Darren tersenyum tipis menanggapi ucapan Vallery, mungkin dulu akan ada seorang wanita yang marah dan cemburu saat melihat Darren bersama dengan wanita lain, tapi sekarang?
Darren pun tidak ingin menjelaskan itu kerena dia masih tidak ingin menerima kenyataan dan tidak ingin mengingat apa yang terjadi kepada istrinya, mengingat kejadian itu membuat darah Darren mendidih seketika.
"Kenapa?" tanya Vallery yang melihat raut wajah Darren berubah.
"Kau bertengkar dengan istrimu? Apa gara-gara semalam kau tidak pulang?" tanya Vallery.
"Tidak, kami baik-baik saja," jawab Darren.
"Sorry gara-gara aku, kau tidak jadi membeli kue untuk istrimu," ucap Vallery.
"Tak apa, aku beli kue di toko lain saja," ucap Darren.
"Baiklah, kalau begitu aku turun di sini saja," ucap Vallery, lalu Darren menepikan mobilnya.
"Thank's," ucap Vallery.
"Hmm!" Vallery hanya menghela nafasnya panjang, dan turun dari mobil Darren.
Setelah kepergian Darren, jantung Vallery berdetak kencang tidak karuan.
"Hey ... Apa kau sedang berdisko di dalam. Tenanglah, jangan berlebihan seperti ini," ucap Vallery seraya memegang dadanya.
"Ini gila Vallery, Darren pria beristri, kau tidak boleh menyukainya, entah kenapa melihat pria itu jantungku seperti ini, saat aku masih memiliki hubungan dengan Yuka, dia selalu berdetak dengan normal," ucap Vallery lalu menghentikan taksi yang lewat di depannya.
*** Darren memarkirkan mobilnya dengan sempurna di halaman rumahnya yang cukup mewah, walaupun tidak semewah mansion milik Aiden kakeknya."Opa!" sapa Darren.
"Kau datang juga akhirnya," ucap Aiden.
"Opa datang sendiri?" tanya Darren.
"Ya, Oma sedang menjalani terapi di rumah sakit, tapi tak apa," jawab Aiden.
"Ada apa, Opa?" tanya Darren.
"Opa hanya ingin menanyakan tentang dia," jawab Aiden.
"Dia baik-baik saja, tadi aku sudah melihat keadaannya," ucap Darren.
"Syukurlah," ucap Aiden.
"Opa akan menginap di sini?" tanya Darren.
"Tidak, Opa tidak ingin memberi celah sedikitpun kepada wanita itu, sudah cukup dia menguasai Jordhan," jawab Aiden.
"Nanti aku yang akan mengantar Opa pulang," ucap Darren.
"Kapan kau akan ikut mengelola Royal?" tanya Aiden.
"Aku tidak tau Opa, aku memiliki perusahaan sendiri yang harus aku urus," jawab Darren.
"Opa tau, perusahaanmu sedang berkembang dengan sangat pesat, tapi kau jangan melupakan jika kau adalah pewaris tunggal Royal, Opa tidak ingin Jordhan sampai memberikan kepemimpinan Royal ke tangan yang salah, Opa membangun Royal dari nol hingga Royal masih bisa berjaya sampai sekarang, Opa tidak ingin Royal hancur gara-gara Jordan terpengaruh oleh orang lain," ucap Aiden.
"Nanti akan aku pikirkan lagi, Opa," ucap Darren.
"Dan satu lagi, sampai kapan kau akan terus sendiri, menikahlah. Mulai kehidupan barumu, sebelum Opa mati, Opa ingin sekali menimang anakmu," ucap Aiden.
"Apa yang Opa katakan?" tanya Darren.
"Kehidupan tidak ada yang tau Darren, lepaskan masa lalumu, Opa tidak ingin kau sendirian di hari tua nanti," jawab Aiden.
Darren diam mendengar ucapan Aiden. Sungguh, untuk saat ini Darren tidak bisa membuka hatinya untuk wanita lain, di dalam hatinya hanya ada satu nama yaitu Liora Florencia Alexander, wanita yang membawa seluruh hatinya pergi.
"Relakan dia pergi," ucap Aiden lagi.
"Tidak bisa Opa, sebelum aku mendapat keadilan untuknya." ucap Darren.
"Sikapmu seperti ini sama saja menyiksa dia," ucap Aiden.
"Belum saatnya, Opa," ucap Darren.
"Sudahlah, Opa akan menjemput oma di rumah sakit," ucap Aiden.
"Akan aku antar," ucap Darren.
"Tidak perlu, Opa diantar supir," ucap Aiden lalu pergi dari rumah Darren.
