucap Vellery.
"Memangnya apa?" tanya Darren.
"Kenapa kau berkata seperti itu kepada Yuka, jika istrimu mendengar, dia akan berpikiran yang tidak-tidak tentangku." jawab Vallery.
Darren hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Vallery.
*** Bersambung ***
Darren tersenyum tipis menanggapi ucapan Vallery, mungkin dulu akan ada seorang wanita yang marah dan cemburu saat melihat Darren bersama dengan wanita lain, tapi sekarang?Darren pun tidak ingin menjelaskan itu kerena dia masih tidak ingin menerima kenyataan dan tidak ingin mengingat apa yang terjadi kepada istrinya, mengingat kejadian itu membuat darah Darren mendidih seketika."Kenapa?" tanya Vallery yang melihat raut wajah Darren berubah."Kau bertengkar dengan istrimu? Apa gara-gara semalam kau tidak pulang?" tanya Vallery."Tidak, kami baik-baik saja," jawab Darren."Sorry gara-gara aku, kau tidak jadi membeli kue untuk istrimu," ucap Vallery."Tak apa, aku beli kue di toko lain saja," ucap Darren."Baiklah, kalau begitu aku turun di sini saja," ucap Vallery, lalu Darren menepikan mobilnya."Thank's," ucap Vallery."Hmm!" Vallery hanya menghela nafasnya panjang, d
Darren pergi dari ruang meeting karena mendapat kabar dari seseorang, Darren segera menuju mobilnya untuk pergi ke ruang rahasia di rumahnya.Dua puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai, ruangan itu ada di dalam garasi bawah tanah rumahnya, Darren segera masuk. Saat sampai, ada seseorang yang sudah menantinya, orang itu bernama Mike, dia adalah detektif kepercayaan Darren."Ada apa?" tanya Darren."Aku menemukan di mana dua pelaku yang lainnya, mereka adalah teman dari Troy Harrison," jawab Mike."Di mana mereka?" tanya Darren."Yang satu berada di Jerman, dan satu lagi sudah tiba di California, mereka sedang menjalin kerja sama, ternyata mereka adalah kelompok mafia yang paling dicari polisi karena mereka pelaku penyelundupan senjata dan obat-obatan terlarang, kedok mereka belum terungkap, hanya orang-orang di bawah mereka yang tertangkap," jawab Mike. "Bagus, aku tinggal menunggu kabar dari dia selanjutnya," ucap Darr
Darren mencerna apa yang Albert katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu padahal Darren yang sering berinteraksi dengan Grace.Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kyra ibu kandung Darren.Sudah bertahun-tahun Kyra dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kyra, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, semakin hari keadaannya malah semakin memburuk, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Darren untuk merawat ibunya. Tentu saja Darren tidak sembarangan menerima, Darren menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi jika Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman. Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kyra berangsur-angsur pulih, kini Kyra bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kyra akan meracau tidak jelas. "Darren, jang
PRAANG"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa. "Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi. "Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren. "Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris. "Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra. "Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga. "Siapa orang itu?" tanya D
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...
"Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da