*Satu pesan masuk*
(Rania: Kamu enggak usah berbelit. Kamu tinggalin Putra sekarang juga. Karena cuma aku yang pantas jadi pacar Putra.)
Sudah satu minggu ini Rania terus meghubungi Erina. Rania meminta Erina untuk meninggalkan Putra. Bahkan, Rania berani mengancam Erina jika permintaannya tidak dituruti.
Erina tidak menghiraukan Rania yang terus mengganggunya. Sampai akhirnya Erina geram dengan ancaman dari Rania.
Erina pun mengajak Rania untuk menemuinya di kantin saat Rania mengisi acara pentas seni yang di adakan oleh Sekolah Erina. Rania mengisi acara dengan menyanyi bersama tim band nya. Saat Rania selesai pentas, ia pergi menemui Erina yang sudah menunggunya di kantin sekolah.
Rania duduk berhadapan dengan Erina. Tanpa sapa menyapa, Erina langsung membuka percakapan tanpa basa basi.
“Sekarang, kamu jelasin deh! ...." kenapa kamu bilang kalau kamu yang pantas untuk jadi pacar Putra?” tanya Erina dengan tatapan kesal.
“Mending kamu tanyakan saja pada Putra," jelas Rania yang menyilangkan kaki dan menyenderkan punggungnya di bangku.
“Inget ya, jangan pernah lagi coba mengancamku," Erina berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Rania.
“Erina ....,” teriak Rania.
Erina menghentikan langkah kakinya, lalu Rania berjalan menghampiri Erina.
“Aku yakin, kamu tidak akan menerima Putra jika tahu apa yang sudah aku dan pacar kamu lakukan," bisik Rania pada Erina.
Erina mengerutkan kedua alisnya dan pergi meninggalkan Rania.
~~~
Sepulang sekolah, Erina menelepon Putra dan mengajak Putra menemui nya di rumah Erina. Saat Putra datang, Erina dan Putra duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Erina sibuk mencari pesan teks dari Rania yang akan ia tunjukkan pada Putra. Tapi, tiba-tiba Putra membuka percakapan terlebih dulu.
Erina ...., Ada yang mau aku bicarakan denganmu," laki-laki tampan ini menatap Erina dengan dalam.
"Ya sudah, bicara saja Put," sementara Erina sibuk dengan tarian jarinya di atas layar hand phone miliknya.
"Ini serius Er," laki-laki ini menyentuh dagu Erina dengan halus dan membalikkan ke arah wajahnya.
"Ada apa sih Putra?" tanya Erina dengan lembut.
Laki-laki bernama Putra itu mengambil hand phone yang masih menyala di atas genggaman Erina, lalu menyimpannya di atas meja yang berada di depan mereka.
"Tapi, kamu janji tidak akan marah ya?" Putra memegang tangan Erina dengan erat.
"Iya, Putra sayang," Erina mengusap lembut wajah Putra kekasihnya itu yang sudah ia pacari sejak lima bulan lamanya.
"Sebenarnya, aku sudah pernah melakukannya." Kata Putra sembari merundukkan kepalanya di hadapan Erina.
"Melakukan apa Putra?" tanya Erina dengan perasaan yang mulai cemas.
"Iya, melakukan hubungan di luar batas."
"Rania? betul, dengan Rania?" tanya Erina.
“Kamu tahu dari mana tentang Rania?” tanya Putra.
“Enggak penting aku tahu dari mana,” tegas Erina.
"Iya, Er. Tapi waktu itu aku mau bertanggung jawab, hanya saja Rania yang kekeh ingin berpisah dariku," sahut Putra.
Erina menggelengkan kepala. Ia memandangi Putra dengan sedikit kesal. Sementara, Putra terus menggenggam tangan Erina.
"Aduh, Putra ...., kenapa?"
"Kenapa, maksudnya gimana Er?"
"Kenapa kamu harus jujur? Aku sangat kecewa sama kamu," Erina melepaskan tangannya dari genggaman Putra.
Erina tidak terima dengan semua ini. Ia yang memegang teguh atas perawannya, merasa bahwa Putra tidak pantas untuknya. Erina pergi meninggalkan Putra begitu saja.
~~~
Satu minggu setelah Putra jujur tentang masa lalunya bersama Rania, Erina tidak menghiraukan telepon atau pesan dari Putra. Erina sangat kecewa dengan kekasihnya itu. Karena, Erina anak yang baik. Ia tidak mau masa depannya hancur karena berpacaran dengan Putra yang sudah pernah melakukan kesalahan.
