"Aku mulai berpikir bahwa kau memiliki garis keturunan peri pohon sejak hari dimana kau menyelamatkan nyawaku. Sebelum kehilangan kesadaran, aku seperti melihat cahaya bintang di matamu." "Benarkah?" "Hmm... mereka bilang keluarga kerajaan yang sesungguhnya memiliki bintang dimata mereka. Itu yang dikatakan buku kuno. Aku tidak menemukan satu bintang dari catatan atau poto dari raja dan ratu terdahulu, sehingga aku tidak bisa menyimpulkan raja yang sekarang bukanlah raja yang sebenarnya. Akan tetapi, setelah melihatnya secara langusng, aku paham apa maksud dari kalimat itu." mereka berdua duduk di tepi tempat tidur, memandang pada badai di luar sana. "Aku butuh waktu untuk pulih, dan ketika bertemu kembali, aku bertanya apakah saat itu aku berhalusinasi karena aku tidak melihat cahaya itu lagi dimatamu." Quinn tertawa, kecil, "tentu saja tidak ada, aku melihat bayangan diriku setiap hari dan tidak pernah melihat bintang atau cahaya apapun di dalamnya." di antara dinginnya malam di
Paginya, Quinn Flos, peserta pelathan 197 meninggalkan markas pelatihan unit K-101. Ia dijemput oleh kedua orangtuanya. Ayahnya, Edmund, merupakan bangsawan Flos yang cukup terkenal diantara para bangsawan lain, hanya saja, karena dia adalah satu-satunya kelaurga Flos yang tersisa dan sejak menikah dengan seorang putri angkat keluarga Dariel, Edmund tidak begitu banyak lagi muncul di publik."Ayah, ibu! Aku merindukan kalian berdua!" Q1 atau Quinn Flos yang sangat ditakuti, dikagumi serta menjadi kebanggaan para gurunya selama pelatihan, memperlihatkan sisi yang tidak pernah orang-orang lihat sebelumnya. Gadis itu terlihat sangat kuat, namun ketika bertemu dengan ayah dan ibunya, sifat manjanya keluar."Hei, kenapa putri kecil ayah semakin tinggi sekarang?""Tentus aja, aku sudah semakin besar! Sebentar lagi aku akan berusia enal belas tahun." Edmund mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut, mengacak rambut hitam panjangnya yang diikat pony tail hingga berantakan."Quinn, meskipu
Quinn sudah tertidur sejak sampai di rumah, orangtuanyapun mengatakan tidak perlu menunggu pukul dua belas malam untuk menyaksikan Flowernya mekar, karena dengan istirahat yang cukup, maka bunganya akan tumbuh dengan baik. Quinn mengikuti perkataan orang tuanya. Lagipula, menurut buku yang ia baca saat Flower mekar rasanya cukup menyakitkan, dengan tidur, ia bisa mengabaikan rasa sakit itu. Di tengah malam, Quinn terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara dari lantai bawah rumahnya. Gadis itu bangkit untuk melihat jam. Pukul sebelas lewat tiga belas menit. Lebih dari setengah jam sebelum tengah malam. Ia menunggu untuk beberapa saat, jika sesuatu terjadi, alarm akan berbunyi, ayah dan ibunya akan terbangun. Anehnya tidak ada satupun yang terjadi, suasana malam itu terlalu sunyi, terlalu hening padahal suara yang membangunkannya begiu keras. Gadis remaja itu turun dari kasurnya, dengan langkah yang sangat pelat dan berhati-hati. Rumah mereka tidak memiliki pelayan ataupun robot
