Darren mencerna apa yang Albert katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu padahal Darren yang sering berinteraksi dengan Grace.
Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kyra ibu kandung Darren.
Sudah bertahun-tahun Kyra dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kyra, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, semakin hari keadaannya malah semakin memburuk, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Darren untuk merawat ibunya.
Tentu saja Darren tidak sembarangan menerima, Darren menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi jika Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman.
Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kyra berangsur-angsur pulih, kini Kyra bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kyra akan meracau tidak jelas.
"Darren, jangan diam saja bodoh," ucap Albert gemas karena Darren tidak menanggapinya sama sekali.
"Aku tidak menyadari sama sekali apa yang kau katakan," ucap Darren.
"Apa madam tidak memiliki keluarga yang lain?" tanya Albert.
"Setauku tidak, mom tidak pernah menceritakan apa-apa kepadaku karena keadaan mom seperti itu," jawab Darren.
"Madam memang tidak bisa mengatakan apa-apa, tapi kakek dan nenekmu kan bisa, mereka tidak tau jika madam memiliki keluarga?" tanya Albert.
"Aku tidak pernah bertanya, oma dan opa pun tidak pernah bercerita," jawab Darren.
"Jika dr. Grace memang saudara madam, berarti madam ditangani oleh orang yang tepat," ucap Albert.
"Entahlah, terlalu banyak rahasia yang harus aku ungkap di keluargaku, semua itu gara-gara wanita sialan yang selalu menghasut Jordhan," ucap Darren gemas.
"Sepertinya perjalanan kita untuk mencapai tujuan semakin panjang," ucap Albert.
"Ya, kita harus mengungkap semuanya satu persatu, berarti keputusanku mencari orang untuk selalu mengawasi rumah sakit jiwa sudah tepat," ucap Darren.
"Maksudmu?" tanya Albert.
"Aku meminta Mike mencari orang untuk selalu mengawasi di sana," jawab Darren.
"Apa kedua bodyguard yang ada di sana tidak pernah memberikan informasi apa-apa?" tanya Albert.
"Tidak, mereka hanya pernah memberi tau kalau ada penyusup yang masuk ke ruangan mom," jawab Darren.
"Aku rasa madam menjadi seperti ini karena ulah seseorang," ucap Albert.
"Memang, mom depresi karena melihat Jordhan menikah lagi dengan wanita itu," ucap Darren.
"Kau benar-benar bodoh, bukan itu maksudku," ucap Albert.
"Lalu apa?" tanya Darren.
"Madam sengaja dibuat gila oleh seseorang," jawab Albert.
"Maksudmu ada yang memberikan obat yang membuat halusinasi dalam jangka panjang?" tanya Darren.
"Ya, bisa jadi seperti itu, pemakaian obat dalam jangka panjang dapat membuat kerusakan fungsi otak dan mengakibatkan si pengguna hilang kewarasan," jawab Albert.
"Jika yang kau katakan benar, aku tidak akan pernah mengampuni orang itu," ucap Darren dengan rahang yang mengeras.
"Kita temukan dia secepatnya, lalu kita penggal kepala dia," ucap Albert dengan santainya.
"Berapa banyak orang yang ingin menghancurkan kehidupanku dan ibuku," ucap Darren kesal, tak terasa mereka sudah sampai di rumah sakit jiwa.
Darren dan Albert langsung menuju ke ruangan Grace, saat sampai Darren meneliti setiap inci wajah dokter yang terlihat sedang serius, mungkin dia sedang menganalisa hasil pemeriksaan para pasiennya.
Benar apa yang dikatakan oleh Albert, wanita itu memang mirip sekali dengan ibunya, siapa dia sebenarnya? Itulah yang ada di dalam pikiran Darren saat ini.
"Grace!" sapa Darren.
"Hai Darren, rupanya kau sudah datang," sahut Grace.
Lalu Darren dan Albert masuk keruangan Grace dan duduk di kursi yang ada di hadapan wanita itu.
"Halo Albert, apa kabar?" tanya Grace dengan senyuman khas yang dia miliki.
"Kabarku baik, Dokter," jawab Albert.
"Ini pesananmu," ucap Darren seraya memberikan paper bag yang ia bawa kepada Grace.
"Owh ... thank's Darren, kau memang terbaik," ucap Grace.
"No problem, kau juga selalu merawat ibuku dengan baik," ucap Darren.
"Tentu saja, setiap dokter harus merawat pasiennya dengan sangat baik," ucap Grace lalu mulai membuka paper bag yang diberikan oleh Darren, matanya berbinar melihat sushi dan sashimi yang terlihat sangat segar.