"Aku menikmati ini, Opa," ucap Darren berlalu menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.
"Siapkan makanan untukku," ucap Darren kepada pelayan sebelum masuk ke kamarnya.
Saat masuk ke kamarnya, Darren tersenyum melihat foto pernikahannya dengan Liora yang sangat besar menempel dengan kokoh di dinding kamar.
"Kau sangat cantik, Honey," ucap Darren lalu menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.
Di bawah guyuran shower, Darren memejamkan mata, tangisan pilu istrinya kembali terngiang, wajah pucat dan ketakutan Liora kembali melintas tanpa bisa dicegah, Darren membuka mata dengan nafas yang memburu, emosinya kembali memuncak mengingat wajah menderita Liora.
Darren segera menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi, karena sebentar lagi dia harus kembali ke kantor untuk menghadiri rapat penting. Setelah menggunakan pakaiannya, Darren mengambil foto Liora yang ada di atas nakas.
"Andai waktu itu aku tidak acuh kepadamu, pasti kau masih ada di sini bersama denganku, bukan aku tidak mau menerima keadaanmu, tapi aku merasa menjadi suami yang tidak berguna karena aku tidak bisa melindungi dan memberikan keadilan untukmu, aku akan mewujudkan itu sekarang," ucap Darren, seraya menyentuh foto Liora.
"Tuan, makanannya sudah siap," ucap Pelayan yang mengetuk pintu kamar Darren.
"Ya." sahut Darren singkat, dia meletakkan lagi foto Liora dan segera keluar dari kamar, setelah makan siang, Darren kembali menuju kantornya.
*** "Kau sudah selesai?" tanya Aiden saat membuka pintu ruang terapi Elma istrinya, Elma tampak sedang tertawa dengan seorang gadis cantik."Ya, di mana Darren?" tanya Elma.
"Di rumahnya, dia perawat baru?" tanya Albert karena dia baru pertama kali melihat perawat itu.
"Bukan, aku sudah lama mengenalnya, dan aku sangat suka jika dia yang merawatku," jawab Elma.
"Siapa namamu?" tanya Aiden.
"Draniela Ainsley, Tuan," jawabnya seraya menganggukkan kepalanya.
"Aku harus memanggilmu siapa?" tanya Albert.
"Panggil saja Niela," jawabnya.
"Baiklah, kau antar istriku keluar," ucap Aiden.
"Niela, seperti yang aku katakan tadi, datanglah ke mansionku," ucap Elma
Niela pun mendorong kursi roda Elma menuju keluar. Aiden yang berjalan di belakang mereka, terus memperhatikan interaksi kedua wanita itu tersenyum simpul.
"Baik Nyonya, jika ada kesempatan aku datang berkunjung, aku sangat tersanjung mendapatkan undangan dari keluarga Khalfani," ucap Niela.
"Jangan begitu, aku sangat ingin memiliki anak dan cucu perempuan, tapi sayangnya Tuhan tidak mengabulkan itu, aku hanya memiliki satu anak lelaki dan satu cucu lelaki," ucap Elma.
"Kau juga seperti orang tuaku, Nyonya," ucap Niela, sadar apa yang dikatakan olehnya Niela menjadi pucat karena dengan lancangnya dia berkata seperti itu, "maaf Nyonya, aku sudah lancang berkata seperi itu, tidak sepantasnya aku menganggap Nyonya seperti ...."
"Jika aku seperti orang tuamu, maka tinggallah bersamaku," ucap Elma menyela, entah yang keberapa kali Elma meminta Niela untuk tinggal di mansionnya.
"Aku tidak layak tinggal di mansion mewah milik anda, Nyonya," ucap Niela.
"Kau persis dengan menantuku, dia wanita yang baik. Tapi sayangnya, anakku mudah terpengaruh oleh orang lain, sehingga dia terlalu bodoh untuk menyadari kebaikan dan kesetiaan istrinya," ucap Elma.
"Mari Nyonya, minggu depan kita bertemu lagi," ucap Niela seraya tersenyum dia membantu Elma berpindah dari kursi rodanya ke dalam mobil.
"Kenapa harus minggu depan? kau benar-benar tidak ingin datang ke mansionku?" tanya Elma.
"Bukan seperti itu Nyonya, tapi ...."
"Kau memang tidak menganggapku sebagai orang tuamu," ucap Elma sendu.
"Baiklah Nyonya, lusa aku akan datang ke mansionmu," ucap Niela dia tidak tega menolak lagi keinginan Elma.
"Really?" tanya Elma.
