Ketika engkau masuk dalam hidupku,
Ketika engkau menampakkan wajahmu,
Ketika engkau mampu menyihirku dengan mata indahmu, dan
Ketika itu lah aku mencintaimu.
Ku sambut engkau wahai kasihku dan persilahkan kau memasuki ruang hatiku yang kosong.
Kau bawa aku terbang jauh bersama sayap-sayap cintamu yang elok.
Kamu sudah memainkan peranmu dengan sangat baik. Sehingga, aku dibutakan oleh Cinta.
Cinta yang membuat hidup menjadi mati, dan yang mati menjadi hidup. Semua makhluk di dunia ini punya cinta. Tapi, banyak pula yang tidak mengerti tentang makna cinta. Ada yang memiliki tapi tidak merasakan. Ada pula yang merasakan, tapi tidak dapat memiliki.
Tidak ada cinta yang sempurna di dunia ini. Melainkan, proses yang menyempurnakan cinta.
~~~
Hidup Erina dipenuhi banyak cinta. Dia sama sekali tidak kekurangan cinta dan kasih sayang. Usianya memang masih sangat muda, dan mungkin belum saat nya ia merasakan cinta yang serius pada orang asing. Karena, belum tentu orang asing itu juga punya perasaan serius pada Erina.
Erina sangat mencintai Gio. Laki-laki itu bagaikan pelipur lara untuk Erina. Dia menghapus rasa sedih Erina karena perpisahannya dengan Putra. Entah kenapa, Erina mudah sekali melupakan Putra ketika bersama Gio. Bahkan, pertemuan mereka belum cukup lama. Rayuan manis Gio membuat hati Erina luluh bagai ice cream yang meleleh karena terik matahari.
*Dua bulan setelah meninggalkan Putra*
Erina tidak henti memandangi wajahnya di depan cermin yang berada di kamarnya. Malam ini, adalah malam yang sangat menyenangkan. Karena Erina dan Gio menjadi sepasang kekasih setelah dua bulan melalui proses people pendekatan. Mereka dipertemukan oleh Dinda dan Erik. Dinda adalah saudara sepupu Erina, lalu Erik adalah pacar Dinda yang juga teman dari Gio.
Dinda dan Gio bertemu dua bulan lalu saat acara ulang tahun Dinda. Gio adalah pemandu acara di hari ulang tahun Dinda sepupunya itu. Gayanya yang tampan membuat Dinda jatuh hati pada pandangan pertama dengan Gio. Setelah acara selesai, Gio memghampiri Dinda, Erik dan Erina yang sedang duduk santai di balkon rumah Dinda.
“Gio, kenalin sepupu gue nih Erina,” Dinda merangkul Erina yang sedang memegang satu gelas jus mangga di tangannya.
“Hai, Gue Gio. Teman Dinda dan Erik,” Gio menyodorkan tangannya untuk berjabat dengan Erina.
“Hai, Erina,” Erina menjabat tangan Gio.
“Ya udah, kalian ngobrol-ngobrol dulu deh. Kita kesana sebentar ya.” ujar Dinda.
Dinda dan Erik pergi ke dalam dan meninggalkan Erina juga Gio. Mereka memang sengaja menjodohkan Gio dan Erina.
Di malam itu, Erina dan Gio bertukar nomor telepon. Dan sejak bertukar nomor, Gio dan Erina sering berkomunikasi. Bahkan, mereka tak jarang bertemu di belakang Dinda dan Erik.
Karena kedekatan mereka yang terjalin begitu cepat, Gio memutuskan untuk menjadikan Erina sebagai pacarnya. Gio berhasil menaklukan hati Erina setelah dua bulan mendekatinya.
~~~
Berpacaran di zaman yang keras ini membuat hidupku berubah. Berubah saat mengenal cinta dari laki-laki yang saat ini ada di hidupku. Kedatangannya sangat sempurna sehingga membuat hati ini lupa dengan banyak nya impian dalam hidup.
Cinta membuatku bahagia. Dengannya hidupku penuh dengan warna. Karenanya, aku tidak mengenal diriku sendiri. Ketika bersamanya, I lost my true self.
