"Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah.
"Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya.
BRAAK
"DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang.
Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya.
"Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam.
"Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi.
"Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...."
"Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela.
Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya, dia yakin jika Niela sedang dianiaya oleh pria itu, Darren memang selalu berkata kasar dan terkesan tidak memiliki hati kepada wanita. Tapi sebenarnya, dia tidak bisa melihat wanita dianiaya apalagi sampai dilecehkan.
"Ada apa ini?" tanya Darren dingin.
Darren menatap datar kepada pria yang sedang menjambak rambut Niela, bahkan kedua sudut bibir Niela sudah mengeluarkan darah segar mungkin karena ditampar dengan sangat kencang oleh pria itu.
"Oh ... jadi dia pria yang membayarmu malam ini? Wah ternyata kau pintar sekali mencari mangsa, sepertinya dia orang yang sangat kaya," ucap pria itu, lalu melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Niela.
"Bukan Dad, dia adalah ...."
"Memang kenapa jika aku membayarnya untuk menemaniku tidur?" tanya Darren dengan melipat tangannya di dada.
"Berapa uang yang kau keluarkan untuk membayar wanita murahan ini?" tanya pria itu.
"Dad!" pekik Niela.
Niela tidak menyangka jika ayahnya akan bertanya seperti itu kepada Darren.
"Diam! Kau wanita murahan sama seperti ibumu, jadi sekalian saja aku jual kau kepada dia, sepertinya dia bisa memberikan aku uang yang sangat banyak," ucap ayah Niela dengan menyeringai.
"Aku bukan barang, Dad!" pekik Niela lagi.
Darren mengeluarkan uang dalam dompetnya, lalu ia lemparkan kepada ayah Niela, mata pria itu berbinar melihat uang berterbangan, lalu dengan cepat dia mengambil uang yang berserakan di lantai.
"Cepat kemasi barangmu," ucap Darren tajam kepada Niela.
Niela pun kembali menuju kamarnya untuk mengambil pakaian, luka yang dia rasakan ditubuhnya tidak seberapa dibanding dengan luka dalam hatinya, ayahnya dan Darren menganggap Niela seperti wanita murahan yang bisa dibeli dengan uang.
"Hei kau, ini hanya untuk sewa satu malam, kau jangan membawa kabur dia," ucap pria itu.
"Cih ... manusia tidak berguna, berapa yang kau inginkan? Sebutkan saja, aku akan memberikannya," ucap Darren.
"Tiga puluh ribu dollar," jawabnya, Darren lalu pergi menuju mobilnya.
"Sangat sombong, tadi dia mengatakan aku meminta harga berapa untuk wanita murahan itu, tapi dia malah pergi ternyata dia tidak sekaya yang aku pikirkan," ucapnya mengejek.
Tak lama, Darren kembali dengan membawa secarik kertas, lalu melemparkan kepada pria itu.
"Lima puluh ribu dollar," ucap Darren seraya menatap tajam kepada pria itu.
"Cek ini asli atau tidak?" tanya pria itu.
"Buktikan saja, tapi jika kau berani menemui dia lagi, aku tidak akan segan-segan untuk mencabut kepalamu," jawab Darren.
"Deal kau bawa dia, aku sudah tidak memerlukan wanita murahan ini lagi, semoga kau tidak menyesal telah mengeluarkan banyak uang hanya untuk membeli dia," ucapnya lalu pergi dari rumah Niela. Darren pun kembali menunggu di dalam mobil.
Niela keluar dari kamar dengan mata sembab, selama merapikan pakaian air mata Niela mengalir tanpa bisa dibendung, entah nasib buruk apalagi yang akan menimpanya di kemudian hari.
Ibunya yang meninggal karena kecelakaan, dan ayahnya yang tidak pernah mengakui Neila sebagai anak kandungnya, sampai-sampai Neila pernah melakukan test DNA di rumah sakit tempat dia bekerja untuk membuktikan ucapan ayahnya, Niela bahkan memberikan hasil test itu kepada ayahnya. Tapi, ayahnya tetap tidak percaya Niela dengan teganya dia malah mengatakan jika Niela memanipulasi hasil test itu.
Sebelum keluar dari rumah, mata Niela menyusuri setiap sudut rumah yang meninggalkan banyak kenangan tentang ibunya, entah kesalahan apa yang telah dilakukan oleh ibunya sehingga ayahnya tidak mau menerima Niela sebagai anak kandungnya.
Niela mulai menarik kopernya dengan langkah gontai, setelah ini dia tidak tau apa yang akan Darren lakukan, Darren sudah membeli dirinya seperti wanita murahan di luar sana, haruskah Niela memberikan kehormatan yang selama ini dia jaga demi membayar uang yang telah Darren berikan kepada ayahnya, mungkin Niela akan bekerja seumur hidup untuk mengganti semuanya.
