Share

Capek Ngasuh Bocah Pecicilan

100

Senin pagi Mang Idim sudah menjemputku. Pria berkulit kecokelatan tersebut menolak diajak sarapan, tetapi ketika diberikan dua kotak kue senyumannya langsung mengembang. Setelah berpamitan pada kedua orang tua, aku dan Mang Idim jalan bersisian menuju mobil.

Tak berselang lama mobil CRV putih milik Kak Devan yang kusewa meluncur di jalan utama kompleks. Mang Idim membelokkan mobil ke kiri setibanya di jalan raya. Beberapa ratus meter berikutnya mobil memasuki gerbang kompleks yang tipe rumahnya lebih kecil dibandingkan kompleks yang kutempati.

Dari kejauhan tampak seorang pria berdiri di depan gerbang depan blok yang letaknya agak di belakang kompleks. Ijan yang kali ini mengenakan kemeja hijau daun kangkung, langsung memasuki kursi bagian tengah sesaat setelah Mang Idim berhenti.

"Tumben kamu udah mejeng di depan, Jan," tuturku sembari membalikkan badan dan mengulurkan wadah makanan berisi jajanan tradisional yang langsung disambut Ijan dengan semangat.

"Di dalam blok banyak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status