"Ayo keluar!"
Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan.Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena."Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke.Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat."Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena.Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra.Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus.Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena."Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjalan di belakangnya hanya tersenyum samar."Berada di dalam ruangan yang gelap dan dikucilkan nyatanya tidak begitu menyedihkan, selain aman dari orang-orang manipulatif, rasanya sangat tenang karena terhindar dari rumor yang anda sebarkan," jawab Duke dengan santai tanpa merasa terpancing emosinya.Duke kembali menambahkan, "Rasanya sangat istimewa ketika kita disembunyikan dengan aman karena kekuatan yang kita miliki. Seperti kita ditakuti oleh banyak orang."Talamus yang mendengar hal itu, merasa kesal.Duke yang melihat Talamus hanya diam mati kutu kini menyunggingkan senyum tipis.Saat mereka berdua sampai di depan ruangan tempat Elena di kurung, Duke dengan sengaja melontarkan pertanyaan, "Kenapa kita kemari?"Talamus melihat Duke dengan ekspresi datar dan dingin."Tidak semua hal bisa kamu tanyakan," jawab Talamus sekilas sebelum ia masuk ke dalam ruangan.Duke yang mendengar hal itu di mana ia bisa melihat rasa marah Talamus, merasa puas saat ini.Terlebih ia sudah memerintahkan Astra mengeluarkan Elena dari sana membuat Duke semakin puas.Ya, Astra merasa setuju setelah Duke menjelaskan semuanya secara detail kenapa ia memilih untuk membantu Elena."GUARD!" teriak Talamus membuat Duke tersenyum dan bergegas masuk ke dalam ruangan."Ada apa?" tanya Duke dengan segala drama yang ia lakukan.Talamus terlihat sangat marah dan terkejut kala tidak mendapati Elena di dalam ruangannya."Putriku menghilang," jawab Talamus singkat sebelum berlari keluar.Duke tersenyum tipis dan bergegas mengikuti Talamus.Beberapa guard seketika langsung datang menghampiri Talamus."Di mana putriku?" tanya Talamus dengan dingin membuat semua guard saling menatap satu sama lain.Melihat para guard saling menatap satu sama lain membuat Talamus sontak murka.WushSemua guard terpental ke belakang kala Talamus mengayunkan tangannya.Duke sedikit terhentak kala Talamus mempunyai kekuatan angin hembus.Dengan tatapan yang terkejut Duke melihat Talamus dari samping dengan rasa tak percaya."Bagaimana bisa ia memiliki kekuatan itu?" batin Duke dalam hati."Cepat temukan putriku!" teriak Talamus keras membuat semua guard langsung bangun dan berpencar untuk menemukan Elena.Talamus beralih melihat Duke yang masih tertegun menatapnya."Tolong temukan putriku, selagi aku mengulur waktu Vederic," perintah Talamus pada Duke.Duke hanya mengangguk membuat Talamus merogoh sesuatu dari dalam balik jubahnya.Benang emas."Bawa ini selagi kamu mencarinya. Benang ini akan menuntunmu untuk menemukannya," dengan sedikit ragu Duke menerima benang emas tersebut.Talamus segera pergi untuk menemui Vederic sebelum mereka mencurigai hilangnya Elena.Duke meremas kuat benang tersebut dan lenyap dengan mudah."Ia benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan," gumam Duke yang mana ia segera pergi dari Kerajaan Sylvamoon untuk melihat Elena.•••Kerajaan LykantorAda Elena yang kini dikelilingi oleh Astra dan beberapa pria lainnya."Dia sungguh seorang wanita?" tanya paman Hoba kala melihat Elena untuk kali pertamanya."Apa dia terlihat seperti unta di mata paman?" tanya balik Matteo membuat paman Hoba sontak melihat Matteo dengan datar."Matteo tahu dia cantik, tapi bukankah paman harus sadar berapa usia paman sekarang?" goda Galen membuat paman Hoba menghembuskan napas besar."Apa memandangi perempuan cantik ada batasan usianya?" dengan kompak Matteo dan Galen menganggukkan kepalanya membuat Elena menahan senyumnya.Astra yang melihat perdebatan mereka hanya bisa memutar bola matanya dengan malas."Lalu di mana Duke sekarang?" tanya