PRAANG
"AAA ...." Kyra menjerit histeris saat mendengar suara benda pecah.
Albert yang merasa panik pergi berlari memanggil Grace agar Kyra bisa segera ditangani.
Saat mendengar apa yang diucapkan oleh Kyra, tangan Darren melemas seakan seakan kehilangan tenaga bahkan untuk menopang piring yang ia pegang pun tidak bisa.
"Ada apa ini?" pertanyaan Grace membuat Darren tersadar kembali atas apa yang terjadi.
"Sorry Mom, aku tidak bermaksud membuat Mom terkejut," ucap Darren lalu berusaha untuk menyentuh Kyra, tapi Kyra menepis tangan Darren.
"Jangan sentuh aku, kalian manusia kejam yang tidak memiliki perasaan," ucap Kyra yang semakin histeris.
"Lebih baik kalian keluar dulu," ucap Grace, Darren dan Albert pun pergi menunggu Grace memeriksa keadaan Kyra.
"Tuan, tadi ada orang yang datang lagi ke sini," ucap salah satu bodyguard yang berjaga.
"Siapa orang itu?" tanya Darren.
"Kami tidak tau Tuan, sekarang orang itu menjadi tawanan dr. Grace," jawabnya.
"Memangnya apa yang dilakukan orang itu, hingga dr. Grace menahan dia?" tanya Albert.
"Sepertinya dia ingin menyuntikkan sesuatu Tuan, kami melihat juga ada suntikan di tangannya," jawab pengawal.
"Dugaanku benar," ucap Albert.
Tak lama Grace pun keluar dari ruangan Kyra.
"Bagaimana keadaan Mom,"? tanya Darren.
"Dia terkejut saat mendengar benda jatuh, kau tenang saja aku sudah memberikan obat untuknya, jadi dia bisa tidur dengan nyenyak malam ini," jawab Grace.
"Syukurlah," ucap Darren.
"Apa yang terjadi?" tanya Grace, lalu Darren menceritakan apa yang sudah terjadi.
"Tapi, mom benar-benar akan baik-baik saja?" tanya Darren.
"Ya, tidak apa-apa kalian boleh pergi," jawab Grace.
"Baiklah kami pergi terima kasih, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku," ucap Darren.
"Tentu saja," ucap Grace, Lalu Darren dan Albert pergi.
Di perjalanan Darren hanya diam memikirkan apa yang diucapkan oleh ibunya, apakah Darren memiliki adik atau kakak yang dilenyapkan oleh orang lain?
Siapa dia dan di mana kuburannya jika dia benar-benar sudah dilenyapkan oleh orang yang dimaksud Kyra. Kenapa semua orang yang Darren kenal begitu banyak menyimpan rahasia darinya.
"Ah ... Sial!" umpat Darren.
"Kau mengerti apa yang dimaksud oleh madam?" tanya Albert.
"Jika aku mengerti, aku tidak akan mengumpat seperti ini," jawab Darren kesal.
"Iya juga," ucap Albert.
"Semuanya semakin bertambah rumit," ucap Darren.
"Kau memiliki adik atau kakak?" tanya Albert.
"Mana aku tau, mereka selalu mengatakan jika aku anak tunggal, dasar bodoh," jawab Darren memaki Albert.
"Lalu siapa yang dimaksud oleh madam jika hanya kau anak madam, kenapa madam bisa berkata seperti itu, siapa yang sudah mereka bunuh?" tanya Albert.
"Stop it Albert, jangan membuat kepalaku semakin pusing dengan pertanyaan bodohmu," maki Darren, Albert menjadi bungkam seketika.
Darren semakin tenggelam dalam pikirannya hingga tidak menyadari Albert menghentikan mobilnya di salah satu club malam.
"Turunlah, kita bersenang-senang sejenak," ucap Albert.
"Kau!" pekik Darren saat menyadari mereka ada di mana.
"Ayolah, nikmati saja malam ini agar kau bisa melupakan masalahmu," ucap Albert.
"Kau tau jika aku tidak suka datang ke tempat seperti ini," ucap Darren.
"Aku tau, kau terlalu kolot Darren datang ke tempat seperti ini saja tidak mau, please sekali saja jangan menolak," ucap Albert.
