Darren pergi dari ruang meeting karena mendapat kabar dari seseorang, Darren segera menuju mobilnya untuk pergi ke ruang rahasia di rumahnya.
Dua puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai, ruangan itu ada di dalam garasi bawah tanah rumahnya, Darren segera masuk. Saat sampai, ada seseorang yang sudah menantinya, orang itu bernama Mike, dia adalah detektif kepercayaan Darren.
"Ada apa?" tanya Darren.
"Aku menemukan di mana dua pelaku yang lainnya, mereka adalah teman dari Troy Harrison," jawab Mike.
"Di mana mereka?" tanya Darren.
"Yang satu berada di Jerman, dan satu lagi sudah tiba di California, mereka sedang menjalin kerja sama, ternyata mereka adalah kelompok mafia yang paling dicari polisi karena mereka pelaku penyelundupan senjata dan obat-obatan terlarang, kedok mereka belum terungkap, hanya orang-orang di bawah mereka yang tertangkap," jawab Mike.
"Bagus, aku tinggal menunggu kabar dari dia selanjutnya," ucap Darren.
"Apalagi yang harus aku lakukan?" tanya Mike.
"Terus awasi mereka, kabari setiap pergerakan yang mereka lakukan," jawab Darren.
"Baik, Tuan," ucap Mike.
"Aku memerlukan orang untuk selalu mengawasi rumah sakit jiwa, kau pasti tau kriteria orang yang aku inginkan, jika dia berkhianat aku tidak akan segan untuk memenggal kepalanya," ucap Darren.
"Aku mengerti Tuan, nanti malam orang itu akan datang menemui anda," ucap Mike.
Plak
Darren melemparkan amplop berisi uang yang sangat banyak di hadapan Mike.
"Itu bonus karena pekerjaanmu sangat memuaskan. Tapi ingat, satu kesalahan hidupmu selesai," ucap Darren.
Darren memang royal kepada anak buahnya yang bekerja dengan baik dan setia. Tapi, sekalinya mereka berkhianat, Darren tidak akan segan-segan memberikan pelajaran yang tidak akan mereka duga.
"Terima kasih, Tuan," ucap Mike.
"Pergilah, lakukan pekerjaanmu," ucap Darrenl.
Lalu Mike pergi melalui jalan rahasia yang langsung terhubung dengan sebuah rumah kecil yang tidak jauh dari rumah Darren, Darren sengaja membangun rumah yang langsung memiliki akses jalan rahasia ke garasi bawah tanah rumah mewahnya untuk mengecoh semua orang jika hal tarburuk terjadi kepadanya.
Drrt drrt
Darren mengambil ponselnya yang bergetar, dan menerima panggilan itu.
"Hallo, ada apa?" tanya Darren.
"Kau di mana bodoh?" siapa lagi yang bisa memaki Darren jika bukan sahabatnya Albert.
"Markas," jawab Darren singkat.
"Aku ke sana," ucap Albert.
"Untuk apa?" tanya Darren.
"Kabar terbaru tentang Troy," ucap Albert.
"Datanglah, temui aku di rumah," ucap Darren.
Piip
Darren memutuskan sambungan telponnya, dan menyandarkan kepalanya di kursi, senyuman licik tersungging di sudut bibirnya.
"Tunggu kehancuran kalian," ucap Darren, lalu pergi menuju ke rumahnya.
Sambil menunggu Albert datang, Darren memeriksa beberapa laporan yang dikirimkan oleh Lucy sekretarisnya, Darren melihat lagi berkas dari perusahaan milik Troy, keningnya mengernyit karena ada kejanggalan di sana.
"Caramu sangat murahan Troy, apa kau pikir semudah itu menjatuhkan aku," ucap Darren.
"Darren!" panggil Albert dengan kencang.
"Tutup mulutmu!" bentak Darren.
"Jika aku tutup mulut, aku tidak bisa mengatakan apa-apa," ucap Albert gemas."Katakan!" perintah Darren.
"Troy memiliki adik perempuan," ucap Albert, sedangkan Darren tetap fokus menatap layar laptopnya.
"Lalu?" tanya Darren.
"Haiish ... bodoh, kau bisa menggunakan adiknya untuk misi balas dendam kita," jawab Albert.
"Tidak!" jawab Darren dengan tegas.
"Kenapa? Biarkan saja Troy merasakan apa yang kau rasakan sekarang, aku dengar Troy sangat menyayangi adiknya," ucap Albert.
"Aku tidak akan melibatkan orang yang tidak bersalah dalam misi ini, apalagi menghancurkan kehidupan seorang gadis demi mencapai tujuanku, itu berarti aku tidak ada bedanya dengan dia, penjahat wanita," ucap Darren.
"Ternyata kau masih memiliki kewarasan, baiklah jika kau tidak ingin melakukannya, biar aku yang melakukan," ucap Albert menyeringai.
"Kau jangan gila, apa para wanitamu tidak cukup membuatmu puas?" tanya Darren seraya mendelik.
"Aku membayangkan, jika adik dia cantik, seksi, dan satu lagi ...." Albert menghentikan ungkapannya dengan memasang wajah yang sangat jijik untuk Darren lihat.
"Bodoh, kau pasti sudah berfantasi liar," ucap Darren lalu melempar bantal sofa kepada Albert.
"Diam!" ucap Albert tajam, lalu kembali dengan dunia fantasinya "aku sedang membayangkan menghabiskan malam dengan wanita yang masih virgin."
"Astaga, aku lupa jika di hadapanku ini juga seorang penjahat wanita," ucap Darren.
"Kurang ajar kau, aku bukan penjahat wanita, mereka melakukannya dengan suka rela, aku tidak pernah memaksa, bahkan mereka dengan sengaja melemparkan diri untukku, salah satunya Lucy," ucap Albert.