"Ayah!!""Yo! mati satu!" sorak pria yang berkepala plontos. Ia tertawa seraya menendang tubuh Edmund yang sudah tidak bergerak."Kita bisa membunuhnya sejak awal jika kau tidak bermain-main." ujar rekannya, menghisap rokok yang mengepulkan asap. Malam itu, terlalu sunyi dan gelap sedangkan seluruh matanya hanya tertuju pada tubuh sang ayah yang sudah tergeletak tidak bernyawa.Helen menahan lengan putrinya yang hendak menghampiri jasad sang suami. Hatinya terluka, melihat suaminya yang sudah tidak bernyawa, tetapi ia tidak ingin putrinya bernasip sama."Quinn, kita harus pergi dari sini." Quinn menolak, mencoba melepaskan tangan sang ibu. Ia sudah berteriak sekuat tenaga dengan isak tangis yang memekakkan.Pria tinggi yang memegang puntung rokok melepaskan tembakan tepat ke arah kaki Quinn. "Kalian berdua, kalian bergerak dari sini, aku akan mengirim kalian ke neraka." ujarnya.Helen jatuh berlutut dan memehon, "aku mohon jangan lakukan apapun pada putriku. Kau boleh menyiksaku tetap
Quinn berada dalam posisi yang sama hingga pagi datang. Tubuhnya dingin, tangannya tidak berhenti menggenggam tangan kedua orang tuanya. Matanya yang cerah nampak kosong, memandang pada cahaya mentari yang terbit di kejauhan. Mungkin bagi sebagian orang, ini adalah pagi yang sama, hari yang sama, seperti yang sebelumnya, namun bagi gadis enam belas tahun itu, itu adalah pagi dimana ia menjadi pribadi yang berbeda. Pagi yang menjadi awalan dari mimpi buruknya yang tidak akan bisa ia lupakan hingga kapanpun. Jika bukan karena kedatangan Harries Dariel yang sedang mengunjungi kakak perempuannya dan ingin memberikan kejutan ulang tahun untuk ponakannya, mungkin mereka akan menemukan enam mayat tidak bernyawa di kediaman keluarga Knox. Sebab keadaan Quinn sudah sangat kritis. .... "Aku menghabiskan waktu berbulan-bulan di rumah sakit jiwa. Mereka mengurungku di dalam ruangan serba putih selama bertahun-tahun. Di tahun pertama, aku seperti kehilangan diriku, larut dalam mimpi yang sama,
Xavier menangkup wajah Quinn pada telapak tangannya yang besar. Menahan wajahnya untuk memperdalam ciuman yang mereka bagi. Quinn mengalungkan lengannya di leher sang pria, dengan sangat kikuk mengikuti setiap ciuman yang suaminya berikan. Hari ini ia dengan percaya diri memanggil Xavier sebagai suaminya. Itu adalah ciuman yang lembut nan pelan serta hangat. Bersatu untuk mengutaran perasaan masing-masing, membuat Quinn merasakan perasaan menggelitik di perutnya, ia mengeratkan rengkuhan di leher sang jendral. Wajah mereka terpisah, dua mata dengan warna yang berbeda hanyut dalam keindahan masing-masing, dari dekat, Quinn meneliti setiap lekuk wajah Xavier. Ada banyak perasaan yang tidak dapat diucapkan oleh kata-kata, apalagi ketika Xavier menemukan jika dirinya sudah menumbuhkan rasa yang sangat besar untuk Quinn, kepada wanita yang selalu memasang dinding tinggi diantaranya, hingga tidak ada yang bisa mendekatinya. Seorang wanita yang sangat kuat, setelah mengalami banyak hal y
Tidak seperti perjalanan ketika menuju Beast Planet bersama kapal luar angkasa dan anggota Sky Eagle Legion yang tenang, perjalanan kembali ke Soul Planet yang hanya bersama dengan jenderal Xavier Knox adalah perjalanan terburu-buru yang jauh dari kesan santai. Xavier tidak ragu membawa kapal itu melewati jump berkali-kali, melaju dengan cepat di antara angkasa yang gelap. Entah beberapa lama perjalanan yang mereka lakukan dari panet KL-O1, akhirnya, Quinn dan Xavier sampai di planet mereka tanpa gangguan. Xavier mencoba menghubungi pusat militer, "Markas, apa kalian mendengarku?" sang jenderal sudah memastikan jika alat komunikasi pesawat itu masih bisa untuk digunakan, hanya saja masih memerlukan berkali-kali panggilan agar bisa terhubung. "Jenderal?" tanya suara dibalik panggilan. "Ya, ini aku." Suara penuh semangat terdengar dari sisi lain paggilan, "jenderal! Kau kembali. Tunggu, aku harus memastikan anda bisa mendarat dengan selamat." Suara di balik panggilan tidak familiar u