‘Gio, aku mencintaimu," suara hati Erina menggambarkan betapa bahagianya ia bisa menjadi pacar Gio.
~~~
Erina pergi ke sekolah dengan hati yang berbunga-bunga. Sesekali mengecek hand phone dan berharap Gio mengirim pesan teks.
*Satu pesan masuk*
(Gio: Selamat pagi Erina. Kamu sudah berangkat ke sekolah?)
Erina kegirangan saat membaca pesan teks dari Gio. Padahal, isi pesan yang Gio kirim terdengar biasa-biasa saja.
(Erina: Pagi, Gio. Ini aku sedang di halte bus)
Erina membalas pesan dari Gio. Wajahnya semringah dan senyum-senyum kecil yang terpancar di wajahnya membuat orang seminars halte bus melirik ke arah Erina.
Bus pun datang dan Erina mulai mengantre masuk ke dalam bus tersebut. Erina memilih kursi paling belakang yang dekat dengan jendela. Erina suka sekali menyenderkan kepalanya di samping jendela bus.
Sesampainya di sekolah, Erina memulai harinya seperti biasa. Namun, saat di depan gerbang sekolah. Dia menyembunyikan hand phone miliknya saat pengumpulan hand phone berlangsung oleh tim Organisasi Sekolah. Sekolah Erina biasa merazia hand phone pada hari senin saat akan melaksanakan upacara.
Erina enggan mengumpulkan hand phone miliknya. Ia tidak ingin melewatkan walau satu pesan pun dari Gio.
Erina adalah anak yang rajin di sekolah. Prestasinya pun cukup bagus. Dia tidak pernah melanggar peraturan sekolah. Baru sekali ini saja, Erina berani melanggar.
Erina saat pengecekkan hand phone di depan gerbang sekolah. Dia menuju ruang Kelas dan bersiap-siap untuk melaksanakan upacara yang akan segera dimulai.
Erina bersama Raya temannya, keluar menuju lapangan sekolah dan memasuki barisan. Erina yang terbiasa berada paling depan, kini ia memilih untuk berada di jajaran paling belakang.
"Kenapa di sini sih Rin? Ayo ke depan?" ajak Raya.
"Enggak deh, aku di sini saja Ray."
"Tumben banget deh," Ujar Raya heran dengan sikap Erina yang sedikit aneh.
Upacara pun dimulai. Suasana mulai hening dan para petugas upacara memasuki lapangan. Dua menit kemudian, hand phone Erina berdering. Erina lupa mematikan nada dering hand phone miliknya. Sontak hal itu membuat semua mata tertuju pada Erina yang berada paling belakang.
Satu orang tim Organisasi Sekolah menghampiri Erina dan mengambil hand phonenya.
'Sial~~' gerutu Erina.
Wajahnya memerah selama upacara berlangsung. Erina sangat tidak nyaman dengan situasi yang menyudutkan dirinya. Karena selama ini, Erina tidak pernah merasakan hukuman dari sekolah.
Saat upacara selesai, semua murid memasuki ruangan kelas. Erina gelisah karena saat hand phone para murid lainnya dikembalikan, ia hanya duduk di dalam kelas. Hand phone milik Erina baru akan dikembalikan saat jam sekolah berakhir.
"Erina, hari ini kamu kenapa sih?" tanya Raya.
"Enggak apa-apa Ray," jawab Erina.
~~~
Bel berbunyi dan waktu telah menunjukkan pukul tiga sore. Seluruh murid keluar dari ruangan kelas dan bergegas untuk pulang. Erina dan Raya menuju ruang OSIS untuk mengambil hand phone miliknya yang di tahan di sana.
Erina pun mendapat sanksi karena perbuatannya itu. Ia harus membersihkan halaman kelas di lantai atas. Dengan terpaksa, Erina harus pulang terlambat. Karena merasa kasihan dengan Erina, Raya ikut membantu Erina menyelesaikan tugasnya.
