Dzrrrtt ....
Lintang mengabaikan ponselnya yang bergetar menandakan adanya panggilan masuk.
Barulah setelah meeting selesai, Lintang kembali melihat ponselnya. Terlihat lima puluh pesan singkat dan dua puluh panggilan tak terjawab dengan nama kontak 'IBU RATU' di layar ponselnya.
Baru saja Lintang membuka satu pesan yang bahkan belum sempat ia baca, kontak dengan nama 'IBU RATU' itu kembali membuat ponselnya berdering.
"Ada apa? Aku baru selesai meeting!" jawabnya kesal.
"Nanti malam kamu harus luangkan waktumu untuk makan bersama! Mama nggak mau tau! Kamu harus dateng! pokoknya harus! Kalau nggak, mama bisa nekat bikin malu kamu dengan mendatangi kantormu dan ...," desak Mayang memaksa putrinya agar menuruti kemauannya. Tanpa menanggapi ancaman sang Bunda
Lintang mematikan ponselnya.
"Menyebalkan sekali!" Lagi-lagi ia menggerutu di tengah kesibukannya.
Selang beberapa menit, seorang wanita memanggilnya.
"Bu lilin, pak Bowo memanggil Anda ke ruangannya," ucap Anita seorang sekretaris yang cantik nan manis dengan lesung di kedua pipinya.
"Haih ... ada apa lagi ini? Masih pagi kok ya udah banyak yang bikin sebel sih! Ngerusak mood aja!" keluh Lintang yang kekesalannya sudah di ubun-ubun.
Nampaknya pagi itu adalah pagi yang benar-benar membuat mood Lintang memburuk.
Tok ... tok ... tok ....
Setelah pintu dibuka nampak sebuah senyuman hangat dan ramah terukir pada wajah pria paruh baya yang garis halus mulai terlihat samar dikeningnya.
"Bapak memanggil saya?"
"Ah iya! Masuk Lin. Sini, sini!" pinta Bowo antusias dengan nada bicara dan logat yang khas nampak seolah sangat akrab dengan Lintang.
"Ada apa pak? Apakah ada masalah dengan ...."
Ceklek!
Lintang menoleh ke arah sumber suara tanpa menyelesaikan kalimatnya. Kali ini nampak seorang pria muda serta rupa yang asing masuk keruangan itu.
"Ah, akhirnya datang juga. Iyak! Lintang, ini Ishan dan Ishan ini Lintang karyawan paling kompeten, paling cekatan dan pokonya paling best lah di sini."
Dengan antusiasnya Bowo memperkenalkan Lintang pada Ishan diiringi dengan pujian setinggi langit. Namun siapa sangka dibalik pujiannya itu terselip harapan, lebih tepatnya niat terselubung Bowo agar Ishan dapat menerima dan bisa rukun dalam bekerja sama dengan Lintang.
Bowo adalah direktur utama di perusahaan Lintang bekerja. Bukan tanpa sebab Bowo begitu akrab dan memuji Lintang setinggi langit. Ia sangat akrab dengan Lintang lantaran Lintang adalah karyawan andalan lebih tepatnya aset perusahaan bagi Bowo. Betapa tidak, Lintang yang cekatan selalu mampu membereskan kekacauan yang dibuatnya akibat kecerobohannya yang sudah mendarah daging.
Namun, Ishan pria asing yang baru datang ini justru mengabaikan Bowo yang merupakan paman sekaligus ayah angkatnya.
Ia terpaku menatap wajah gadis yang tujuh tahun silam meninggalkannya, kini berada tepat di hadapannya.
"Kau? Di sini?!" tanyanya yang menunjukkan seolah sudah mengenal Lintang sebelumnya.
"Maksudnya?" jawab Lintang yang mengerutkan keningnya.
"Eh, kalian sudah saling kenal?" tanya Bowo menyela.
"Maaf, mungkin saya lupa, tapi anda siapa?" tanya Lintang yang menyerah lantaran benar-benar tak mengenali pria yang berdiri di hadapannya itu.
"Ah, bahkan kau tak mengenaliku?Alasan itukah yang membuatmu enggan menjabat tanganku? Apakah ini yang namanya karyawan teladan?" tanya Ishan yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi marah.
