Beranda / Romansa / Love in Kyoto / BAB 3 Kabar Berita Pengubah Nasib

Share

BAB 3 Kabar Berita Pengubah Nasib

“Kau harus lulus TOEFL dulu jika ingin mendaftarkan diri di program scholarship[1] ini, Anindya.” Ujar seorang pegawai administrasi yang biasa mengurusi soal pendaftaran mahasiswa pertukaran ke luar negeri.

Gadis itu mengernyitkan alisnya tinggi, “Yap, hem, sesuatu sekali. Apakah standartnya memang harus 550? Tidak boleh kurang dari itu? Ayolah…, bahasa Inggrisku kurang bagus dalam hal listening.” Tawarnya.

“TOEFL adalah syarat mutlak, tidak ada tawaran. Memangnya pasar bisa ditawar? Kalau tidak sanggup, ya sudah! Yang layak saja, ini bukan beasiswa main-main.” Sahut pegawai administrasi yang mulai sewot pada gadis itu.

Mendengar jawaban yang kurang enak didengar olehnya, ia pun bangkit dari kursi dan meninggalkan ruangan administrasi. Namun sebelum itu ia kembali berbalik badan lalu berkata,

“Lihat saja nanti, kau akan melihat aku bisa lulus seleksi di program beasiswa ini. Aku…, tidak main-main!” tekannya keras pada kalimat yang terakhir sebelum akhirnya ia menutup pintu ruangan dengan kasarnya. BLAM! Sampai membuat pegawai administrasi itu terkejut dan berjingkat dari kursi.

“Sinting.” Umpatnya sambil mengelus dadanya berkali-kali.

*

Nindy menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu dengan memasang wajah cemberutnya. Pipinya yang cempluk seperti bakpao itu membuat ibu Nindy tersenyum kecil, sejak Nindy masih bayi, pipinya itu digandrungi ibu-ibu dan orang-orang lain yang melihatnya. Gadis itu menatap tajam wajah ibunya yang sedang menyodorkan secangkir teh hangat untuknya.

“Minumlah dulu, ada apa, Nin?” ibu Nindy mengambil tempat duduk di samping gadis itu lalu merangkulnya.

“Nindy gerah! Ah, mamaaa…, jangan rangkul-rangkul Nindy dulu, Nindy kepanasan! Uurrrgghtt…! Sebellll!” serunya keras dan melepas rangkulan tangan ibunya kemudian ia menjauh sedikit. Gadis itu mengambil sebuah buku untuk dikipas-kipaskan ke arahnya.

“Ehm, coba mama tebak. Jangan-jangan, kamu dicuekin sama pegawai administrasi ya? Hihihi.” Tebak ibunya secara langsung dan membuat gadis itu mengernyit heran.

“Kok bisa tahu ya? Mama nguntit?”

Wanita itu menggeleng, “Ehm, nggak tuh. Nggak nguntit, sedari tadi mama nulis di dalam kamar. Dan ini baru keluar,”

“Ha? Kalo bukan nguntit terus tahu darimana, Ma? Atoooo…., jangan-jangan mama…, sewa jasa bodyguard?” tebaknya sekali lagi.

“Salah, nggak perlu keluar uang banyak untuk itu. Mama punya keahlian khusus yang tidak pernah kamu tahu,” Tutur sang ibunda yang kemudian mengambil buku-buku yang tergeletak di atas meja. “Semuanya buku tentang Jepang, apa sudah ada program beasiswa, Nak?”

Gadis itu mengangguk lesu, “Ya, Ma. Sekitar tiga hari yang lalu, baru dibuka.”

Diangkatnya dagu Nindy menghadap kearah wajah sang ibu, “Lihat mama, Nak.”

 “Nindy takut nggak bisa lolos seleksi ke Jepang.” akunya.

 “Kenapa?”