"Lebih baik kau mencari wanita untuk dinikahi, agar uangmu juga berguna untuk menafkahi dia, bukan untuk para wanita murahan itu," ucap Darren.
"Cih ... Aku tidak percaya dengan cinta dan pernikahan, kau tidak lihat bagaimana orang tuaku, lalu kau?"
"Apa hubungannya denganku?" tanya Darren.
"Kau menikah, mencintai seseorang, setelah orang yang kau cintai pergi, hidupmu seperti ini, tidak ada lagi Darren yang ramah dan mudah tersenyum, aku sampai lupa kapan terakhir kali kau tertawa, yang ada hanyalah Darren yang dingin dan penuh amarah di hatinya," jawab Albert.
"Karena Liora sudah membawa hati Darren yang dulu pergi bersamanya," Albert menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Darren.
"Setidaknya nikmati masa muda ini, Darren. Kau memiliki segalanya, tapi kau tidak bisa menikmati apa yang kau punya, belum lagi kau adalah pewaris tunggal Royal, wanita mana yang tidak mau denganmu, mereka tidak tau kau Khalfani saja, banyak yang mendekatimu, tapi kau tetap menutup hati," ucap Albert.
"Terbukti, jika tidak ada wanita yang seperti Liora, dia menerima aku apa adanya walaupun dulu aku tidak memiliki apa-apa untuk dia," ucap Darren.
Memang benar, saat Darren menikah dengan Liora, Darren hanya berprofesi sebagai arsitek yang belum memiliki apa-apa, belum lagi Darren harus menopang kehidupan ibunya di rumah sakit.
Lalu kenapa Darren tidak menggunakan fasilitas yang diberikan oleh kakeknya? Itu karena Darren bersitegang dengan ayahnya dan bersumpah tidak akan menggunakan apa yang dimiliki oleh keluarga Khalfani.
Darren lebih memilih pergi dan menyembunyikan identitasnya, sejak sekolah Darren banting tulang mencari pekerjaan dari cafe sana ke cafe sini, sampai menjadi office boy di perusahaan milik orang tua temannya, saat malam hari Darren bekerja sebagai bartender di salah satu cafe untuk membiayai kuliahnya, dari situlah Darren bertemu dengan Liora.
Darren menyunggingkan senyuman tipis saat mengingat pertama kali Darren bertemu dengan Liora, dia memang memiliki kekurangan, tapi Liora terlihat sempurna di mata Darren.
"Darren, are you okay?" tanya Albert seraya mengibaskan telapak tangannya di hadapan wajah Darren.
"Hmm!" gumam Darren.
"Sudahlah, lebih baik aku mencari teman tidur malam ini," ucap Albert mulai beranjak dari kursinya.
"Kau bisa tertular penyakit berbahaya jika seperti ini terus," ucap Darren.
"Aku tau," ucap Albert.
"Lalu?" tanya Darren, Albert tidak menghiraukan ucapan Darren dia segera pergi dari rumah mewah itu.
"Ck ... Dasar pria itu," ucap Darren.
"Darren, ikut aku!" ucap Albert yang kembali masuk ke rumah Darren.
"Ke mana?" tanya Darren.
"Ikut saja, kau pasti akan suka," jawab Albert.
Saat sampai di luar, terlintas ide gila Albert untuk membawa Darren ke suatu tempat yang menurutnya sangat asik.
"Aku tidak mau ikut, kau pasti akan pergi mencari wanita untuk teman ONS," ucap Darren.
"Tidak, ayolah ikut bersenang-senang sedikit untuk melepas lelah setelah seharian bekerja," ucap Albert.
"Oke, jika kau memaksa aku untuk menemui wanita aku akan melenyapkanmu" ucap Darren.
"Lenyapkan saja aku, asal kau bisa lepas dari belenggu ini, aku tidak takut," ucap Albert dengan santainya.
Darren pun merapikan laptopnya dan beranjak mengikuti langkah Albert, keduanya masuk ke mobil Albert dan pergi.
"Pergi ke mana?" tanya Darren lagi.
"Diamlah!" jawab Albert ketus.
"Haiish ... kalau begitu, antar dulu aku ke rumah sakit," ucap Darren.
"Bukankah tadi kau sudah menemui madam?" tanya Albert.
"Ya, tapi dia sedang tidur, mampir dulu ke restoran sushi," jawab Darren.
"Oke," ucap Albert.Lalu mereka berhenti di salah satu restoran sushi yang cukup terkenal, Darren membelikan apa yang diinginkan oleh Grace, wanita itu memang sangat menyukai sushi dan sashimi.
"Untuk siapa?" tanya Albert.
"Dokter Grace," jawab Darren.
"Kau menyadari sesuatu atau tidak?" tanya Albert.
"Apa?" tanya Darren.
"Kau perhatikan wajah Dokter Grace, bukankah dia sangat mirip dengan madam?" mata Darren terbelalak mendengar pertanyaan Albert.
Bersambung...
Darren mencerna apa yang Albert katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu padahal Darren yang sering berinteraksi dengan Grace.Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kyra ibu kandung Darren.Sudah bertahun-tahun Kyra dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kyra, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, semakin hari keadaannya malah semakin memburuk, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Darren untuk merawat ibunya. Tentu saja Darren tidak sembarangan menerima, Darren menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi jika Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman. Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kyra berangsur-angsur pulih, kini Kyra bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kyra akan meracau tidak jelas. "Darren, jang
PRAANG"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa. "Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi. "Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren. "Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris. "Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra. "Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga. "Siapa orang itu?" tanya D
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...
"Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela
"Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah. "Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya. BRAAK "DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang. Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya. "Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam. "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi. "Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...." "Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela. Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya,
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da