'Aku hanya takut jika nanti Putra melakukan hal yang sama terhadapku. Tuhan, bantu aku melepasnya.'
Suara hati Erina meringis ketakutan. Lalu, Ia memberanikan diri untuk mengambil keputusan. Melepaskan Putra atau memaafkan kesalahannya. Erina mengirimi pesan teks pada Putra.
(Putra, aku minta maaf atas sikapku beberapa waktu lalu. Jujur, aku terkejut dengan pengakuan kamu. Setelah aku pikir dengan matang, sebaiknya kita putus saja, maaf.)
Putra pun tidak terima dengan sikap Erina yang mengambil keputusan dari satu pihak. Padahal, Putra tidak akan melakukan hal yang sama pada Erina. Putra sangat mencintai Erina. Itu sebabnya, dia jujur tentang semua masa lalunya. Tapi sayang, Erina tidak bisa melihat ketulusan Putra dan langsung memblokir semua akses Putra pada Erina.
Karena Putra tidak bisa menghubungi Erina, terpaksa Ia pergi menemui Erina di rumahnya. Saat sampai di rumah Erina, mereka pun bertemu saat Erina baru pulang dari sekolah.
“Putra ....,” sapa Erina.
“Erina, kasih aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya,” Putra memegang tangan Erina.
“Mau jelasin gimana Put? Udah cukup ya Rania datang dan ancam aku selama ini.”
“Apa? Rania ancam kamu?”
“Iya, selama ini aku di ancam oleh mantan pacar kamu itu. Udah deh aku enggak mau berurusan lagi dengan kalian," Erina memaksa masuk rumah.
“Tunggu, Er. Aku bisa kok jelasin semuanya. Karena masa lalu aku dan Rania itu adalah sebuah kesalahan.”
“Kesalahan?”
“Iya jadi begini ....,”
Putra terpaksa menceritakan semua yang terjadi antara Putra dan Rania. Putra juga cerita bagaimana ia bisa tidur dengan Rania.
Rania adalah seorang vokalis dalam sebuah band yang dibentuk sejak ia duduk di bangku SMA. Hingga saat ini dia kuliah, Rania masih aktif menjadi vokalis.Rania dan Putra bertemu di salah satu kafe di daerah Jakarta. Saat itu, Putra sedang makan, dan Rania tampil di kafe yang sama. Rania dan band nya cukup banyak tawaran untuk tampil di berbagai kafe atau acara-acara live music lainnya.Pertemuan Rania dan Putra terjadi saat Rania pergi ke toilet. Dan saat bersamaan, Putra juga pergi ke toilet. Rania sedang buru-buru karena lima menit lagi dia akan tampil.Rania berjalan cepat menuju toilet dengan sedikit merundukkan kepalanya karena membetulkan kancing bajunya yang tengah lepas.Putra keluar dari toilet dan tanpa sengaja, Rania dan Putra menabrak satu sama lain.“Ah ...., maaf,” ujar Putra.“Tidak apa-apa, saya juga salah taxi jalan enggak lihat-lihat,” sahut Rania.Mereka
Setelah Rania dan Putra melakukan hubungan intim, Rania tidak pernah muncul lagi dihadapan Putra. Rania sibuk dengan urusannya, begitu juga dengan Putra yang sibuk kuliah.Hingga pada akhirnya, Putra bertemu Erina di Mall Puri Indiah Jakarta. Saat itu, Erina sedang mencari kado untuk Raya, sahabat Erina. Putra adalah kakak kelas Erina sewaktu SMP. Mereka bertemu kembali setelah hampir tiga tahun tidak bertemu.Di toko parfum yang ada di Mall itu, Erina dan Putra bertemu. Erina yang masih mengenakan seragam sekolah, terlihat lesu karena tidak sempat pulang terlebih dahulu.“Erina ....,” sapa Putra.“Eh, Kak Putra. Ngapain di sini Kak?”“Ini, aku lagi cari-cari parfum,” jawab Putra.“Oh~~ ya udah deh Kak, aku duluan ya,” Erina pergi meninggalkan Putra.“Erina! ....,” terisak Putra.Erina pun menengok ke arah Putra.“Iya, ada apa Kak?” tanya Erina.“Aku boleh kan simpan nomor kamu?”“Oh, boleh kok Kak.”Merek