"Terima kasih ya Raya. Kamu memang sahabat terbaikku," Erina memeluk Raya.
"Sama-sama Erina. Yuk, kita ke atas."
Erina dan Raya berjalan menuju lantai atas dengan membawa peralatan kebersihan.
~~~
Setibanya di rumah, Erina langsung menghubungi Gio. Banyak sekali pesan dari Gio yang tidak sempat Erina balas.
Gio mengajak Erina bertemu di sebuah rumah kosong yang dijadikan Gio dan teman-temannya tempat berkumpul.
Apa sih yang dicari ketika berpacaran? Bahagia? Keren? Atau hanya nafsu belaka?Rasanya, semua itu bukan jawaban dari arti kata cinta. Tapi, terlalu naif pula jika kita mencintai tanpa nafsu.Hei! Semua makhluk di dunia ini punya nafsu, tapi cinta dan nafsu tidak selalu berdampingan.Ketika mencintai, sudah pasti ada nafsu. Tapi ketika nafsu, tidak selalu ada perasaan cinta.Dunia ini fana, dosa-dosa yang dilakukan juga sangat manis. Tidak peduli nanti bagaimana. Itulah sebabnya penyesalan akan memainkan perannya di akhir cerita.~~~Gio merangkul Erina yang sedang duduk melamun. Erina mengepalkan jari-jarinya yang mengeluarkan keringat dingin.“Kamu kenapa sih Er?” tanya Gio.“Tidak apa-apa Gio. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman dental tempat ini.”“Udahlah .... Sini!” Gio mengajak Erina duduk di sofa yang sedikit agak kotor.Rumah yang disebut tempat berkumpulnya Gio Dan tem
Author: Ada yang sama nggak sih kalian sama si Erina ini yang kalau sudah cinta, pasti berubah jadi monster. Maksudnya, monster dalam artian posesif gitu. Awalnya sih biasa saja, tapi setelah si Gio ini selingkuh, Erina takut kalau Gio mengulanginya lagi. Apa salah kalau terlalu cinta? Konyol sih tapi yang namanya perasaan itu nggak ada yang tahu.~~~Gubraaaak~~Erina membanting hand phone milik Gio setelah membaca sebuah pesan dari seorang perempuan bernama Rindi.(Rindi: Gio, nanti hubungi aku setelah kamu sudah di rumah ya. Jangan lupa hapus semua pesan kita agar Erina tidak membacanya.)Erina benar-benar marah ketika tahu Gio selingkuh di belakangnya bersama perempuan bernama Rindi. Dan parahnya lagi, Rindi tahu kalau Gio sudah punya pacar. Erina tidak habis pikir. Rayuan apa yang di lakukan Gio terhadap Rindi, sehingga ia mau menjadi selingkuhannya Gio.“Erina! Kamu ini apa-apaan, sih? Ke
“Apa Erina? Gio meminta hal itu dari kamu?” pernyataan Erina membuat Raya mendadak emosi dan tidak habis pikir dengan Gio dan juga sahabatnya Erina.“Iya Ray, aku harus gimana?”“Kenapa harus tanya aku Er? seharusnya kamu tahu jawabannya.”“Maksud kamu?” tanya Erina.“Aduh ... Erina! Kamu nggak ngerti-ngerti ya! kamu pikir lagi deh, kalo semua yang Gio minta itu kamu berikan, aku yakin pasti akan jadi masalah dalam hidup kamu ke depannya,” ujar Raya.“Tapi aku mencintai Gio, Ray ....”“Kamu renungkan lagi deh! jangan sampai kamu salah ambil keputusan.”Raya pergi dari kamar Erina. Tampaknya sahabat Erina itu kesal mendengar apa maunya Gio. Bukannya Raya tidak setuju dengan hubungan Erina dan Gio, tapi Raya sayang pada Erina. Dia tidak mau Gio merusak masa depan Erina.‘Ya Tuhan ... Erina itu anak yang baik.’Erina memang berubah setelah bersama Gio. Dulu rajin, sekarang sering malas-malasan dalam hal belaj