"Sekali saja, jika kau memaksaku lagi aku pastikan kau tidak akan selamat," ucap Darren tajam.
Sedangkan Albert tersenyum penuh kemenangan dengan rencana kotor yang sudah tersusun dengan rapih di dalam otaknya, lalu Albert dan Darren turun dari mobil dan masuk menuju club malam.
"Arrgh ... aku tidak suka kebisingan ini," ucap Darren saat mendengar dentuman musik yang sangat memekakkan untuk telinganya.
Sedangkan Albert sudah pergi mencari mangsa, Darren hanya duduk diam di meja paling pojok, dia tidak ingin berbaur dengan kegaduhan yang terjadi.
Albert yang sudah bersama dengan seorang wanita yang duduk di pangkuannya menggelengkan kepala melihat tingkah Darren, lalu Albert memanggil seorang wanita yang duduk di sampingnya.
"Baby, kenapa kau memanggil wanita lain Juga?" tanya wanita yang duduk di pangkuan Albert.
"Bukan untukku Honey, aku meminta dia untuk menggoda temanku yang duduk di meja sana," jawab Albert seraya menunjuk kepada Darren.
"Jika kau berhasil merayu dia, aku akan memberikan hadiah untukmu," ucap Albert kepada wanita yang akan menggoda Darren.
"Serahkan padaku, tidak ada satupun pria yang mampu menolak pesonaku," ucapnya lalu pergi menghampiri Darren.
"Baiklah, permainan dimulai apa kau akan tahan dengan godaan para wanita di sini?" tanya Albert menyeringai.
"Apa kita akan tetap di sini, Baby?" tanya wanita itu dengan manja.
"Tunggu sebentar, aku ingin melihat bagaimana temanmu mengalahkan ego si pria dingin itu," jawab Albert dengan mata terus memperhatikan Darren yang sedang digoda oleh wanita suruhannya.
Di sudut lain, Darren tetap fokus dengan ponselnya tak menghiraukan ulah wanita yang berusaha untuk menggodanya. Karena merasa kesal, Darren mengeluarkan dompetnya untuk mengambil uang.
"Kau ingin ini kan, ambillah dan pergi jangan ganggu aku," ucap Darren seraya melemparkan uang yang cukup banyak di atas meja.
"Aku menginginkanmu," ucapnya dengan suara dibuat semenarik mungkin.
"Hmm ... baiklah, kau ingin aku penggal di mana, di sini atau di kamar?" tanya Darren dengan tatapan dinginnya, membuat wanita itu merinding lalu beranjak.
"Bawa uangmu, dan katakan kepada si bastard itu jika aku yang menang," ucap Darren lagi, dia tau jika ini adalah ulah si pria sialan, siapa lagi jika bukan Albert.
"Beraninya bermain-main denganku," ucap Darren.
Wanita itu menghampiri Albert dengan wajah kesal karena ditolak oleh Darren.
"Kau tidak ahli merayu, Nona," ucap Albert mengejek.
"Bukan aku yang tidak pandai merayu, tapi temanmu yang memiliki kelainan," ucapnya lalu memberikan uang yang dia ambil dari Darren kepada Albert.
"Ambil saja untukmu, aku tidak butuh," ucap Albert.
"Cih ... sombong sekali," ucapnya lalu pergi.
"Ayo Baby kita bersenang-senang sekarang, kita sudah membuang-buang waktu dengan memperhatikan temanmu yang seperti bongkahan es itu,"
"Baiklah, puaskan aku sekarang," ucap Albert
Lalu Albert dan wanita itu menuju lantai dua, tempat di mana tersedia kamar untuk para tamu yang ingin menghabiskan malam dengan kekasih satu malamnya.
"Sial!" maki Darren saat melihat Albert naik menuju lantai dua menggandeng seorang wanita dengan mesra.
"Kenapa aku mudah sekali dibodohi oleh manusia tidak berguna itu," maki Darren lagi.
"Pergi, jangan dekati aku, atau aku akan melenyapkanmu!" Darren menoleh ke arah suara itu, sepertinya Darren mengenali suara wanita yang sedang memaki seorang pria.