"Benar, memang seharusnya seperti itu, atau mungkin kau hanya bersikap seperti ini kepada ibuku?" tanya Darren penuh selidik.
"Tentunya tidak Darren, aku memberikan pelayanan terbaik untuk semua pasienku, tanpa terkecuali," jawab Grace yang sudah menelan sashimi yang ia kunyah."Kalian mau?" tanya Grace karena sejak tadi kedaua pria yang ada di hadapannya terus memperhatikan wajahnya.
"Aku tidak suka ikan mentah, Dokter," jawab Albert."Begitu, sayang sekali padahal ini sangat enak, apalagi jika memakannya dengan wasabi," jawab Grace yang semakin lahap menyantap makanannya.
"Aku hanya ingin tau siapa kau," ucap Darren, Grace hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Aku ini dokter ibumu, Darren," ucap Grace dengan santai.
"Ya, aku hanya melupakan itu," ucap Darren.
"Tapi, wajahmu terlihat sangat mirip dengan madam Kyra," ucap Albert.
Grace malah tertawa mendengar ucapan kedua pria yang ada di hadapannya.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Albert.
"Kalian tidak pernah dengar, bahwa ada orang yang mirip walaupun tidak memiliki hubungan darah?" tanya Grace di sela tawanya.
"Kami pernah dengar, tapi rasanya mustahil," jawab Darren.
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini, sudahlah lebih baik kalian temui Kyra sekarang, aku akan memeriksa beberapa pasien lagi sebelum pulang," ucap Grace.
"Untuk saat ini kau selamat dariku, Grace," ucap Darren lalu kedua pria itu pergi dari ruangan Grace.
"Belum saatnya Darren, aku tidak ingin orang tau sekarang jika kita memiliki hubungan darah, sudah cukup ibumu yang menjadi korban dia dan kegilaan wanita itu, kau juga orang yang harus aku lindungi dari wanita ular itu, sampai sekarang dia mencari di mana keberadaanku," ucap Grace seraya tersenyum. Lalu, Grace keluar dari ruangan itu.
Darren dan Albert sudah berada di ruangan Kyra, dia tampak sedang duduk sambil menikmati makanannya dengan soror mata yang tetap hampa.
"Mom!" panggil Darren, tapi Kyra tidak menanggapi dan hanya meliriknya sekilas.
"Biar aku yang melanjutkan," ucap Darren kepada perawat yang menyuapi Kyra perawat itupun pergi menuruti perintah Darren.
"Aku sangat mencintaimu, Jo," ucap Kyra lirih.
Hanya itu yang selalu di katakan Kyra dan itu membuat Darren sangat muak mendengarnya, kenapa ibunya sangat mencintai pria yang sudah membuat dia menjadi seperti ini.
"Mom!" panggil Darren seraya menyodorkan makanan ke mulut Kyra.
Kyra membuka mulutnya lagi tanpa memberikan reaksi apapun.
"Sebesar itu cinta madam untuk ayahmu?" tanya Albert.
"Entahlah, mom selalu mengatakan itu," jawab Darren yang terus menyuapi Kyra.
"Kalian berdua sama," ucap Albert.
"Maksudmu?" tanya Darren.
"Kau cinta mati kepada Liora, dan madam cinta mati kepada ayahmu, hingga madam menjadi seperti ini, kau lihat inilah yang terjadi karena pernikahan," jawab Albert.
"Tidak semua pernikahan berakhir seperti ini, banyak orang menjalani pernikahan yang bahagia dan harmonis," ucap Darren.
"Aku tidak percaya," ucap Albert.
"Terserah kau saja, aku sudah sering mengingatkan aku hanya tidak ingin kau menanggung akibat yang kau lakukan sekarang suatu hari nanti," ucap Darren.
"Harusnya itu juga berlaku untukmu, mulailah kehidupan baru dengan wanita lain, aku yakin jika Liora tidak menginginkan kau seperti ini terus," ucap Albert.
"Aku akan memikirkan hal itu, setelah aku mendapatkan keadilan untuk Liora," ucap Darren.
"Jadi kita seimbang," ucap Albert.
"Jangan samakan aku denganmu," ucap Darren.
"Dia membunuh anak kita, Jo."
Bersambung ....
*** Bersambung ***
PRAANG"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa. "Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi. "Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren. "Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris. "Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra. "Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga. "Siapa orang itu?" tanya D
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...
"Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela
"Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah. "Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya. BRAAK "DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang. Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya. "Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam. "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi. "Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...." "Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela. Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya,
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da