Ketika engkau masuk dalam hidupku,Ketika engkau menampakkan wajahmu,Ketika engkau mampu menyihirku dengan mata indahmu, danKetika itu lah aku mencintaimu.Ku sambut engkau wahai kasihku dan persilahkan kau memasuki ruang hatiku yang kosong.Kau bawa aku terbang jauh bersama sayap-sayap cintamu yang elok.Kamu sudah memainkan peranmu dengan sangat baik. Sehingga, aku dibutakan oleh Cinta.Cinta yang membuat hidup menjadi mati, dan yang mati menjadi hidup. Semua makhluk di dunia ini punya cinta. Tapi, banyak pula yang tidak mengerti tentang makna cinta. Ada yang memiliki tapi tidak merasakan. Ada pula yang merasakan, tapi tidak dapat memiliki.Tidak ada cinta yang sempurna di dunia ini. Melainkan, proses yang menyempurnakan cinta.~~~Hidup Erina dipenuhi banyak cinta. Dia sama sekali tidak kekurangan cinta dan kasih sayang. Usianya memang masih sangat muda, dan mungkin belum saat nya ia meras
Apa sih yang dicari ketika berpacaran? Bahagia? Keren? Atau hanya nafsu belaka?Rasanya, semua itu bukan jawaban dari arti kata cinta. Tapi, terlalu naif pula jika kita mencintai tanpa nafsu.Hei! Semua makhluk di dunia ini punya nafsu, tapi cinta dan nafsu tidak selalu berdampingan.Ketika mencintai, sudah pasti ada nafsu. Tapi ketika nafsu, tidak selalu ada perasaan cinta.Dunia ini fana, dosa-dosa yang dilakukan juga sangat manis. Tidak peduli nanti bagaimana. Itulah sebabnya penyesalan akan memainkan perannya di akhir cerita.~~~Gio merangkul Erina yang sedang duduk melamun. Erina mengepalkan jari-jarinya yang mengeluarkan keringat dingin.“Kamu kenapa sih Er?” tanya Gio.“Tidak apa-apa Gio. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman dental tempat ini.”“Udahlah .... Sini!” Gio mengajak Erina duduk di sofa yang sedikit agak kotor.Rumah yang disebut tempat berkumpulnya Gio Dan tem
Author: Ada yang sama nggak sih kalian sama si Erina ini yang kalau sudah cinta, pasti berubah jadi monster. Maksudnya, monster dalam artian posesif gitu. Awalnya sih biasa saja, tapi setelah si Gio ini selingkuh, Erina takut kalau Gio mengulanginya lagi. Apa salah kalau terlalu cinta? Konyol sih tapi yang namanya perasaan itu nggak ada yang tahu.~~~Gubraaaak~~Erina membanting hand phone milik Gio setelah membaca sebuah pesan dari seorang perempuan bernama Rindi.(Rindi: Gio, nanti hubungi aku setelah kamu sudah di rumah ya. Jangan lupa hapus semua pesan kita agar Erina tidak membacanya.)Erina benar-benar marah ketika tahu Gio selingkuh di belakangnya bersama perempuan bernama Rindi. Dan parahnya lagi, Rindi tahu kalau Gio sudah punya pacar. Erina tidak habis pikir. Rayuan apa yang di lakukan Gio terhadap Rindi, sehingga ia mau menjadi selingkuhannya Gio.“Erina! Kamu ini apa-apaan, sih? Ke
“Apa Erina? Gio meminta hal itu dari kamu?” pernyataan Erina membuat Raya mendadak emosi dan tidak habis pikir dengan Gio dan juga sahabatnya Erina.“Iya Ray, aku harus gimana?”“Kenapa harus tanya aku Er? seharusnya kamu tahu jawabannya.”“Maksud kamu?” tanya Erina.“Aduh ... Erina! Kamu nggak ngerti-ngerti ya! kamu pikir lagi deh, kalo semua yang Gio minta itu kamu berikan, aku yakin pasti akan jadi masalah dalam hidup kamu ke depannya,” ujar Raya.“Tapi aku mencintai Gio, Ray ....”“Kamu renungkan lagi deh! jangan sampai kamu salah ambil keputusan.”Raya pergi dari kamar Erina. Tampaknya sahabat Erina itu kesal mendengar apa maunya Gio. Bukannya Raya tidak setuju dengan hubungan Erina dan Gio, tapi Raya sayang pada Erina. Dia tidak mau Gio merusak masa depan Erina.‘Ya Tuhan ... Erina itu anak yang baik.’Erina memang berubah setelah bersama Gio. Dulu rajin, sekarang sering malas-malasan dalam hal belaj