paman Hoba kala ia belum melihat keponakan kesayangannya."Tunggu sebentar. Dia akan datang sebentar lagi," jawab Astra dengan penuh keyakinan.Paman Hoba terlihat mengangguk dengan percaya."Lalu bagaimana dengan sekarang? Apa kita akan menyembunyikan dia sampai besok?" tanya paman Hoba pada Astra."Tidak. Kalau perlu selamanya," jawab Galen membuat Matteo mengangguk setuju."Kita tunggu keputusan Alpha," jawab Astra dengan bijak.Elena melihat mereka dengan rasa yang sedikit sungkan dan sedikit merasa tak enak hati karena membebani mereka semua."Biarkan dia di sini sampai semuanya aman," sontak semua kepala langsung menoleh kala suara Alpha memenuhi ruang tengah.Elena melihat Duke dengan lama dan ada rasa begitu bungah, karena Duke dia bisa kabur dari pernikahan dan bebas dari ruangan gelap tersebut."Bagaimana jika Talamus menemukannya di sini?" tanya Astra yang terlihat begitu menentang akan keberadaan Elena di Kerajaan Lykantor.Duke menghirup napas dalam dan ikut duduk melingkar bersama mereka."Aku bisa mengaturnya," jawab Duke dengan yakin dan penuh percaya diri membuat paman Hoba menyipitkan tatapannya.Elena melihat Duke dari samping, merasa berhutang budi padanya."Lalu bagaimana dengan ayahmu? Kamu bisa mengaturnya?" tanya paman Hoba membuat semua mata melihatnya.Duke tersenyum manis, diikuti Matteo dan Galen."Jangan tersenyum seperti itu. Senyuman kalian membuat bulu paman berdiri," ujar Paman Hoba yang langsung mengalihkan tatapannya kala mengerti maksud senyuman mereka bertiga."Bukankah paman sangat menyayangi Duke? Hanya paman yang bisa meluluhkan hati ayah," rayu Duke membuat paman Hoba tersenyum masam, berdecih pelan."Kini kamu memuji paman saat kamu menginginkan sesuatu? Ingin rasanya paman merebus kalian bertiga di dalam kuali," gumam paman Hoba dengan geram.Paman Hoba mengangkat kepalanya, melihat Astra yang hanya diam dan berdiri tanpa ekspresi."Sejak tadi kamu tidak memperlihatkan senyum sedikitpun. Apa mulutmu terluka? Berbicaralah satu kata," goda paman Hoba yang mana ia tahu sikap dingin Astra pada orang asing.Elena melihat Astra, dari awal Elena juga bisa merasakan bagaimana respon Astra padanya."Aku pergi," ujar Astra dingin dan melenggang keluar dari ruang tengah."Astaga anak itu, apa aku harus mengajarinya berbicara? Ia sangat dingin sekali," gumam paman Hoba sembari melirik Elena sekilas."Bagaimana jika aku pergi saja dari sini? Aku bisa bersembunyi di tempat lain," usul Elena yang tak ingin memecah mereka."Tidak, tetaplah di sini. Aku akan merasa tenang saat bisa mengawasimu," tegas Duke membuat paman Hoba dan sikembar menatap Duke dengan tak percaya.Duke menaikkan sebelah alisnya."Kenapa?" tanya Duke dengan sengit kala tahu ekspresi mereka yang begitu menjengkelkan seakan tengah meledeknya."Aku merasa perutku seperti keluar kupu- kupu," goda Matteo membuat mereka tergelak kecuali Elena yang kini malah tersipu malu sembari melirik Duke.Duke berdecak dan memilih untuk pergi dari sana.•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Kerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Kerajaan LykantorDi dalam ruangan yang gelap dan dingin, lantai yang lembab serta penerang ruangan dari obor, ada Duke yang duduk termenung menatap langit malam dari celah jendela. Duke Hagen Martus, pewaris tunggal sekaligus putra mahkota kerajaan Lykantor.Karena kekuatan yang Duke miliki dia diasingkan oleh ayahnya, Hagen. Semua orang menyakini jika kekuatan yang dimiliki Duke adalah sebuah kutukan gelap dan misterius, di mana kekuatannya bisa membahayakan orang- orang di sekitarnya.Karena itu Moon Goddes tidak memasangkan Duke dengan matenya di usia yang sudah berkepala tiga demi keselamatan bersama.Duke melirik sekilas kala pintu tua nan besar itu dibuka.Terlihat beberapa guard berdiri tak jauh dari Duke."Maaf Alpha, Raja Hagen meminta kami untuk menjemputmu," beritahu guard pada Duke dengan penuh hormat.Duke yang mendengar hal itu, perlahan merubah posisinya menghadap mereka, tatapan datar sekilas melihat pintu tua yang terbuka.Udara segar di malam hari serta angin sepo
