Home / Romansa / Love in Revenge / Bertemu Dengannya

Share

Bertemu Dengannya

Author: Fitri Laxmita
last update Last Updated: 2021-04-08 16:40:31

 Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya.

  "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya.

  "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun.

  "Aku turun di sini saja," ucap Vallery.

  Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren.

  "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren.

  "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya.

  "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren.

  "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren,"  ucap Vallery.

  "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat.

  "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery

  Pletak

  "Aww," lagi-lagi Darren menyentil kening Vallery membuat gadis itu meringis.

  "Ternyata otakmu tertinggal di club sana," ucap Darren.

  "Menyebalkan!" umpat Vallery, lalu turun dari mobil Darren yang baru saja berhenti.

  "Terima kasih, Pak," ucap Vallery kepada supir Darren, membuat Darren mendelik sinis kepadanya.

  "Apa? Jangan harap aku akan mengucapkan terima kasih kepadamu," ucap Vallery sengit lalu pergi.

  "Gadis tidak tau diri, sudah ditolong malah bersikap kurang ajar," ucap Darren, lalu sang supir melajukan kembali mobilnya.

  "Tuan, apa kita langsung menuju kantor?" tanya supir.

  "Ke rumah dulu, aku harus mengganti pakaian dan mengambil berkas," jawab Darren, mereka pun menuju rumah terlebih dahulu.

  Setelah sampai rumah, Darren segera menuju kamarnya untuk bersiap.

  "Darren!"

  Siapa lagi jika buka teman kurang ajarnya yang memanggil Darren dengan sangat kencang.

  "Dia mengantarkan nyawa sendiri," ucap Darren, setelah memakai jasnya Darren keluar untuk memaki pria itu.

  "Rupanya, semalam kau bersenang-senang," ucap Albert yang sudah duduk manis di meja makan.

  "Kau ingin aku bunuh dengan cara apa? Ditembak atau aku lempar ke lautan?" pertanyaan Darren membuat Albert tertawa dengan sangat kencang.

  "Kau jangan tertawa, bodoh!" ucap Darren dengan menatap tajam kepada Albert.

  "Kau yang bodoh, semalaman tidur dengan wanita cantik tapi kau tidak melakukan apapun, membuang-buang waktu, seharusnya kau bermain beberapa ronde dengan dia bukan tidur sampai pagi," ucap Albert.

  "Aku bukan pria bastard sepertimu," ucap Darren lalu mulai memakan sarapan yang sudah disiapkan oleh pelayan.

  "Kenapa kau bisa tidur dengan gadis menyebalkan itu?" tanya Albert.

  "Dia mabuk," jawab Darren.

  "Satu atau dua kali bertemu, namanya memang kebetulan, jika ketiga kali bertemu lagi, berarti itu sudah takdir," ucap Albert.

  "Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan," ucap Darren.

  Darren membersihkan sudut bibirnya setelah menghabiskan makanannya, saat akan beranjak, ponselnya berbunyi.

 Via telpon.

  "Halo, ada apa Oma?" tanya Darren.

 "Oma ingin bertemu denganmu, apakah sore ini kau bisa datang ke mansion?" tanya Elma.

  "Baiklah, pulang dari kantor aku akan menemui Oma," jawab Darren.

  "Oma tunggu, bye," 

Via telpon end.

  "Kau cari tau siapa lagi gadis yang akan oma jodohkan denganku," ucap Darren.

  "Memangnya oma mengatakan jika dia ingin menjodohkanmu?" tanya Albert.

  "Tidak, tapi aku gakin jika oma akan melakukan itu" jawab Darren.

  "Kau terlalu yakin, bisa saja oma benar-benar ingin bertemu denganmu," ucap Albert.

  "Sudahlah lebih baik kita pergi ke kantor sekarang," ucap Darren lalu beranjak dari kursinya. 

  Mereka pun pergi menuju kantor Darren, dan mulai bergelut dengan setumpuk pekerjaan.

 ***

  Sore harinya, sebelum Darren menuju mansion kakeknya, Darren menuju ke ruangan Albert terlebih dahulu.

  "Mana, siapa dia?" tanya Darren.

  "Aku tidak tau, semua orang sangat sibuk hari ini," jawab Albert yang tetap fokus dengan kertasnya, hari ini Albert harus menyelesaikan beberapa pekerjaan.

  "Ck ... kau ini," ucap Darren berdecak kesal.

 "Perjodohan tidak akan membuatmu mati, jadi kau tenang saja," ucap Albert meledek.

  Lalu Darren beranjak dari tempatnya, untuk menuju ke mansion.

  "Apa lagi yang akan mereka lakukan?" tanya Darren lalu mulai melajukan mobilnya.

  Beberapa menit perjalanan, Darren tiba di mansion bertepatan dengan seorang wanita cantik.

  "Sudah ku duga," ucap Darren lalu mendelik sinis kepada wanita yang tersenyum manis kepadanya.

