Kerajaan Vederic
Ada Levator yang sudah tidak sabar untuk pergi ke kerajaan Sylvamoon.Di mana hari ini ia akan menikah dengan Elena, putri kedua dari Talamus yang memiliki kecantikan tiada tandingannya."Aku sungguh akan merasa begitu bahagia dan sejahtera setelah menikah dengannya," gumamnya dengan senang kala mengingat pertemuan pertamanya kemarin dengan Elena.Levator terus menyunggingkan bibirnya dengan manis kala mengingat betapa cantiknya Elena.Levator menoleh kala pintu diketuk.Terlihat Federic berjalan menghampirinya."Kau terlihat senang sekali putraku," ujar Federic yang bisa melihat betapa bahagianya Levator."Iya ayah, Levator sangat bahagia sekali hari ini. Di mana Levator akan menikah dengan Elena, putri kerajaan tercantik yang pernah Levator temui," akuinya yang beberapa kali memuji dan mengagumi kecantikan Elena.Federic tertawa mendengar pengakuan putranya."Ya, ayah rasa Elena sangat cocok denganmu. Setelah menikah nanti kalian akan menjadi penguasa pack yang paling terkuat dengan ras campuran," ujar Federic yang merasa senang kala bisa menciptakan pemimpin dengan ras campuran di mana hal itu akan menciptakan seorang pemimpin yang kuat dan tangguh tak terkalahkan.Levator terlihat begitu bahagia dan begitu berbinar kala mendengar pernyataan ayahnya."Tapi yah, kenapa Talamus mengurung Elena dan menyembunyikan keberadaannya selama ini? Bahkan Talamus selalu mengatakan jika putrinya hanya Selene? Bagaimana tanggapan para warganya nanti setelah tahu jika ia memiliki dua putri?" tanya Levator yang juga penasaran dengan alasan Talamus menyembunyikan keberadaan Elena.Federic membuang napas gusar, menarik kursi di samping Levator."Ayah sendiri juga tidak tahu persis alasan Talamus melakukan hal itu, tapi kata Moon Goddes kemarin, Elena adalah sesuatu yang besar yang harus dijaga dengan baik dari orang- orang di sekitarnya, tak hanya itu, Moon Goddes juga mengatakan jika sangat berbahaya andai Elena dipasangkan dengan serigala, itu akan membuat bangsa vampir punah di tangannya," jelas Federic yang mana kemarin ia berbicara dengan Moon Goddes alasan Levator harus menikahi Elena, putri tersembunyi Talamus.Levator diam dan berpikir, mencoba mencerna dengan baik ucapan ayahnya."Menurut ayah, apa yang membuat Elena begitu berbahaya dan harus dijaga? Apa ada sesuatu yang ia miliki atau mungkin ia kuasai mengingat Talamus menjaganya dengan begitu baik bahkan menyembunyikannya selama bertahun- tahun dari kita semua?" tanya Levator yang menebak tentang siapa sebenarnya Elena.Lagi- lagi Federic menghela napasnya gusar."Ayah juga belum mengerti dengan alasan Talamus melakukan hal itu, jika bukan karena pertemuan kemarin, ayah mungkin juga tidak akan tahu jika Talamus memiliki dua putri," katanya dengan jujur di mana Federic sendiri juga mencari jawaban dari rasa penasarannya saat ini.Levator membuang napasnya, mencoba berpikir tentang siapa Elena sebenarnya."Apa ayah bertanya pada Moon Goddes terkait siapa alpha yang beruntung untuk mendapatkan Elena sebelum dinikahkan denganku?" tanya Levator dengan rasa ingin tahu yang besar.Federic diam, menatap Levator dengan raut wajah yang tampak menyembunyikan sesuatu."Tidak ada," jawab Federic dengan singkat dan bergegas bangkit dari kursinya dan berlalu keluar dari kamar Levator."Tidak ada? Mana mungkin? Lalu siapa Alpha yang disebut Moon Goddes yang memiliki raga besi jiwa tak tertandingi?" gumam Levator bertanya- tanya perihal pasangan Elena yang kemarin malam sempat dibicarakan oleh Moon Goddes dan Talamus....Kerajaan LykantorDi ruang singgasana, ada Hagen yang tengah mengumpulkan penasehat, pemyihir serta beta dan gama."Malam ini kamu akan berangkat ke Sylvamoon, kamu sudah siap putraku?" tanya Hagen untuk melihat keyakinan dalam diri Duke."Duke siap ayah," jawab