Darren beranjak dari tempatnya untuk membuktikan apa yang dia pikirkan benar atau tidak. Tenyata benar, wanita itu adalah Vallery yang sudah dalam keadaan mabuk berat.
"Satu lagi manusia bodoh ada di sini," ucap Darren, tanpa Darren duga Vallery berjalan sempoyongan menghampirinya.
"Ternyata kau juga suka datang ke tempat seperti ini manusia kutub," racau Vallery seraya menunjuk Darren.
"Apa kau bilang?" tanya Darren dengan rahang yang mengeras.
"Ya, kau manusia kutub, untuk bicara saja kau hanya bisa mengeluarkan satu kata," jawab Vallery.
"Aku benar-benar sial jika bertemu dengan gadis ini," ucap Darren, dia memutar tubuhnya untuk pergi dari tempat menyebalkan ini tapi tiba-tiba ....
Bruk
Vallery jatuh tersungkur mengenai punggung Darren, dengan sigap Darren membalikkan tubyhnga dan menangkap tubuh Vallery.
"Astaga, jika kau tidak sanggup minum, kenapa harus minum alkohol, dasar bodoh," maki Darren.
Lalu Darren menggendong Vallery menuju lantai dua, dia tidak mungkin membawa Vallery ke hotel, bukan tidak mungkin, tapi Darren malas membawa Vallery karena dirinya tidak membawa mobil.
"Jika kau laki-laki, aku akan dengan senang hati melenyapkanmu, Vallery," maki Darren kepada Vallery yang berada di gendongannya.
Darren kesal karena lagi-lagi bertemu dengan Vallery dalam keadaan mabuk seperti ini.
"Buka pintu ini!"
Perintah Darren kepada seorang pelayan yang lewat di hadapannya, dengan patuh pelayan itu membukakan pintu untuk Darren, Darren pun masuk ke kamar, dia hanya ingin membaringkan Vallery dan segera pergi, tapi ....
Bersambung...
Dengan perlahan Darren membaringkan Vallery di atas ranjang, saat Darren akan beranjak Vallery malah mencengkram kemejanya dengan sangat erat, Darren berusaha untuk melepaskan cengkraman Vallery, tapi ...BrukVallery menarik Darren dengan kuat hingga Darren tersungkur di atasnya karena tidak siap dengan apa yang Vallery lakukan, mata Darren semakin membulat saat bibirnya beradu dengan bibir Vallery, itu membuat jantung Darren berdetak dengan sangat kencang tidak karuan. Darren berusaha untuk melepaskan diri, tapi Vallery terus mengecup bibir Darren dengan menuntut dan menggebu, membuat Darren merasakan lagi perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, untuk sesaat Darren terbuai dengan kecupan yang dilakukan oleh Vallery. "Lepaskan Darren, ini tidak benar, kau sudah melukai Liora," batin Darren berucap, lalu dia melepaskan tautan bibirnya dari Vallery. "Bahkan kau juga menjauh dariku," ucap Vallery.&n
Vallery langsung bungkam mendengar ucapan Darren, kedua matanya kembali memandang wajah Darren yang fokus menatap ponselnya. "Sangat tampan," ucap Vallery dalam hatinya. "Katakan pada supir kau akan turun di mana," ucap Darren tanpa menoleh kepada Valley sedikitpun. "Aku turun di sini saja," ucap Vallery. Padahal ini masih jauh menuju ke rumahnya, Vallery tidak ingin terus bersama Darren karena dia merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya saat berdekatan dengan Darren. "Jangan menatapku seperti itu, jika kau ingin turun ya turun saja," ucap Darren. "Kenapa dia bisa tau kalau aku sedang menatapnya," ucap Vallery dalam hatinya. "Jangan memakiku di dalam hatimu," ucap Darren. "Cih ... kau terlalu percaya diri Mr. Darren," ucap Vallery. "Benarkah?" tanya Darren dengan alis yang terangkat. "Kau punya indra ke enam?" tanya Vallery Plet
Darren yang merasa sangat muak berhadapan dengan Merlin mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, tapi Aiden mencegahnya. "Jangan cegah aku Opa, aku sangat muak berhadapan dengan wanita ular seperti dia," ucap Darren. Neila yang tidak mengerti apa-apa, hanya menjadi pendengar perdebatan antara mereka. "Kau adalah pewaris tunggal dan pemilik yang sebenarnya kekayaan ini, jadi bukan kau yang pergi dari sini, tapi orang yang tidak tau diri yang harus pergi," ucap Aiden dengan nada datar.Tangan Merlin mengepal kuat mendengar apa yang diucapkan oleh Aiden, raut wajahnya terlihat memerah karena menahan amarah. "Seharusnya kau tunjukkan wajah itu kepada anakku jangan kepadaku, apa kau tidak malu sudah membuat kekacauan ini?" tanya Elma dengan tatapan seolah-olah ingin membunuh Merlin. "Apa kesalahanku kepada kalian? Kenapa kalian sangat membenci aku?" tanya Merlin dengan suara dibuat memelas. "Cih ...