Erina menyambangi rumah Raya yang tidak jauh dari rumahnya. Dia sedikit gugup karena akan berkata jujur pada Raya. Sepanjang perjalanannya, ia merasa tidak yakin bahwa Raya akan mendengar penjelasan Erina.Setelah lima belas menit berjalan, Erina sampai di rumah Raya. Ia mengetuk pintu yang di buka oleh ibunda Raya. Erina masuk ke dalam dan menuju kamar Raya.Pintu kamar Raya yang terbuka, membuat Erina sedikit mengintip kegiatan Raya dari balik pintu. Di dalam, Raya sedang asyik duduk di depan komputer.Erina pun masuk dengan memanggil nama Raya. Raya terkejut dan memutar kursinya ke arah Erina. “Aku ganggu ya?” tanya Erina yang berjalan menghampiri Raya.Raya pun menghentikan sejenak tarian jarinya di atas papan ketik. “Ah ... Nggak kok, Er.” Raya menatap Erina yang tampak gugup.“Ada apa Er?” tanya Raya.“Aku mau main saja ke sini, emang nggak boleh?” Erina membaringkan tubuhnya di ata
Suasana yang semakin tidak terkendali. Di bawah pengaruh minuman alkohol, Erina larut dalam kenikmatan. Sepasang kekasih itu sedang memadu kasih di atas kapas yang beralaskan duri.Kelembutan yang ada akan tergantikan setelah menembus dasar. Erina dan Gio melanggarnya. Lambat laun, mereka akan tenggelam dan menembus ke dalam dasar duri. Hari itu, Gio dan Erina melakukannya lagi.Setelah semua selesai, Gio mengantar Erina pulang. Erina melamun sepanjang perjalanan. Ada yang membuatnya tidak nyaman. “Gio, kenapa kamu melanggar perjanjian kita?”Gio tidak bisa berkata apa-apa. “Gio ... Jawab!” Erina meremas pundak Gio yang sedang mengendarai motor.Gio menghentikan sejenak motornya, dan ia mengajak Erina duduk di bangku taman yang hendak mereka lewati. Gio memegang tangan Erina dengan lembut.Mereka duduk berdampingan dengan wajah pucat yang di pancarkan oleh Erina. “Erina, aku cintai sama kamu. Aku janji, aku tidak akan berbuat macam-macam.
Erina Sandra WirantiAku bangun di pagi hari dan mulai membuka mata. Beranjak dari tempat tidurku lalu melihat sekeliling kamar.Aku melangkahkan kaki di permukaan lantai yang tak terasa di telapak kaki ini. Berjalan ke luar kamar kemudian mengambil segelas air putih.Aku menghampiri ibu dan adikku yang tengah duduk di atas sofa ruang keluarga. Aneh ... Kenapa mereka tidak menyapaku. Bahkan, tidak melirik kedatanganku.Aku duduk di samping ibuku seraya meneguk segelas air yang tidak terasa di tenggorokanku. Ada apa ini? Kenapa pagi ini terasa sangat berbeda?Ibu dan adikku hanya diam dan tidak menghiraukan keberadaanku. Mereka acuh dengan adanya diriku di tengah-tengah mereka.Lalu ibuku menyuruh adikku untuk membangunkan aku di kamar. “Bu ... Aku sudah bangun.” Sahutku. Kenapa mereka tak melihatku?Adikku berjalan menuju kamarku. Aku pun mengikutinya dari belakang. Saat adikku membuka pintu kamar, membuatku tak
*Satu pesan masuk*(Rania: Kamu enggak usah berbelit. Kamu tinggalin Putra sekarang juga. Karena cuma aku yang pantas jadi pacar Putra.)Sudah satu minggu ini Rania terus meghubungi Erina. Rania meminta Erina untuk meninggalkan Putra. Bahkan, Rania berani mengancam Erina jika permintaannya tidak dituruti.Erina tidak menghiraukan Rania yang terus mengganggunya. Sampai akhirnya Erina geram dengan ancaman dari Rania.Erina pun mengajak Rania untuk menemuinya di kantin saat Rania mengisi acara pentas seni yang di adakan oleh Sekolah Erina. Rania mengisi acara dengan menyanyi bersama tim band nya. Saat Rania selesai pentas, ia pergi menemui Erina yang sudah menunggunya di kantin sekolah.Rania duduk berhadapan dengan Erina. Tanpa sapa menyapa, Erina langsung membuka percakapan tanpa basa basi.“Sekarang, kamu jelasin deh! ...." kenapa kamu bilang kalau kamu yang pantas untuk jadi pacar Putra?” tanya Erina dengan tatapan kesal.“Mending kamu tany