Erina menyambangi rumah Raya yang tidak jauh dari rumahnya. Dia sedikit gugup karena akan berkata jujur pada Raya. Sepanjang perjalanannya, ia merasa tidak yakin bahwa Raya akan mendengar penjelasan Erina.Setelah lima belas menit berjalan, Erina sampai di rumah Raya. Ia mengetuk pintu yang di buka oleh ibunda Raya. Erina masuk ke dalam dan menuju kamar Raya.Pintu kamar Raya yang terbuka, membuat Erina sedikit mengintip kegiatan Raya dari balik pintu. Di dalam, Raya sedang asyik duduk di depan komputer.Erina pun masuk dengan memanggil nama Raya. Raya terkejut dan memutar kursinya ke arah Erina. “Aku ganggu ya?” tanya Erina yang berjalan menghampiri Raya.Raya pun menghentikan sejenak tarian jarinya di atas papan ketik. “Ah ... Nggak kok, Er.” Raya menatap Erina yang tampak gugup.“Ada apa Er?” tanya Raya.“Aku mau main saja ke sini, emang nggak boleh?” Erina membaringkan tubuhnya di ata
Suasana yang semakin tidak terkendali. Di bawah pengaruh minuman alkohol, Erina larut dalam kenikmatan. Sepasang kekasih itu sedang memadu kasih di atas kapas yang beralaskan duri.Kelembutan yang ada akan tergantikan setelah menembus dasar. Erina dan Gio melanggarnya. Lambat laun, mereka akan tenggelam dan menembus ke dalam dasar duri. Hari itu, Gio dan Erina melakukannya lagi.Setelah semua selesai, Gio mengantar Erina pulang. Erina melamun sepanjang perjalanan. Ada yang membuatnya tidak nyaman. “Gio, kenapa kamu melanggar perjanjian kita?”Gio tidak bisa berkata apa-apa. “Gio ... Jawab!” Erina meremas pundak Gio yang sedang mengendarai motor.Gio menghentikan sejenak motornya, dan ia mengajak Erina duduk di bangku taman yang hendak mereka lewati. Gio memegang tangan Erina dengan lembut.Mereka duduk berdampingan dengan wajah pucat yang di pancarkan oleh Erina. “Erina, aku cintai sama kamu. Aku janji, aku tidak akan berbuat macam-macam.
Erina Sandra WirantiAku bangun di pagi hari dan mulai membuka mata. Beranjak dari tempat tidurku lalu melihat sekeliling kamar.Aku melangkahkan kaki di permukaan lantai yang tak terasa di telapak kaki ini. Berjalan ke luar kamar kemudian mengambil segelas air putih.Aku menghampiri ibu dan adikku yang tengah duduk di atas sofa ruang keluarga. Aneh ... Kenapa mereka tidak menyapaku. Bahkan, tidak melirik kedatanganku.Aku duduk di samping ibuku seraya meneguk segelas air yang tidak terasa di tenggorokanku. Ada apa ini? Kenapa pagi ini terasa sangat berbeda?Ibu dan adikku hanya diam dan tidak menghiraukan keberadaanku. Mereka acuh dengan adanya diriku di tengah-tengah mereka.Lalu ibuku menyuruh adikku untuk membangunkan aku di kamar. “Bu ... Aku sudah bangun.” Sahutku. Kenapa mereka tak melihatku?Adikku berjalan menuju kamarku. Aku pun mengikutinya dari belakang. Saat adikku membuka pintu kamar, membuatku tak
Suasana yang semakin tidak terkendali. Di bawah pengaruh minuman alkohol, Erina larut dalam kenikmatan. Sepasang kekasih itu sedang memadu kasih di atas kapas yang beralaskan duri.Kelembutan yang ada akan tergantikan setelah menembus dasar. Erina dan Gio melanggarnya. Lambat laun, mereka akan tenggelam dan menembus ke dalam dasar duri. Hari itu, Gio dan Erina melakukannya lagi.Setelah semua selesai, Gio mengantar Erina pulang. Erina melamun sepanjang perjalanan. Ada yang membuatnya tidak nyaman. “Gio, kenapa kamu melanggar perjanjian kita?”Gio tidak bisa berkata apa-apa. “Gio ... Jawab!” Erina meremas pundak Gio yang sedang mengendarai motor.Gio menghentikan sejenak motornya, dan ia mengajak Erina duduk di bangku taman yang hendak mereka lewati. Gio memegang tangan Erina dengan lembut.Mereka duduk berdampingan dengan wajah pucat yang di pancarkan oleh Erina. “Erina, aku cintai sama kamu. Aku janji, aku tidak akan berbuat macam-macam.