"Oma, Opa aku pergi dulu," ucap Niela, setelah berpamitan dia pergi mengikuti Darren. "Hati-hati, Nak," ucap Elma. "Apa ini akan berhasil?" tanya Aiden. "Entahlah, aku tidak tau, kita coba saja lihat bagaimana perkembangannya," jawab Elma. "Apakah saat aku muda sikapku sama seperti dia?" tanya Aiden. "Kau memang menyebalkan, tapi tidak seperti dia, Khalfani junior itu sangat-sangat menyebalkan," Aiden tertawa mendengar jawaban Elma. "Walaupun aku sangat menyebalkan, kau sangat mencintai aku sampai saat ini," ucap Aiden jahil. "Haiish ... jangan membicarakan hal itu, kita sudah tua dan tidak pantas mengumbar cinta," ucap Elma. "Kita memang harus terus mengumbar cinta agar di mansion ini penuh dengan cinta lagi seperti dulu, tidak seperti sekarang yang ada hanya ketegangan dan perseteruan, entah kapan ini akan berakhir," ucap Aiden. "Semoga dengan kehadiran Niela
"Siapa dia?" tanya Darren lirih saat melihat seorang pria paruh baya masuk ke rumah Niela. Pria itu terlihat seperti menahan amarah. "Apa peduliku," ucap Darren kembali fokus menatap layar ponselnya. BRAAK "DASAR WANITA MURAHAN, KE MANA SAJA KAU, HUH?" tanya pria itu nyalang. Suaranya sampai terdengar keluar, Darren kembali menghentikan kegiatannya lalu menajamkan penglihatan dan pendengarannya. "Aku baru pulang bekerja," terdengar samar-samar suara Niela yang ketakutan dari dalam. "Kau pikir aku bodoh? Aku sudah mencarimu ke rumah sakit, temanmu mengatakan kau sudah pulang sejak sore, pergi ke mana dulu kau? Apa mencari pria seperti ibumu?" tanyanya lagi. "Tidak Dad, aku hanya pergi ke ...." "Anak kurang ajar, tidak tau diuntung," ucapnya lagi bersamaan dengan suara pekikan Niela. Darren yang masih mendengarkan keributan di dalam, segera keluar dari mobilnya,
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
Darren kembali menatap Vallery yang tersenyum melihat bunga-bunga yang tumbuh dengan sangat cantik di sekitar danau. Tempat ini adalah tempat impian Liora, yang belum sempat Darren wujudkan, dan ini pertama kalinya Darren mengajak seorang wanita ke tempat ini. "Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap Darren. "Yang mana?" tanya Vallery. "Kenapa kau tidak memikirkan dia lagi, bukankah kau sangat mencintai pria itu?" tanya Darren. "Itu karena aku mencintaimu," tapi nyatanya ungkapan itu hanya Vallery pendam dalam hatinya. Rasanya, Vallery ingin sekali meloloskan kalimat itu dari bibirnya, tapi Vallery tidak ingin merusak hubungan pernikahan Darren dengan Niela. "Haiish ... Kau sangat lambat, sudahlah aku tidak ingin mendengar lagi jawabanmu," ucap Darren lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana?" tanya Vallery. "Pulang," jawab Darren singkat. "Lalu aku bagaima