Rania adalah seorang vokalis dalam sebuah band yang dibentuk sejak ia duduk di bangku SMA. Hingga saat ini dia kuliah, Rania masih aktif menjadi vokalis.Rania dan Putra bertemu di salah satu kafe di daerah Jakarta. Saat itu, Putra sedang makan, dan Rania tampil di kafe yang sama. Rania dan band nya cukup banyak tawaran untuk tampil di berbagai kafe atau acara-acara live music lainnya.Pertemuan Rania dan Putra terjadi saat Rania pergi ke toilet. Dan saat bersamaan, Putra juga pergi ke toilet. Rania sedang buru-buru karena lima menit lagi dia akan tampil.Rania berjalan cepat menuju toilet dengan sedikit merundukkan kepalanya karena membetulkan kancing bajunya yang tengah lepas.Putra keluar dari toilet dan tanpa sengaja, Rania dan Putra menabrak satu sama lain.“Ah ...., maaf,” ujar Putra.“Tidak apa-apa, saya juga salah taxi jalan enggak lihat-lihat,” sahut Rania.Mereka
Erina Sandra WirantiAku bangun di pagi hari dan mulai membuka mata. Beranjak dari tempat tidurku lalu melihat sekeliling kamar.Aku melangkahkan kaki di permukaan lantai yang tak terasa di telapak kaki ini. Berjalan ke luar kamar kemudian mengambil segelas air putih.Aku menghampiri ibu dan adikku yang tengah duduk di atas sofa ruang keluarga. Aneh ... Kenapa mereka tidak menyapaku. Bahkan, tidak melirik kedatanganku.Aku duduk di samping ibuku seraya meneguk segelas air yang tidak terasa di tenggorokanku. Ada apa ini? Kenapa pagi ini terasa sangat berbeda?Ibu dan adikku hanya diam dan tidak menghiraukan keberadaanku. Mereka acuh dengan adanya diriku di tengah-tengah mereka.Lalu ibuku menyuruh adikku untuk membangunkan aku di kamar. “Bu ... Aku sudah bangun.” Sahutku. Kenapa mereka tak melihatku?Adikku berjalan menuju kamarku. Aku pun mengikutinya dari belakang. Saat adikku membuka pintu kamar, membuatku tak
Suasana yang semakin tidak terkendali. Di bawah pengaruh minuman alkohol, Erina larut dalam kenikmatan. Sepasang kekasih itu sedang memadu kasih di atas kapas yang beralaskan duri.Kelembutan yang ada akan tergantikan setelah menembus dasar. Erina dan Gio melanggarnya. Lambat laun, mereka akan tenggelam dan menembus ke dalam dasar duri. Hari itu, Gio dan Erina melakukannya lagi.Setelah semua selesai, Gio mengantar Erina pulang. Erina melamun sepanjang perjalanan. Ada yang membuatnya tidak nyaman. “Gio, kenapa kamu melanggar perjanjian kita?”Gio tidak bisa berkata apa-apa. “Gio ... Jawab!” Erina meremas pundak Gio yang sedang mengendarai motor.Gio menghentikan sejenak motornya, dan ia mengajak Erina duduk di bangku taman yang hendak mereka lewati. Gio memegang tangan Erina dengan lembut.Mereka duduk berdampingan dengan wajah pucat yang di pancarkan oleh Erina. “Erina, aku cintai sama kamu. Aku janji, aku tidak akan berbuat macam-macam.