Kerajaan SylvamoonTampak Talamus sedang mengumpulkan para penasehat dan penyihir atau dukun kerajaan."Apa yang membuat Yang Mulia tampak resah dan gelisah? Apa sesuatu menganggu pikiran Yang Mulia?" tanya Obara, selaku penasehat kerajaan.Talamus melihat Obara dengan helaan napas yang sedikit gusar."Aku meminta Hagen untuk mengirim Duke ke kerajaan," jawab Talamus pelan membuat beberapa dari mereka tampak terkejut dan ketakutan."Kenapa Yang Mulia meminta Duke yang penuh kutukan itu untuk datang kemari? Bagaimana jika dia membuat masalah? Apa tak masalah dengan kutukan yang banyak dibicarakan di luar sana?" tanya Lexus, penyihir kerajaan yang terkenal akan kekuatannya.Talamus mencoba untuk tenang, melihat sekilas istri dan putrinya."Aku hanya ingin memanfaatkan kekuatan Duke untuk melindungi kita semua. Kurasa sekelompok Rogue kemarin tidak seperti biasa, mereka tahu kelemahan kerajaan, bahkan mereka sangat paham di mana kita meletakkan batu api abadi itu," jelas Talamus kala sek
Kerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a
"Ayo keluar!"Elena menoleh kala mendengar suara serak tersebut, keningnya berkerut kala melihat pria tinggi nan tampan. Astra langsung masuk ke dalam ruangan, mendekati Elena. "Kamu pria waktu itu?" Astra mengangguk membuat Elena melihat ke belakang, berharap melihat Duke. Astra yang memiliki pendengaran yang tajam, bisa mendengarkan langkah kaki yang mendekat. "Ayo ikut denganku jika kamu ingin keluar dari sini," ajak Astra dengan singkat yang mana hal itu langsung diangguki oleh Elena. Elena langsung beranjak dari kursi, berjalan di belakang Astra. Keduanya lewat belakang, sebelum tepergok Talamus. Di tempat lain ada Talamus dan Duke yang tengah berjalan menuju ruangan Elena. "Kamu pasti merasa sangat senang bukan karena bisa bebas dari ruangan terkutuk yang telah mengurungmu selama 5 tahun ini? Bukankah kamu seharusnya berterima kasih padaku? Berkat aku kamu bisa keluar dan bebas untuk menghirup udara segar," tanya Talamus dengan nada yang mengejek membuat Duke yang berjal
Kerajaan VedericAda Levator yang sudah tidak sabar untuk pergi ke kerajaan Sylvamoon.Di mana hari ini ia akan menikah dengan Elena, putri kedua dari Talamus yang memiliki kecantikan tiada tandingannya."Aku sungguh akan merasa begitu bahagia dan sejahtera setelah menikah dengannya," gumamnya dengan senang kala mengingat pertemuan pertamanya kemarin dengan Elena.Levator terus menyunggingkan bibirnya dengan manis kala mengingat betapa cantiknya Elena.Levator menoleh kala pintu diketuk.Terlihat Federic berjalan menghampirinya."Kau terlihat senang sekali putraku," ujar Federic yang bisa melihat betapa bahagianya Levator."Iya ayah, Levator sangat bahagia sekali hari ini. Di mana Levator akan menikah dengan Elena, putri kerajaan tercantik yang pernah Levator temui," akuinya yang beberapa kali memuji dan mengagumi kecantikan Elena.Federic tertawa mendengar pengakuan putranya."Ya, ayah rasa Elena sangat cocok denganmu. Setelah menikah nanti kalian akan menjadi penguasa pack yang pali
Kerajaan SylvamoonElena mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan.Pandangannya terlihat sedikit buram.Tampak semua orang mengelilinginya dengan raut wajah yang sangat cemas."Elena, kamu sudah sadar sayang?" tanya Mora sembari mengusap tangan Elena.Elena melihat Mora dengan kesadaran yang belum pulih."Kamu dari mana saja tadi?" kini giliran Selene yang bertanya, di mana ia duduk di samping kanan Elena.Elena berusaha untuk bangun, membuat Mora dan Selene membantu Elena untuk bersandar."Apa para vampir itu menyakitimu?" Elena mengangkat kepalanya, melihat Talamus dengan senyuman yang samar serta gelengan kepala.Talamus menghembuskan napas lega kala mendengar hal itu."Lain kali kamu jangan sembarangan pergi ya? Minta para guard untuk mendampingimu," beritahu Mora dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa cemas dan khawatirnya saat ini.Talamus memandangi lekat putrinya."Kamu sengaja keluar bukan?" tanya Talamus dengan nada suara yang kini terdengar menahan marah.Elena me