Troy nampak duduk dengan santai sambil menikmati kepulan asap rokok yang ia nyalakan, suara seorang pria yang mengemis memohon ampun kepadanya terdengar sangat merdu di telinga Troy. Dia sedang berada di suatu tempat, tempat yang selalu Troy gunakan untuk menyiksa musuh dan orang yang berkhianat kepadanya. "Kau menyiksa siapa lagi?" tanya Edward, dia teman Troy yang baru saja tiba dari Jerman. "Pria yang sudah membuat adikku menderita," jawab Troy. "Hmm ... sudah aku katakan, berikan adikmu padaku, aku akan membuat dia seperti ratu apapun yang dia minta aku pasti akan mengabulkannya," ucap Edward, memang sudah lama dia menyukai Vallery. "Cih ... aku pun mampu memberikan yang lebih dari pada apa yang kau berikan, adikku tidak membutuhkan uangmu," ucap Troy dengan pongahnya. "Ya terserah kau, satu hal yang harus kau tau, kalau aku benar-benar mencintai adikmu," ucap Edward. "Tuan, apa and
"Aku memang memiliki perasaan yang berbeda kepada wanita ini, perasaan yang sama saat aku bersama Liora, tapi aku tidak yakin dengan semua ini karena Liora selalu hadir di dalam pikiranku," ucap Darren dalam hatinya. Kyra kembali tersenyum melihat Vallery dan Darren yang sama-sama terdiam. "Kalian akan saling mencintai, sama seperti aku," ucap Kyra. "Astaga, perkembangan yang sangat bagus," pekik Grace yang baru saja datang ingin memeriksa keadaan Kyra. Tapi Grace mendapatkan kejutan melihat Kyra yang tersenyum dan mengatakan hal lain. "Grace!" ucap Darren, Kyra memiringkan kepalanya seraya terus memandangi wajah Darren, dia merasa tidak asing dengan wajah Darren. "Kau, Jo?" tanya Kyra lirih seraya menunjuk kepada Darren."Bukan Mom, aku Darren anakmu," jawab Darren. "Tidak, jangan bunuh anakku, mereka melenyapkan anakku, Jo!" pekik Kyra histeris. "Siapa yang mer
"Kau sudah jatuh cinta, Mr. Khalfani!" "Astaga!" Darren memekik karena terkejut merasa mendengar suara serupa bisikan."Lio," ucap Darren lirih."Liora sudah tidak ada, Darren," ucap Albert yang mendengar gumaman Darren. "Dia masih ada di dalam hidupku," ucap Darren, Albert hanya menghela nafas panjang mendengar ucapan Darren yang belum bisa lepas dari Liora. "Ada apa kau menghubungiku tadi?" tanya Albert. "Grace itu adik kandung ibuku," jawab Darren. "Sudah ku duga," ucap Albert. "Cari tau tentang dia," ucap Darren. "Sudah aku lakukan," ucap Albert. "Sejak kapan?" tanya Darren. "Sejak aku menduga hal itu," jawab Albert. "Ternyata kau cepat tanggap, aku kira kau hanya memikirkan ...." "Wanita!" sela Albert. Darren mengangkat bahunya. "Wanita membuatku selalu cerdas," ucap Albert dengan menyeringai.