Erina menyambangi rumah Raya yang tidak jauh dari rumahnya. Dia sedikit gugup karena akan berkata jujur pada Raya. Sepanjang perjalanannya, ia merasa tidak yakin bahwa Raya akan mendengar penjelasan Erina.Setelah lima belas menit berjalan, Erina sampai di rumah Raya. Ia mengetuk pintu yang di buka oleh ibunda Raya. Erina masuk ke dalam dan menuju kamar Raya.Pintu kamar Raya yang terbuka, membuat Erina sedikit mengintip kegiatan Raya dari balik pintu. Di dalam, Raya sedang asyik duduk di depan komputer.Erina pun masuk dengan memanggil nama Raya. Raya terkejut dan memutar kursinya ke arah Erina. “Aku ganggu ya?” tanya Erina yang berjalan menghampiri Raya.Raya pun menghentikan sejenak tarian jarinya di atas papan ketik. “Ah ... Nggak kok, Er.” Raya menatap Erina yang tampak gugup.“Ada apa Er?” tanya Raya.“Aku mau main saja ke sini, emang nggak boleh?” Erina membaringkan tubuhnya di ata
“Apa Erina? Gio meminta hal itu dari kamu?” pernyataan Erina membuat Raya mendadak emosi dan tidak habis pikir dengan Gio dan juga sahabatnya Erina.“Iya Ray, aku harus gimana?”“Kenapa harus tanya aku Er? seharusnya kamu tahu jawabannya.”“Maksud kamu?” tanya Erina.“Aduh ... Erina! Kamu nggak ngerti-ngerti ya! kamu pikir lagi deh, kalo semua yang Gio minta itu kamu berikan, aku yakin pasti akan jadi masalah dalam hidup kamu ke depannya,” ujar Raya.“Tapi aku mencintai Gio, Ray ....”“Kamu renungkan lagi deh! jangan sampai kamu salah ambil keputusan.”Raya pergi dari kamar Erina. Tampaknya sahabat Erina itu kesal mendengar apa maunya Gio. Bukannya Raya tidak setuju dengan hubungan Erina dan Gio, tapi Raya sayang pada Erina. Dia tidak mau Gio merusak masa depan Erina.‘Ya Tuhan ... Erina itu anak yang baik.’Erina memang berubah setelah bersama Gio. Dulu rajin, sekarang sering malas-malasan dalam hal belaj
Author: Ada yang sama nggak sih kalian sama si Erina ini yang kalau sudah cinta, pasti berubah jadi monster. Maksudnya, monster dalam artian posesif gitu. Awalnya sih biasa saja, tapi setelah si Gio ini selingkuh, Erina takut kalau Gio mengulanginya lagi. Apa salah kalau terlalu cinta? Konyol sih tapi yang namanya perasaan itu nggak ada yang tahu.~~~Gubraaaak~~Erina membanting hand phone milik Gio setelah membaca sebuah pesan dari seorang perempuan bernama Rindi.(Rindi: Gio, nanti hubungi aku setelah kamu sudah di rumah ya. Jangan lupa hapus semua pesan kita agar Erina tidak membacanya.)Erina benar-benar marah ketika tahu Gio selingkuh di belakangnya bersama perempuan bernama Rindi. Dan parahnya lagi, Rindi tahu kalau Gio sudah punya pacar. Erina tidak habis pikir. Rayuan apa yang di lakukan Gio terhadap Rindi, sehingga ia mau menjadi selingkuhannya Gio.“Erina! Kamu ini apa-apaan, sih? Ke