"Ah maaf, iya saya mohon maaf atas kel ...."
"Ah ... sudahlah! Itulah kamu."
Ishan mengibaskan tangannya menolak tangan Resti lantaran kesal di abaikan.
"Ada masalah apa dengan pria ini? Baru pertama kali ketemu udah songong aja! Jadi pengen jahit tu mulut!" umpatnya dalam hati berusaha menahan diri untuk mencaci.
"Maaf menyela, tapi ijinkan saya bicara dulu," ucap Bowo menyela untuk kembali melanjutkan memperkenalkan keduanya.
"Lintang, ini adalah Ishan yang akan menggantikan saya sebagai direktur utama untuk mengurus perusahaan ini."
Lintang mulai merasa tertekan mendengar apa yang di sampaikan oleh bosnya.
"kabar bagusnya, mulai hari ini juga kamu juga ku angkat sebagai wakil direktur untuk mendampingi Ishan."
Seketika mata Lintang melotot seolah bola matanya hendak melompat keluar saking terkejutnya.
"Maaf, sepertinya saya salah dengar dan saya juga sangat tidak paham dengan apa yang bapak sampaikan."
"Hadeh ... katanya karyawan paling kompeten dan paling hebat, tapi selain dungu juga tuli! Benar-benar paket combo. Sepertinya aku bakal berumur pendek kerja bareng dengan karyawan model begini."
Ishan tanpa ragu mengolok Lintang dengan sindirannya.
"Nah mulai lagi ni cowok! Kalau di lihat lagi, bibir itu tidak asing!" batinnya dengan melemparkan tatapan tajam ke arah Ishan. Meski kesal dengan ucapan Ishan tapi Lintang mulai mengingat pria yang dari tadi bersikap sinis terhadapnya.
"Sepertinya saya mulai ingat sekarang! Lu bukannya mantan pacar gue yang culun itu ya? Yang dulu suka banget ngintilin gue di perpus bukan?"
Pertanyaan yang di lontarkan Lintang sontak membuat Bowo dan Ishan kaget hingga menunjukkan reaksi yang tak terduga. Ishan yang dengan sikap diamnya seolah mengiyakan pertanyaan Lintang. Sedangkan disisi lain Bowo sudah menutup mulutnya dengan tangan kanannya menahan tawa melihat kebungkaman Ishan atas pertanyaan Lintang.
"Hmm ... tapi seingatku namanya Satrio atau Tio sapaan akrabnya. Tapi apa mungkin itu kamu?" tanya Lintang memainkan telunjuknya di ujung bibir merahnya.
"Oh bisa jadi itu benar Lin, karena nama panjangnya Satrio Ishan kartadinata, akan lebih bagus kalau kalian CLBK," kelakar Bowo menyela dengan cekikik tawa yang memudar lantaran menjawab praduga Lintang.
"Ah, ternyata itu beneran kamu toh. Tapi sekarang penampilanmu lumayan, nggak seculun dulu."
Lintang membalas olokan Ishan sebelumnya dengan komentarnya. Sementara itu Bowo terpingkal-pingkal mendengar keponakan sekaligus anak angkatnya yang selama ini ia kenal sebagai pria yang selalu di puja wanita kini di olok oleh seorang wanita tepat didepan matanya.
"Om! Om Bowo mending cepetan pulang deh! Bukannya om ada acara sama calon istri Om ya?" ucap Ishan yang saking malunya hingga ingin segera Bowo pergi.
"Hahaha ... iya ... iya. Tapi sebelum itu, om harus mengumumkan dan memperkenalkan kalian dulu donk. Masak direktur utama di ganti tapi bawahan nggak ada yang tau? Kan nggak lucu."
Ketiganya keluar dan Bowo memberikan pengumuman tentang dirinya yang mundur dan digantikan Ishan serta Lintang yang naik jabatan menjadi wakil direktur.