  "Apa ada yang salah denganku?" tanya wanita itu, karena Darren berjalan di hadapannya tanpa menyapa dirinya.

  "Oma, Opa!" panggil Darren melihat kakek dan neneknya sedang duduk menanti kedatangan Darren.

  "Owh ... ternyata kalian datang di waktu yang bersamaan," ucap Elma.

  "Kalian merencanakan apa?" tanya Darren penuh selidik.

  "Kau selalu saja berpikiran buruk kepada orang tua ini," jawab Aiden.

  "Oma hanya ingin mengenalkan seseorang yang akan merawat Oma di sini," ucap Elma seraya melirik kepada wanita cantik yang ada di samping Darren.

  "Ayo, kalian berkenalan dulu," ucap Elam.

  "Aku harus pergi lagi, Oma," ucap Darren.

  "Kau mau ke mana? Oma sudah meminta pelayan untuk membuat makanan kesukaanmu," ucap Elma.

  "Ada pekerjaan yang harus aku urus," ucap Darren.

  "Ya sudah, kau lupakan saja permintaan orang tua ini yang ingin makan malam bersama dengan cucunya, pergi sana Oma tidak ingin melihat wajahmu lagi," ucap Elma dengan menelas.

  Elma yakin jika dia sudah bersikap seperti ini, pasti Darren tidak akan menolak apa yang dia inginkan.

   "Niela!" panggil Elma karena sejak tadi dia hanya melamun.

  "Ya, apa Nyonya memerlukan sesuatu?" tanya Niela dengan lembut.

  "Tidak, aku hanya ingin kau duduk di sampingku," ucap Elma.

   Lalu Niela pun duduk di samping Elma. Aiden dan Elma saling pandang, lalu menghela nafasnya panjang karena Darren sejak tadi diam dengan memasang wajah datarnya yang serius menatap ponsel.

  "Bongkahan es itu kapan akan mencair lagi?" tanya Aiden.

 

 "Entahlah, aku juga tidak tau apa yang membuat bongkahan es itu semakin keras," ucap Elma.

   "Tidak perlu menyindir, aku sudah mengerti apa yang dimaksud Oma dan Opa," ucap Darren.

  "Baguslah jika kau tau, itu artinya kau pintar," ucap Aiden.

  "Selamat sore, Mom, Dad, Darren kapan kau datang?" tanya Merlin.

 Merlin baru saja sampai dengan membawa banyak belanjaan di tangannya, Darren yakin jika dia sudah berkumpul dengan teman sosialitanya.

  "Tidak perlu basa-basi, aku sangat muak mendengarnya," ucap Darren sinis.

  "Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti ini kepadaku, aku ini ibumu," ucap Merlin.

  "Cih ... ibuku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai ibuku, wanita murahan," ucap Darren.

   "Baiklah, aku minta maaf," ucap Melin lagi.

 

  "Apa pantas aku memberi maaf kepadamu, setelah semua kejahatan yang kau lakukan?" tanya Darren dengan sedikit membentak wanita yang masih terlihat sangat santai saat dirinya dimaki oleh Darren.

  "Oma, Opa aku harus pergi, aku muak melihat wajahnya," ucap Darren lalu berpamitan kepada kakek dan neneknya.

  "Apa kau belum juga puas melihat semua kekacauan ini di sini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin.

Bersambung....

*** Bersambung. ***


Related chapters

  • Love in Revenge   Khalfani Junior

    Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...

    Last Updated : 2021-04-08
  • Love in Revenge   Darren vs Vallery

    "Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela

    Last Updated : 2021-04-08
  • Love in Revenge   Duka Niela

    "Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah. "Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya. BRAAK "DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang. Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya. "Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam. "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi. "Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...." "Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela. Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya,

    Last Updated : 2021-04-08
  • Love in Revenge   Keyakinan yang Goyah

    "Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da

    Last Updated : 2021-04-08
  • Love in Revenge   Perlakuan Darren

    "Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka

    Last Updated : 2021-04-24
  • Love in Revenge   Menyeramkan Lebih dari Hantu

    BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca

    Last Updated : 2021-04-29
  • Love in Revenge   Albert vs Vallery

    Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr

    Last Updated : 2021-04-29
  • Love in Revenge   Tak Asing

    Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja

    Last Updated : 2021-04-29

Latest chapter

  • Love in Revenge   Berada di Dua Hati

    Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima

  • Love in Revenge   Sisi Lain Part 2

    Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and

  • Love in Revenge   Sisi Lain

    "Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer

  • Love in Revenge   Bertentangan Dengan Hati

    "Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.

  • Love in Revenge   Tak Asing

    Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja

  • Love in Revenge   Albert vs Vallery

    Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr

  • Love in Revenge   Menyeramkan Lebih dari Hantu

    BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca

  • Love in Revenge   Perlakuan Darren

    "Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka

  • Love in Revenge   Keyakinan yang Goyah

    "Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da

DMCA.com Protection Status