Share

Siapa Yang Minta Bayar Sewa?

92

"Padahal sabet aja, Ken," seloroh Sandy, sesaat setelah aku menceritakan tentang sosok Tante pemilik salon yang ternyata sering menanyakanku pada pegawai kelab.

"Sabet pala lu!" sungutku. "Ngeri tau, dipandangin kayak harimau tengah mengincar mangsa," terangku.

"Cantik nggak sih?" sela Panji.

"Cantiklah. Pemilik salon gitu, loh!" seru Ijan.

"Kupikir masih awal tiga puluhan, taunya udah hampir empat puluh," sahut Willy. "Tapi bodynya oke dan aku yakin kulitnya pasti mulus," sambungnya seraya tersenyum.

"Kamu aja yang nyamber sana! Aku masih waras," ungkapku.

"Dikata aku kurang setengah ons?" Willy mencebik.

"Kalau dihitung-hitung kita ini udah pantes jadi anaknya," imbuhku.

"Emang umurnya berapa?" cetus Brenda.

"Tiga puluh delapan, kata Mas David yang pernah ngobrol sama dia," paparku.

"Cuma beda beberapa tahun dari ibuku," celetuk Humaira.

"Makanya itu aku ngeri. Bisa-bisa keperjakaanku hilang." Aku cepat-cepat menutup mulut karena keceplosan bicara. Sementara yang lainnya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status