Di tengah pidato Bowo, baik Ishan maupun Lintang justru tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
"Para orang tua yang sudah udzur ini menikah di waktu yang senja rupanya! Lebih dari itu, kenapa tak ada yang mau dengar pendapatku? Bahkan aku tak diberi kesempatan untuk menolak jabatan yang pria tua ini berikan! Sungguh ironis!" gerutu Lintang dalam hati kesal karena jabatan barunya. Lebih tepatnya ia merasa kesal menjadi bawahan Tio mantan kekasihnya.
Sementara itu Tio alias Ishan pun tengah bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kira-kira apa alasan Lintang mutusin gue waktu itu? Apa sekarang dia udah punya pacar? Atau bahkan mungkin suami? Dia masih ingat aku, tapi kenapa tingkahnya seolah tak pernah terjadi apapun? Apa aku hanya mainannya? Ah sial! Kepalaku kembali dipenuhi dengan dirinya! Aku bisa gila!" batinnya.
Sepanjang pidato ia terus bergelut dengan pikirannya sampai-sampai ia tak mendengar jika Bowo memintanya memberi sambutan.
Lintang yang berada tepat di sampingnya pun menyenggol lengan Ishan dengan sikunya.
"Berhentilah memikirkan diriku, saatnya memberi penyambutan,"bisik Lintang asal meledek. Jarak yang begitu dekat membuat hangat napas Lintang menggelitik telinga Ishan hingga telinga Ishan memerah karenanya. Ditambah lagi aroma parfum yang familiar di indera penciuman Ishan pun merasuk menggoyahkan hati dan mengacaukan pikirannya.
"Aku tidak memikirkanmu!" teriak Ishan spontan dengan wajah yang sudah seperti kepiting rebus, membuat seluruh karyawan bahkan Bowo terkejut serta tertawa geli melihat tingkah putra angkatnya.
Refleks Ishan membuat Lintang geram karena malu hingga membuatnya mencubit pinggang Ishan sambil berucap pelan. Rahang merapat meminimalkan bibir bergerak saat berucap menekankan betapa gemasnya Lintang. "Apa kau benar-benar gila? Dasar bodoh!" bisiknya.
Ishan meringis kesakitan. Tangannya meraih tangan Lintang yang masih kuat mencubit pinggangnya.
Grep!
Ishan terdiam saat memegang tangan Lintang, lantaran merasakan kelembutan tangan Lintang yang dingin di antara nyeri di pinggangnya akibat cubitan Lintang.
"Menjijikkan!" Gerutu Lintang menghempaskan tangan Ishan.
"Silahkan pak Ishan untuk memberikan kata sambutannya," tukas Bowo menengahi dua sejoli yang berseteru dalam bisik.
Saat Ishan memberi kata sambutannya, nampak semua karyawati terpesona oleh rupa elok sang direktur muda itu. Suara Ishan yang berat tapi kalem bak nyanyian idol dambaan mereka. Dalam sekejap ia menjadi idola baru di perusahaan itu.
Usai mengumumkan jabatan baru Lintang dan pergantian direktur baru, Bowo kembali memberi sedikit penjelasan pada tugas-tugas Ishan.
"Jika masih ada yang belum kamu pahami atau butuh bantuan, kamu bisa mengandalkan Lintang. Sudah ya, jangan lupa. Nanti malam kamu harus datang. Om pergi ya? Yang rukun sama mantan," ledek Bowo sebelum pergi meninggalkan Ishan.