Erina menyambangi rumah Raya yang tidak jauh dari rumahnya. Dia sedikit gugup karena akan berkata jujur pada Raya. Sepanjang perjalanannya, ia merasa tidak yakin bahwa Raya akan mendengar penjelasan Erina.Setelah lima belas menit berjalan, Erina sampai di rumah Raya. Ia mengetuk pintu yang di buka oleh ibunda Raya. Erina masuk ke dalam dan menuju kamar Raya.Pintu kamar Raya yang terbuka, membuat Erina sedikit mengintip kegiatan Raya dari balik pintu. Di dalam, Raya sedang asyik duduk di depan komputer.Erina pun masuk dengan memanggil nama Raya. Raya terkejut dan memutar kursinya ke arah Erina. “Aku ganggu ya?” tanya Erina yang berjalan menghampiri Raya.Raya pun menghentikan sejenak tarian jarinya di atas papan ketik. “Ah ... Nggak kok, Er.” Raya menatap Erina yang tampak gugup.“Ada apa Er?” tanya Raya.“Aku mau main saja ke sini, emang nggak boleh?” Erina membaringkan tubuhnya di ata
“Apa Erina? Gio meminta hal itu dari kamu?” pernyataan Erina membuat Raya mendadak emosi dan tidak habis pikir dengan Gio dan juga sahabatnya Erina.“Iya Ray, aku harus gimana?”“Kenapa harus tanya aku Er? seharusnya kamu tahu jawabannya.”“Maksud kamu?” tanya Erina.“Aduh ... Erina! Kamu nggak ngerti-ngerti ya! kamu pikir lagi deh, kalo semua yang Gio minta itu kamu berikan, aku yakin pasti akan jadi masalah dalam hidup kamu ke depannya,” ujar Raya.“Tapi aku mencintai Gio, Ray ....”“Kamu renungkan lagi deh! jangan sampai kamu salah ambil keputusan.”Raya pergi dari kamar Erina. Tampaknya sahabat Erina itu kesal mendengar apa maunya Gio. Bukannya Raya tidak setuju dengan hubungan Erina dan Gio, tapi Raya sayang pada Erina. Dia tidak mau Gio merusak masa depan Erina.‘Ya Tuhan ... Erina itu anak yang baik.’Erina memang berubah setelah bersama Gio. Dulu rajin, sekarang sering malas-malasan dalam hal belaj
Author: Ada yang sama nggak sih kalian sama si Erina ini yang kalau sudah cinta, pasti berubah jadi monster. Maksudnya, monster dalam artian posesif gitu. Awalnya sih biasa saja, tapi setelah si Gio ini selingkuh, Erina takut kalau Gio mengulanginya lagi. Apa salah kalau terlalu cinta? Konyol sih tapi yang namanya perasaan itu nggak ada yang tahu.~~~Gubraaaak~~Erina membanting hand phone milik Gio setelah membaca sebuah pesan dari seorang perempuan bernama Rindi.(Rindi: Gio, nanti hubungi aku setelah kamu sudah di rumah ya. Jangan lupa hapus semua pesan kita agar Erina tidak membacanya.)Erina benar-benar marah ketika tahu Gio selingkuh di belakangnya bersama perempuan bernama Rindi. Dan parahnya lagi, Rindi tahu kalau Gio sudah punya pacar. Erina tidak habis pikir. Rayuan apa yang di lakukan Gio terhadap Rindi, sehingga ia mau menjadi selingkuhannya Gio.“Erina! Kamu ini apa-apaan, sih? Ke