“Standart TOEFL-nya terlalu tinggi buat Nindy, Nindy kurang bisa bahasa Inggris, Ma,”

            “Kamu bisa ikut kursus,”

            “Tetap saja tidak bisa,  Nindy bodoh di satu mata pelajaran itu,” Nindy membuka tasnya dan mengambil beberapa lembar kertas formulir tentang persyaratan yang lain. “ada banyak persyaratan lain setelah lulus TOEFL, yang pertama adalah seleksi berkas. Nilai IPK yang harus memenuhi syarat, kalau tidak memenuhi yaaa…pasti dah, ditolak!” gadis itu membuka lembaran keduanya. “Kalau yang tahap selanjutnya ituuuu…ehmmm…, Seleksi Focus Group Discussion[2]. Ini agak sulit, soalnya harus berkelompok. Jadi jawaban sendiri masih harus disharing gitu.” Nindy menghela napas panjang, ia tundukkan lagi wajahnya yang lesu.

            “Sudah, sudah, cukup penjelasanmu. Kalau kau sambung lagi nanti malah membuatmu semakin drop, Nindy. Kau harus punya mental baja agar bisa kuat melewati semuanya. Yakin itu,” ibunda Nindy merapikan kembali segala macam surat yang tercecer di atas meja.

            “Ya, dengan biaya hidup sebanyak delapanpuluh ribu yen per bulan. Keren ya, Ma?!”

            “Betul, jangan hidup di Jepang kalau nggak punya duit.”

            “Nanti mama susah mikir duit buat Nindy, gimana?”

            “Nindy sejak bayi sudah punya deposito, jadi nggak perlu mikir kesana. Nindy cukup pikirkan sekolah, OK!” tegas wanita itu meyakinkan puterinya agar tidak perlu memikirkan urusan yang menjadi urusannya tentang materi.

            “Mama nanti sendirian di rumah, apa nggak kesepian?” tanyanya manja.

            “Ada Papa, kenapa harus takut sepi?”

            “Kalau Papa kerja?”

            “Ada novel, mama temenan sama novel.”

            “Mama….!”

*

Kau tahu dunia?

            Aku ingin bercerita tentang ibuku. Dia adalah seorang penulis novel yang sudah menulis buku banyakkk sekali. Sejak ia masih berumur 24 tahun. Aku tahu dari cerita ibuku. Aku memanggilnya, Mama. Tapi aku menuliskan dalam buku harian ini Ibu! Ibu! Ehm…, dia seorang wanita yang sangat baik dan patut untuk kujadikan teladan kelak. Hanya saja, ada satu keinginan dariku pada ibu yang belum pernah direalisasikannya. Ibu sama sekali tidak menghendaki lahirnya seorang adik untukku. Ia bercerita bahwa katanya memiliki saudara atau banyak saudara itu tidaklah enak. Pasti akan terjadi percekcokkan terus tiap saat. Sebab itu kini aku sendirian, tak bersaudara. Anak tunggal. Saat kutanya mengapa terjadi cekcok, ia tidak mau bercerita. Tapi aku tahu siapa yang bisa menjelaskan tentang masalah itu kalau bukan ayahku.

            Kau tahu dunia?

            Ayahku bercerita bahwa selain ayah tidak ada yang menyukai ibuku. Katanya sifat ibu sangat keras dan keras kepala, egois dan tidak bisa diatur. Aku tidak percaya, karena ibu sangat sayang sekali padaku. Ia tidak seperti yang ayah ceritakan, sehingga aku berbalik tanya pada ayah, “Kalau begitu, bagaimana ayah bisa mencintainya?”

            Ayah pun terdiam tak menjawab, tapi aku tahu jawaban itu dari kebungkamannya. Mungkin memang benar, tidak ada yang menyukai ibuku. Tapi ibuku mencintai dua orang dalam hidupnya. Adalah ayah, kemudian aku.

*

[1] Penyaluran beasiswa.

[2] Adalah diskusi dimana sebuah grup diberi permasalahan dan diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut secara role play.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status