Mata Darren memicing saat melihat wanita yang ada di foto itu, wajah wanita yang ada di sana sangat familiar untuk Darren. "Kau kenal dia?" tanya Aiden. "Sebentar," jawab Darren dengan tetap mengamati foto itu dengan seksama. "Haiish ... menebak siapa dia saja, kau sangat lambat, Darren," ucap Aiden gemas."Bukan seperti itu Opa, aku tidak yakin jika dia wanita yang aku maksud," ucap Darren. "Lalu menurutmu dia siapa?" tanya Aiden. "Dia Grace, dokter yang menangani mom di rumah sakit," jawab Darren, lalu Darren kembali menatap foto itu, mungkin saja dia salah melihat. "Astaga, ternyata kau sangat lambat berpikir Darren," ucap Aiden. "Ada apa, Opa?" tanya Darren. "Dia itu adik ibumu," jawab Aiden dengan gemas. "What? Mommy memiliki adik?" tanya Darren. "Ya, Opa baru mengetahui dua minggu yang lalu," jawab Aiden. "Pantas saja
Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota di pagi hari yang masih belum terlalu padat, pandangannya memicing saat melihat wanita di halte menggunakan pakaian formal, dan membawa sesuatu di tangannya. "Tahan Darren, jangan berhenti di hadapan dia," ucap Darren. Darren berhasil melewati wanita itu, tapi baru beberapa meter Darren memundurkan kembali mobilnya dan berhenti tepat di hadapan wanita itu. "Ah sial ... kenapa kau tidak bisa diajak bekerja sama," umpat Darren. Lalu dia menurunkan kaca mobilnya. "Haish ... sepagi ini kenapa aku harus bertemu denganmu," umpat Vallery. "Diam bodoh, kau mau ke mana?" tanya Darren. "Mencari pekerjaan," jawab Vallery. "Masuklah!" perintah Darren. "Tidak mau, kau pasti akan meledekku," ucap Vallery. "Ya sudah jika kau tidak mau, sebenarnya aku bisa memberimu pekerjaan," ucap Darr
BRAAK Darren menutup pintu kamar Niela dengan sangat kencang, membuat Niela terkejut. "Dasar pria menyebalkan, kau tidak tau jika banyak wanita yang ingin memiliki tubuh langsing seperti aku," pekik Niela tapi Darren tidak mungkin akan mendengarnya. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Niela lalu mengunci pintu kamarnya karena takut Darren akan kembali dan benar-benar membuat Niela melayaninya.Setelah itu, Niela menutup jendela dan tirai, Niela baru merasakan sakit di sekujur tubuh karena perbuatan ayahnya. "Syukurlah, setidaknya aku tidak akan disiksa lagi oleh daddy," ucap Niela, lalu mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai terlelap.*** "Vallery," gumam Darren seraya menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan yang menopang kepalanya. "Cantik," gumam Darren lagi, "astaga ... kenapa aku terus membayangkan wajah dia," uca
"Benar-benar wanita ular, ilmu apa yang dia gunakan hingga pria itu sangat mempercayainya, ingin sekali aku melmelenyapkannya sekarang juga. Tapi semuanya belum terbongkar," ucap Darren seraya melepas dasi dan jas yang ia gunakan. Setelah itu Darren masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya, banyak kejadian yang ia alami hari ini. Bertemu dengan Niela gadis lugu yang diam saja ketika dirinya dianiaya dan sekarang gadis itu tinggal seatap dengannya. Dirasa cukup segar, Darren segera menghentikan aktifitasnya di kamar mandi menuju walk in closet, setelah itu Darren duduk di tepi ranjang, tangannya terulur mengambil foto Liora yang terpajang di atas nakas. "Lio, gadis lugu itu mirip denganmu, tapi sayangnya dia sangat lemah tidak sepertimu yang berani," ucap Darren seraya membelai foto Liora. "Banyak janji yang belum sempat aku penuhi kepadamu, maafkan aku, Honey. Aku tidak akan menjadi pengecut lagi seperti dulu, aku aka
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Elma dengan pandangan yang memicing. "Ti ... Tidak, Oma," jawab Niela gugup. "Lalu kenapa kedua sudut bibirmu lebam?" tanya Elma. "A ... Aku terbentur Oma, ya terbentur." "Astaga ... Dasar bodoh, mana mungkin orang terbentur tepat di sudut bibir," ucap Darren lirih dengan gemas karena kebodohan Niela. "Kau yakin jika itu karena terbentur?" tanya Elma. "Oma, ini sudah waktunya minum obat, lebih baik kita pergi ke kamar, setelah itu Oma istirahat," ucap Niela mengalihkan pembicaraan. "Ya, kali ini kau selamat, Oma tau kalau kau mengalihkan pembicaraan," ucap Elma, lalu Niela mendorong kursi roda Elma menuju kamar. Darren juga memutar langkahnya menuju lift, untuk ke lantai tiga di mana kamarnya berada, tapi langkahnya dicegah oleh Aiden. "Ada apa lagi Opa? Aku sangat lelah hari ini," ucap Da