Apa sih yang dicari ketika berpacaran? Bahagia? Keren? Atau hanya nafsu belaka?Rasanya, semua itu bukan jawaban dari arti kata cinta. Tapi, terlalu naif pula jika kita mencintai tanpa nafsu.Hei! Semua makhluk di dunia ini punya nafsu, tapi cinta dan nafsu tidak selalu berdampingan.Ketika mencintai, sudah pasti ada nafsu. Tapi ketika nafsu, tidak selalu ada perasaan cinta.Dunia ini fana, dosa-dosa yang dilakukan juga sangat manis. Tidak peduli nanti bagaimana. Itulah sebabnya penyesalan akan memainkan perannya di akhir cerita.~~~Gio merangkul Erina yang sedang duduk melamun. Erina mengepalkan jari-jarinya yang mengeluarkan keringat dingin.“Kamu kenapa sih Er?” tanya Gio.“Tidak apa-apa Gio. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman dental tempat ini.”“Udahlah .... Sini!” Gio mengajak Erina duduk di sofa yang sedikit agak kotor.Rumah yang disebut tempat berkumpulnya Gio Dan tem
Ketika engkau masuk dalam hidupku,Ketika engkau menampakkan wajahmu,Ketika engkau mampu menyihirku dengan mata indahmu, danKetika itu lah aku mencintaimu.Ku sambut engkau wahai kasihku dan persilahkan kau memasuki ruang hatiku yang kosong.Kau bawa aku terbang jauh bersama sayap-sayap cintamu yang elok.Kamu sudah memainkan peranmu dengan sangat baik. Sehingga, aku dibutakan oleh Cinta.Cinta yang membuat hidup menjadi mati, dan yang mati menjadi hidup. Semua makhluk di dunia ini punya cinta. Tapi, banyak pula yang tidak mengerti tentang makna cinta. Ada yang memiliki tapi tidak merasakan. Ada pula yang merasakan, tapi tidak dapat memiliki.Tidak ada cinta yang sempurna di dunia ini. Melainkan, proses yang menyempurnakan cinta.~~~Hidup Erina dipenuhi banyak cinta. Dia sama sekali tidak kekurangan cinta dan kasih sayang. Usianya memang masih sangat muda, dan mungkin belum saat nya ia meras
Setelah Rania dan Putra melakukan hubungan intim, Rania tidak pernah muncul lagi dihadapan Putra. Rania sibuk dengan urusannya, begitu juga dengan Putra yang sibuk kuliah.Hingga pada akhirnya, Putra bertemu Erina di Mall Puri Indiah Jakarta. Saat itu, Erina sedang mencari kado untuk Raya, sahabat Erina. Putra adalah kakak kelas Erina sewaktu SMP. Mereka bertemu kembali setelah hampir tiga tahun tidak bertemu.Di toko parfum yang ada di Mall itu, Erina dan Putra bertemu. Erina yang masih mengenakan seragam sekolah, terlihat lesu karena tidak sempat pulang terlebih dahulu.“Erina ....,” sapa Putra.“Eh, Kak Putra. Ngapain di sini Kak?”“Ini, aku lagi cari-cari parfum,” jawab Putra.“Oh~~ ya udah deh Kak, aku duluan ya,” Erina pergi meninggalkan Putra.“Erina! ....,” terisak Putra.Erina pun menengok ke arah Putra.“Iya, ada apa Kak?” tanya Erina.“Aku boleh kan simpan nomor kamu?”“Oh, boleh kok Kak.”Merek
Rania adalah seorang vokalis dalam sebuah band yang dibentuk sejak ia duduk di bangku SMA. Hingga saat ini dia kuliah, Rania masih aktif menjadi vokalis.Rania dan Putra bertemu di salah satu kafe di daerah Jakarta. Saat itu, Putra sedang makan, dan Rania tampil di kafe yang sama. Rania dan band nya cukup banyak tawaran untuk tampil di berbagai kafe atau acara-acara live music lainnya.Pertemuan Rania dan Putra terjadi saat Rania pergi ke toilet. Dan saat bersamaan, Putra juga pergi ke toilet. Rania sedang buru-buru karena lima menit lagi dia akan tampil.Rania berjalan cepat menuju toilet dengan sedikit merundukkan kepalanya karena membetulkan kancing bajunya yang tengah lepas.Putra keluar dari toilet dan tanpa sengaja, Rania dan Putra menabrak satu sama lain.“Ah ...., maaf,” ujar Putra.“Tidak apa-apa, saya juga salah taxi jalan enggak lihat-lihat,” sahut Rania.Mereka