Darren meraih koper yang dipegang oleh Niela, dan membawa masuk koper itu ke mobilnya, dilihatnya wajah Niela yang lebam dan mata yang sembab. Tanpa mengatakan apa-apa, Darren membukakan pintu mobil untuk Niela, Niela yang tidak fokus hanya diam mematung memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini, apakah dia akan menjadi budak nafsu Darren.
"Masuk!" perintah Darren, membuat Niela terkejut.
Darren menarik lengan Niela agar dia masuk ke mobil, setelah Darren duduk dia mulai melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit, sesekali Darren melirik Niela yang masih menghapus air matanya.
"Ternyata dia korban kekerasan," batin Darren.
Niela yang tidak memperhatikan jalanan terkejut karena dirinya berada di parkiran rumah sakit.
"Turun!" perintah Darren.
"Untuk apa kita datang ke sini?" tanya Niela.
"Turuti saja perintahku, tidak perlu banyak bertanya," jawab Darren.
Lalu Darren turun lebih dulu, begitu juga dengan Niela, dia tidak ingin berdebat dengan Darren, karena suasana hatinya sedang sangat tidak baik.
"Dokter, periksa keadaannya," ucap Darren saat mereka menghampiri salah satu dokter.
"Mari," ucap dokter itu, Darren pun mengikuti mereka masuk ke ruang periksa.
Darren mengambil ponselnya untuk menghubungi Albert.
Via telpon
"Di mana kau?" tanya Darren saat Albert sudah menerima panggilan darinya.
"Masih di kantor, ada apa?" tanya Albert.
"Buat laporan untuk pelaku kekerasan," jawab Darren, Niela yang mendengarkan ucapan Darren terkejut.
"Untuk apa?" tanya Albert.
"Seorang ayah yang menganiaya dan menjual putrinya, aku sudah memberikan uang kepada dia, besok dia pasti pergi ke bank untuk mengambil uang itu, polisi bisa menangkapnya di sana," jawab Darren.
"Baiklah, sebentar lagi pekerjaanku selesai, setelah itu aku akan menuju kantor polisi," ucap Albert.
"Kerjakan dengan cepat, aku akan segera mengirim bukti kepadamu, sampah seperti dia harus segera mendapatkan pelajaran."
Darren lalu memutuskan sambungan telponnya.
Via telpon end.
"Aku memerlukan hasil pemeriksan dia," ucap Darren.
"Tapi Tuan, kami tidak bisa melakukan visum sebelum ada laporan dari pihak kepolisian," ucap dokter.
"Aku tau, lakukan saja apa yang aku minta," ucap Darren.
"Aku mohon jangan lakukan itu," ucap Niela.
"Kenapa? Dia pasti sudah sering melakukan itu kepadamu," ucap Darren.
"Ya, bagaimanapun dia tetap ayahku, aku tidak ingin melihat dia mendekam di penjara kerena aku, aku tidak ingin mendengar lagi dia mengatakan aku pembawa sial dan wanita murahan, sekarang aku sudah lepas dari belenggunya dan itu sudah cukup, aku juga tidak ingin melibatkanmu dalam masalahku," ucap Niela lalu beranjak dari tempatnya berbaring.
"Lebih baik kita pergi, Oma pasti sudah menunggu kedatangan kita," ucap Niela lalu pergi lebih dulu dari ruangan dokter.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Darren.
"Seperti yang anda katakan, dia pasti sering mengalami kekerasan, aku melihat ada lebam juga di pundaknya," jawab Dokter, lalu menuliskan resep obat dan salep untuk Niela.
Setelah membeli obat, Darren menyusul Niela yang sudah menunggunya di parkiran.
Darren segera membuka pintu mobilnya, tanpa diminta lagi Niela masuk ke mobil Darren. Darren pun mengirim pesan kepada Albert agar dia tidak jadi ke kantor polisi sesuai keinginan Niela. Di perjalanan keadaan kembali hening hingga mereka sampai di mansion, ternyata Aiden, Elma dan Jordhan sedang bicara di sofa.
"Kenapa kalian lama sekali?" tanya Elma.
"Tadi ada kejadian ...."
"Aku kebingungan mengemas pakaian Oma, ayahku menahan aku untuk pergi jadi aku mencoba memberikan pengertian dulu kepadanya," jawab Niela menyela, Darren mengerutkan keningnya, kenapa Niela harus berbohong kepada Elma.
"Benarkah? Sepertinya ayahmu sangat menyayangimu?" tanya Aiden.
"I ... iya Opa, dia sangat menyayangiku sampai-sampai aku menangis karena aku akan bekerja di sini dan tinggal di sini," jawab Niela
Sedangkan Darren yang mengetahui keadaan sebenarnya melayangkan tatapan tajam kepada Niela, untuk apa Niela menutupi perbuatan buruk ayahnya. Niela hanya menjawab tatapan Darren dengan menggelengkan kepala.
Mata Elma memicing saat melihat sesuatu yang tidak beres dengan keduanya.
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma menyelidik.
Bersambung...."Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da