Apa sih yang dicari ketika berpacaran? Bahagia? Keren? Atau hanya nafsu belaka?Rasanya, semua itu bukan jawaban dari arti kata cinta. Tapi, terlalu naif pula jika kita mencintai tanpa nafsu.Hei! Semua makhluk di dunia ini punya nafsu, tapi cinta dan nafsu tidak selalu berdampingan.Ketika mencintai, sudah pasti ada nafsu. Tapi ketika nafsu, tidak selalu ada perasaan cinta.Dunia ini fana, dosa-dosa yang dilakukan juga sangat manis. Tidak peduli nanti bagaimana. Itulah sebabnya penyesalan akan memainkan perannya di akhir cerita.~~~Gio merangkul Erina yang sedang duduk melamun. Erina mengepalkan jari-jarinya yang mengeluarkan keringat dingin.“Kamu kenapa sih Er?” tanya Gio.“Tidak apa-apa Gio. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman dental tempat ini.”“Udahlah .... Sini!” Gio mengajak Erina duduk di sofa yang sedikit agak kotor.Rumah yang disebut tempat berkumpulnya Gio Dan tem
Ketika engkau masuk dalam hidupku,Ketika engkau menampakkan wajahmu,Ketika engkau mampu menyihirku dengan mata indahmu, danKetika itu lah aku mencintaimu.Ku sambut engkau wahai kasihku dan persilahkan kau memasuki ruang hatiku yang kosong.Kau bawa aku terbang jauh bersama sayap-sayap cintamu yang elok.Kamu sudah memainkan peranmu dengan sangat baik. Sehingga, aku dibutakan oleh Cinta.Cinta yang membuat hidup menjadi mati, dan yang mati menjadi hidup. Semua makhluk di dunia ini punya cinta. Tapi, banyak pula yang tidak mengerti tentang makna cinta. Ada yang memiliki tapi tidak merasakan. Ada pula yang merasakan, tapi tidak dapat memiliki.Tidak ada cinta yang sempurna di dunia ini. Melainkan, proses yang menyempurnakan cinta.~~~Hidup Erina dipenuhi banyak cinta. Dia sama sekali tidak kekurangan cinta dan kasih sayang. Usianya memang masih sangat muda, dan mungkin belum saat nya ia meras
Setelah Rania dan Putra melakukan hubungan intim, Rania tidak pernah muncul lagi dihadapan Putra. Rania sibuk dengan urusannya, begitu juga dengan Putra yang sibuk kuliah.Hingga pada akhirnya, Putra bertemu Erina di Mall Puri Indiah Jakarta. Saat itu, Erina sedang mencari kado untuk Raya, sahabat Erina. Putra adalah kakak kelas Erina sewaktu SMP. Mereka bertemu kembali setelah hampir tiga tahun tidak bertemu.Di toko parfum yang ada di Mall itu, Erina dan Putra bertemu. Erina yang masih mengenakan seragam sekolah, terlihat lesu karena tidak sempat pulang terlebih dahulu.“Erina ....,” sapa Putra.“Eh, Kak Putra. Ngapain di sini Kak?”“Ini, aku lagi cari-cari parfum,” jawab Putra.“Oh~~ ya udah deh Kak, aku duluan ya,” Erina pergi meninggalkan Putra.“Erina! ....,” terisak Putra.Erina pun menengok ke arah Putra.“Iya, ada apa Kak?” tanya Erina.“Aku boleh kan simpan nomor kamu?”“Oh, boleh kok Kak.”Merek
Rania adalah seorang vokalis dalam sebuah band yang dibentuk sejak ia duduk di bangku SMA. Hingga saat ini dia kuliah, Rania masih aktif menjadi vokalis.Rania dan Putra bertemu di salah satu kafe di daerah Jakarta. Saat itu, Putra sedang makan, dan Rania tampil di kafe yang sama. Rania dan band nya cukup banyak tawaran untuk tampil di berbagai kafe atau acara-acara live music lainnya.Pertemuan Rania dan Putra terjadi saat Rania pergi ke toilet. Dan saat bersamaan, Putra juga pergi ke toilet. Rania sedang buru-buru karena lima menit lagi dia akan tampil.Rania berjalan cepat menuju toilet dengan sedikit merundukkan kepalanya karena membetulkan kancing bajunya yang tengah lepas.Putra keluar dari toilet dan tanpa sengaja, Rania dan Putra menabrak satu sama lain.“Ah ...., maaf,” ujar Putra.“Tidak apa-apa, saya juga salah taxi jalan enggak lihat-lihat,” sahut Rania.Mereka