"Ya, Nyonya tapi setelah aku pulang dari rumah sakit," jawab Niela.
"Baiklah, aku akan meminta supir untuk menjemputmu," ucap Elma dengan senyuman yang mengembang.
"Tidak perlu Nyonya, aku bisa datang sendiri," ucap Niela, dia tidak enak hati jika harus merepotkan Elma.
"No, kau tidak boleh datang sendiri, itu sangat berbahaya," ucap Elma.
"Baik Nyonya, aku sudah tidak bisa membantah anda lagi," ucap Niela.
"Apa kalian sudah selesai?" tanya Aiden yang sudah berada di dalam mobil dan duduk di samping Elma.
"Sudah, silahkan Nyonya, Tuan," jawab Niela.
"Aku tunggu kedatanganmu," ucap Elma kepada Niela sebelum mobil mereka pergi.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Elma kerena melihat Aiden terus tersenyum.
"Seperti yang kau pikirkan," jawab Aiden.
"Really?" tanya Elma.
"Ya, aku tau maksudmu meminta gadis itu datang ke mansion," jawab Aiden.
"Dia gadis yang baik, aku ingin melihat Darren menikah dan bahagia, sudah cukup dia terus meratapi kepergian Liora," ucap Elma.
"Aku akan menyelidiki gadis itu terlebih dahulu, aku tidak ingin Darren seperti Jordhan," ucap Aiden.
"Lakukanlah, agar kita yakin jika dia benar-benar gadis yang tepat untuk Darren," ucap Elma.
*** "Darren!" panggil Albert lirih, karena Darren seperti tidak fokus melihat presentasi yang sedang dilakukan oleh kliennya."Ada apa?" tanya Darren.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Tidak ada, kau fokus saja dengan presentasi ini," jawab Darren lalu beranjak dari kursinya.
"Semua keputusan saya serahkan kepada Albert, silahkan lanjutkan meeting ini, saya ada urusan mendadak yang harus segera saya selesaikan," jawab Darren lalu pergi dari ruang meeting meninggalkan banyak sekali pertanyaan dalam pikiran Albert.
Bersambung...
Darren pergi dari ruang meeting karena mendapat kabar dari seseorang, Darren segera menuju mobilnya untuk pergi ke ruang rahasia di rumahnya.Dua puluh menit perjalanan akhirnya dia sampai, ruangan itu ada di dalam garasi bawah tanah rumahnya, Darren segera masuk. Saat sampai, ada seseorang yang sudah menantinya, orang itu bernama Mike, dia adalah detektif kepercayaan Darren."Ada apa?" tanya Darren."Aku menemukan di mana dua pelaku yang lainnya, mereka adalah teman dari Troy Harrison," jawab Mike."Di mana mereka?" tanya Darren."Yang satu berada di Jerman, dan satu lagi sudah tiba di California, mereka sedang menjalin kerja sama, ternyata mereka adalah kelompok mafia yang paling dicari polisi karena mereka pelaku penyelundupan senjata dan obat-obatan terlarang, kedok mereka belum terungkap, hanya orang-orang di bawah mereka yang tertangkap," jawab Mike. "Bagus, aku tinggal menunggu kabar dari dia selanjutnya," ucap Darr
Darren mencerna apa yang Albert katakan, selama ini kenapa dia tidak menyadari itu padahal Darren yang sering berinteraksi dengan Grace.Wanita itu, baru empat tahun ini menjadi dokter ibunya. Ya, wanita yang ada di rumah sakit jiwa itu adalah Kyra ibu kandung Darren.Sudah bertahun-tahun Kyra dirawat di rumah sakit jiwa, sebelum Grace yang menangani Kyra, keadaan wanita itu tidak ada perubahan sama sekali, semakin hari keadaannya malah semakin memburuk, hingga pimpinan rumah sakit merekomendasikan Grace kepada Darren untuk merawat ibunya. Tentu saja Darren tidak sembarangan menerima, Darren menyelidiki siapa Grace terlebih dahulu, tapi orang kepercayaannya hanya memberikan informasi jika Grace adalah dokter terbaik lulusan Jerman. Semenjak kehadiran Grace, keadaan Kyra berangsur-angsur pulih, kini Kyra bisa diajak komunikasi walaupun sesekali masih merasa ketakutan dan Kyra akan meracau tidak jelas. "Darren, jang
PRAANG"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa. "Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi. "Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren. "Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris. "Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra. "Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga. "Siapa orang itu?" tanya D
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...
"Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela
"Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah. "Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya. BRAAK "DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang. Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya. "Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam. "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi. "Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...." "Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela. Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya,
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da