Duke dengan tegas di mana semua mata kini tertuju padanya."Apa kamu memerlukan bekal untuk tugasmu?" tanya Hagen dengan penuh rasa khawatir."Maaf menyela Yang Mulia, namun melihat kemampuan Alpha kita, apa yang perlu diragukan lagi. Alpha bisa mengatasi semua dengan sekali tindakan," sela Laon, selaku penasehat kerajaan.Hagen terlihat diam menahan amarah saat ini."Meski ia bisa mengalahkanmu, bukan berati dia tidak bisa terluka," ujar Hagen dengan begitu menohok membuat Duke dan teman - temannya mencoba menahan senyum.Laon langsung diam, menggerutu dalam hati."Maaf Yang Mulia, berapa lama Alpha akan berada di kerajaan Sylvamoon?" tanya Estric, penyihir kerajaan kepercayaan Duke."Wah lihatlah dirimu, aku belum juga pergi tapi sepertinya kamu sudah begitu merindukanku, apa kamu takut tidak bisa bertemu denganku? Kamu bisa datang ke Sylvamoon untuk melihatku," gurau Duke membuat Hagen tersenyum samar.Estric terlihat memutar kedua bola matanya dengan malas kala mendengar ucapan Duke.Meski Duke dan Estric usianya sepantaran, namun entah kenapa mereka sulit sekali untuk akrab.Meski hanya pertengkaran kecil namun ada saja sesuatu yang akan mereka ributkan."Asal kamu tahu, aku selalu berdoa setiap hari untuk tidak bertemu denganmu," tekan Estric dengan pelan dan penuh dengan penekanan.Duke menautkan kedua alisnya, terlihat kesal."Ada apa dengan semua orang di kerajaan? Kenapa mereka selalu berdoa untuk tidak bertemu denganku? Apa aku sebegitu berat untuk dilupakan? Aku jadi tidak tega untuk meninggalkanmu Estric," ujar Duke sedikit berbisik pada Estric."Enyah dari sampingku sebelum kusihir menjadi unicorn," ancam Estric membuat Duke mendramatisir ketakutan dengan ancaman Estric.Hagen dan lainnya yang melihat pertengkaran kecil antara mereka berdua hanya bisa menggelengkan kepala pelan....Kerajaan SylvamoonAda Elena yang kini tengah dirias di ruangan gelap nan lembab tempat dia dikurung.Terlihat beberapa dayang tengah sibuk memasangkan beberapa pernak- pernik pada rambut Elena."Tuan putri benar- benar sangat cocok dan begitu cantik sekali dengan gaun ini," puji salah satu dayang untuk memecah keheningan di antara mereka."Sebenarnya tuan putri tidak perlu dirias, wajah tuan putri benar- benar sangat cantik secara alami," puji dayang satunya yang mana hal itu tidak ditanggapi oleh Elena.Elena sendiri sedang memikirkan bagaimana caranya kabur dari pernikahan ini.Otaknya terus berpikir keras untuk mencari cara namun hatinya terus berharap akan kedatangan Duke untuk menjemputnya."Di mana kakak dan ibu?" tanya Elena pada para dayang yang merias dirinya."Ratu dan tuan putri Selene sedang dirias tuan putri," jawab dayang tersebut."Lalu ayah?" tanya Elena lagi."Yang Mulia sedang menunggu kedatangan keluarga mempelai pria," jawab dayang itu lagi.Elena membuang napas gusar untuk kesekian kalinya."Cepat keluar, Yang Mulia akan segera kemari karena keluarga mempelai prianya sudah datang," suruh para guard pada para dayang."Baik, saya akan pergi setelah membereskan semua ini," jawab dayang tersebut.Elena mencoba menenangkan dirinya yang semakin gelisah dan sedikit panik kala mendengar keluarga Levator sudah datang.Para dayang itu langsung pergi setelah mereka selesai mengemasi barang- barangnya.Dan kini hanya menyisakan Elena seorang diri."Ayo keluar!" Elena menole kala mendengar suara tersebut."Ayo keluar!"Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan. Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena. "Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke. Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat. "Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena. Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra. Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus. Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena. "Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjal
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Kerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Kerajaan LykantorDi dalam ruangan yang gelap dan dingin, lantai yang lembab serta penerang ruangan dari obor, ada Duke yang duduk termenung menatap langit malam dari celah jendela. Duke Hagen Martus, pewaris tunggal sekaligus putra mahkota kerajaan Lykantor.Karena kekuatan yang Duke miliki dia diasingkan oleh ayahnya, Hagen. Semua orang menyakini jika kekuatan yang dimiliki Duke adalah sebuah kutukan gelap dan misterius, di mana kekuatannya bisa membahayakan orang- orang di sekitarnya.Karena itu Moon Goddes tidak memasangkan Duke dengan matenya di usia yang sudah berkepala tiga demi keselamatan bersama.Duke melirik sekilas kala pintu tua nan besar itu dibuka.Terlihat beberapa guard berdiri tak jauh dari Duke."Maaf Alpha, Raja Hagen meminta kami untuk menjemputmu," beritahu guard pada Duke dengan penuh hormat.Duke yang mendengar hal itu, perlahan merubah posisinya menghadap mereka, tatapan datar sekilas melihat pintu tua yang terbuka.Udara segar di malam hari serta angin sepo
Kerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a
"Ayo keluar!"Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan. Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena. "Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke. Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat. "Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena. Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra. Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus. Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena. "Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjal
Kerajaan VedericAda Levator yang sudah tidak sabar untuk pergi ke kerajaan Sylvamoon.Di mana hari ini ia akan menikah dengan Elena, putri kedua dari Talamus yang memiliki kecantikan tiada tandingannya."Aku sungguh akan merasa begitu bahagia dan sejahtera setelah menikah dengannya," gumamnya dengan senang kala mengingat pertemuan pertamanya kemarin dengan Elena.Levator terus menyunggingkan bibirnya dengan manis kala mengingat betapa cantiknya Elena.Levator menoleh kala pintu diketuk.Terlihat Federic berjalan menghampirinya."Kau terlihat senang sekali putraku," ujar Federic yang bisa melihat betapa bahagianya Levator."Iya ayah, Levator sangat bahagia sekali hari ini. Di mana Levator akan menikah dengan Elena, putri kerajaan tercantik yang pernah Levator temui," akuinya yang beberapa kali memuji dan mengagumi kecantikan Elena.Federic tertawa mendengar pengakuan putranya."Ya, ayah rasa Elena sangat cocok denganmu. Setelah menikah nanti kalian akan menjadi penguasa pack yang pali
Kerajaan SylvamoonElena mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan.Pandangannya terlihat sedikit buram.Tampak semua orang mengelilinginya dengan raut wajah yang sangat cemas."Elena, kamu sudah sadar sayang?" tanya Mora sembari mengusap tangan Elena.Elena melihat Mora dengan kesadaran yang belum pulih."Kamu dari mana saja tadi?" kini giliran Selene yang bertanya, di mana ia duduk di samping kanan Elena.Elena berusaha untuk bangun, membuat Mora dan Selene membantu Elena untuk bersandar."Apa para vampir itu menyakitimu?" Elena mengangkat kepalanya, melihat Talamus dengan senyuman yang samar serta gelengan kepala.Talamus menghembuskan napas lega kala mendengar hal itu."Lain kali kamu jangan sembarangan pergi ya? Minta para guard untuk mendampingimu," beritahu Mora dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa cemas dan khawatirnya saat ini.Talamus memandangi lekat putrinya."Kamu sengaja keluar bukan?" tanya Talamus dengan nada suara yang kini terdengar menahan marah.Elena me