Setelah Bowo dan Lintang keluar meninggalkan ruangan Ishan, bukannya kerja Ishan justru duduk termenung dengan pikiran yang di penuhi tanya tentang Lintang.Sesaat kemudian, lamunannya buyar oleh ketukan pintu sekretaris yang datang dengan setumpuk berkas."Pak, hari ini ada laporan dari pihak agensi model untuk fashion show yang tengah di tangani pak Bowo.""Apakah Lin ... ah! Maksudku wakil direktur juga ikut andil dalam proyek ini?""Iya pak.""Kalau begitu panggil wakil direktur ke mari dan tinggalkan berkas-berkasnya.""Baik pak."Segera ia melupakan tentang apa yang menggangu pikirannya. Kini ia tengah di sibukkan dengan setumpuk berkas mengenai proyek yang di tangani oleh direktur sebelumnya. Profesionalitasnya memang tak diragukan lagi, dalam sekejap Ishan memahami permasalahan yang tengah dihadapi.Selang beberapa saat,tok ... tok ... tok ....Pintu kembali di ketuk dan Ishan mulai merasa kesal kar
"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ? Ayo cepat naik!" Ishan memanggil Lintang melalui jendela mobil.Bukannya langsung naik, gadis dengan rambut yang disanggul itu justru melemparkan tatapan tajam dengan aura yang seolah siap untuk membunuh. Ishan yang merasa takut pun langsung menutup kaca mobilnya dan segera menyalakan mesinnya.Lintang berjalan tenang sambil terus menatap tajam ke arah pria dengan rambut cepak dan wajah tegas itu."Hii ...," gumam ishan bergidik ngeri. Walau ia tau, jika Lintang tak dapat melihatnya dari luar. "Kok ada ya gadis dengan mata iblis tapi secantik itu? Antara terpesona sama serem jadinya," gumamnya lagi yang melihat Lintang dari dalam mobil.Setelah Lintang masuk dan duduk di kursi samping kemudi, seketika aura horor membuat bulu kuduk Ishan berdiri.Bugh!Lintang menutup pintu mobilnya dan Ishan segera melajukan mobilnya dengan perasaan tegang yang tak berkesudahan sebab kediaman Lintang."Bis
Kepergian Lintang meninggalkan prasangka yang membuat ekspektasi Ishan semakin tinggi."Reaksi Lintang ... mungkinkah dia cemburu?!" batin Ishan. Terlalu hanyut dalam pikirannya, Ishan mengabaikan Dira, sang kekasih yang tengah menanti sebuah penjelasan."Dira? Apa yang kamu lakukan disini?"tanya Ishan tanpa ada rasa canggung."Akhirnya kamu menyadari keberadaanku! Siapa wanita tadi?" Dira menjawab pertanyaan Ishan dengan pertanyaan."Oh, dia Lintang sekretarisku. Kenapa?"jawab Ishan santai.Dira tertunduk dan meneteskan air mata."Hey, kenapa menangis? Apa aku menyakitimu? Aku minta maaf sayang."Sesenggukan Dira dipenuhi rasa bersalah."Maafkan aku, aku sempat meragukanmu. Ku kira wanita tadi ....""Sshh ..." Ishan memotong kalimat Dira dengan menempelkan telunjuk kanannya pada bibir merah Indira.Dengan lembut Ishan mengusap air mata Dira sambil mengelus kepala Dira."Aku meng
"Wow! Pangeran datang menyelamatkan sang putri rupanya." "Hmh! Jangan harap kali ini kamu bisa lepas. Pelanggaran kontrak, kekerasan, penggunaan obat ilegal, serta pelecehan. Ku jamin agensimu akan segera pindah tangan dan kau membusuk di penjara!" terang Ishan pada Denny yang masih bisa tersenyum sombong. Selang beberapa menit polisi tiba membekuk Denny bersama anak buahnya. Denny melemparkan tatapan tajam penuh dendam pada Ishan saat polisi memborgol kedua tangannya. Sedangkan Lintang belum juga sadarkan diri. Ishan menggendongnya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit. Namun di tengah perjalanan, Lintang mulai sadar. "Ugh! Habis sudah ...," rancau Lintang yang masih setengah sadar. Perlahan ia membuka matanya dan tersentak ketika orang yang pertama ia lihat setelah membuka mata adalah Ishan yang sedang mengemudikan mobilnya. "Sudah sadar rupanya? Kau tau betapa bodohnya dirimu? Apa kau sanggup menanggung akibatnya jika aku terlambat sedetik
"Tang! Mama bilang lima belas menit, bukan lima belas abad!" teriak Mayang sembari menggedor pintu.Tanpa menyahut, Lintang keluar dengan tampilan memukau. Rambut hitam nan panjang tergerai indah serasi dengan gaun yang ia kenakan.Wajah ayunya mampu mengalihkan pandangan para lelaki yang memandangnya.Namun sangat di sayangkan, wajah masam diiringi langkah kaki yang menghentak jengkel, menutup pesonanya."Jangan keluar dengan wajah seperti itu! Atau calon papah barumu akan takut melihatmu," tegur Mayang yang melemparkan kunci mobil pada Lintang.Lintang menangkapnya dengan refleks yang bagus. kemudian ia membalas teguran sang bunda dengan melemparkan tatapan membunuhnya."Kamu tidak akan bisa membunuh mama hanya dengan tatapaan seperti itu! Cepat jalan, kita sudah terlambat!" buru Mayang yang berjalan di depan Lintang. Keduanya menaiki mobil mewah berwarna hitam milik Mayang.Lintang yang fokus mengemudikan mobilnya nampak jute
"Situasi macam apa ini! Nampaknya takdir sedang ingin bercanda! Oh, ayolah ... ini tidak lucu sama sekali!"Lintang hanya mampu menggerutu dalam hati. Sambil meremas gemas gaunnya sebagai pelampiasan kekesalannya. Mulutnya tak mungkin mampu untuk mengucapkan segala umpatannya.Saat ini mantan direkturnya akan menjadi ayah tirinya. Sedangkan sang mantan kekasih akan menjadi saudara tirinya meskipun statusnya dalam keluarga itu adalah anak angkat."Lalu ... siapa gadis ini? Apakah itu calon istri Ishan? Apakah ini akan menjadi double married? Hmh ... gila! Otakku mulai tidak waras! Ayolah otak ... jangan traveling dengan situasi ini!"Lagi-lagi Lintang hanya mampu bertanya dan membuat kesimpulannya sendiri dalam hati."Oke!" ucap Bowo tiba-tiba berdiri membuat semua perhatian berfokus padanya."Sebelum kita memulai acara santap lezatnya, saya ... selaku pembuat onar bagi beberapa orang yang duduk di sini, akan mel
Bintang merasa terintimidasi kala perlahan mata tajam itu beralih menatap dirinya. Sedangkan Kejora, Mayang, Bowo serta Ishan hanya melihat dan bertanya-tanya dalam hati masing-masing tentang apa yang akan dilakukan oleh Lintang.Lintang mencondongkan tubuhnya dan tangan kanannya meraih dasi Bintang hingga membuat Bintang turut mencondongkan tubuhnya ke depan. Sedang tangan kirinya ia lingkarkan pada leher Bintang.Tangan Lintang mulai gemetar samar. Namun, Bintang tak menyadari lantaran irama degup jantungnya terlalu meresahkannya.Telapak tangan Lintang mulai berkeringat dingin. Ia menahan sesak di dadanya dan nekat bergerak maju. Rambut panjangnya yang lurus tergerai indah, perlahan turun hingga kecelup sup, sambal dan beberapa menu lain yang ada di meja makan berbentuk bundar itu. Menjadi tabir dari sisi Ishan dan Kejora.Bintang menahan nafas pasrah kala bibir merah Lintang mendarat lembut mencuri ciuman pertamanya.Lain halnya den
"Anita!" teriak Ishan memanggil sekretarisnya.Pagi itu, suasana kantor begitu sibuk dan mencekam. Semua karyawan merasa tegang di tengah kesibukan masing-masing."I-iya pak?" jawab Anita gagap ketakutan."Ini sudah jam sembilan, kenapa Lintang belum juga datang? Kamu sudah hubungi dia?" tanya Ishan dengan luapan amarah yang berapi-api."S-sudah pak ...."Brak!!Gebrakan meja yang dilakukan Ishan membuat gaduh suasana kantor."Ngomong yang jelas!" bentak Ishan yang membuat Anita semakin ketakutan."Sudah pak! Saya sudah menghubungi beliau, tapi tak ada jawaban," jawab Anita lancar sebab sangking terkejut dan tertekan."Inikah yang disebut karyawan teladan?! Apakah pujian membuatnya sombong dan lalai dari tugas?!"Anita menitikkan air mata karena takut."Kenapa kamu menangis di sini?""Gimana saya nggak nangis? Wong bapak memarahi saya atas kesalahan yang bahkan saya nggak tahu! Saya ini cuma sekretar