"Pastikan seluruh tamu yang hadir malam ini selamat." Darian bersama dengan Andrian beserta beberapa prajurit dengan cepat mengevakuasi para tamu yang menghadiri pesta penutupan pemilihan jenderal Xavier Knox yang terkenal. "Kenapa markas tidak memberikan peringatan terlebih dahulu? Apa kita kecolongan?" ujar Darian pada dirinya sendiri, begegas untuk menyuruh semua prajurit yang sedang siaga untuk datang ke kediaman keluarga Knox. ia juga harus memastikan mecha milik Andrian dan Xavier siap untuk digunakan sekarang juga. Di tengah hiruk pikuk dan keramaian Lizard dimana-mana, pria yang merupakan asisten pribadi jenderal Xaveir itu juga membunuh beberapa Lizard yang terlalu dekat dengan para tamu. Rumah kelaurga Knox sangat aman, selama para tamu mengikuti instruksi dengan baik, maka tidak akan ada korban jiwa. Hologramnya berbunyi, wajah salah satu prajurit yang bertugas di markas langsung muncul dari hologram itu. "Kirim pasukan ke sini, dan siapkan mecha milik jenderal, jenderal
Hari itu, cuaca sangat cerah di Soul Planet. Di salah satu kediaman rumah keluarga bangsawan paling berpengaruh di kerajaan Crescere, para nyonya rumah itu tengah asik dengan kegiatan mereka— merangkai bunga. Pagi itu Quinn tidak perlu ke istana, apalagi semalam ia juga menginap di rumah Knox dan berencana untuk kembali ke istana sesudah jam makan siang. Seperti biasa, orang yang sangat senang merangkai bunga adalah ibu mertuanya— nyonya Lian Reigna Knox, sedangkan sang nenek lebih suka duduk meluruskan kakinya seraya menikmati teh hangat hasil racikan Quinn yang lain. Sang nenek tidak pernah berhenti untuk takjub, selalu saja ada inovasi terbaru dari Quinn dalam merangkai tehnya. Tidak ubahnya dengan pagi ini, wajah sang nenek langsung dipenuhi oleh senyuman kepuasan. "Betapa senangnya hari ini, cucu menantuku akhirnya berkunjung dan menghabiskan paginya di sini setelah sekian lama. Ah... maafkan aku Yang Mulia, tentu saja aku masih memperhatikan manner ku karena saat ini kau bukan
"Tidak, aku menolak. Perjalan kali ini aku bisa pergi dengan prajurit Syra atau Lucas dan Oliver, sedangkan untukmu sendiri, aku melarangmu untuk melakukan perjalanan jauh serta melarangmu untuk keluar dari planet ini, jenderal." ruangan itu terasa sangat mencekam dan tegang dari yang mereka duga. Tidak ada yang menyangka jika dua orang ini, baik Yang Mulia Ratu ataupun Jenderal Xavier sama-sama keras kepala. Apa mereka selalu bertengkar seperti ini setiap hari di rumah? Andrian menyenggol bahu saudara kembarnya dengan sikunya, ia memberi kode agar Darian mau angkat bicara dan mengentikan perdebatan mereka berdua yang sudah berlangsung lebih dari lima belas menit. Jika dibiarkan seperti ini, pekerjaan mereka bisa tertunda. "Tetapi Yang Mulia, perjalanan ke luar angkasa adalah perjalanan yang cukup berbahaya, sudah menjadi tugasku untuk melindungi anda sebagai jenderal kerajaan ini. Maka dari itu, anda harus berangkat ke Soul Planet bersama ku." Xavier, yang baru saja terbangun setel
Xavier di rawat di rumah keluarga Knox, selain agar nyonya beserta keluarga sang jenderal bisa mengawasi perkembangan kesehatannya, hal ini juga lebih aman daripada di rawat di rumah sakit umum maupun rumah sakit militer. Tidak ada yang bisa menjamin jika tidak ada yang ingin melukai sang jenderal. Hanya karena Dark Dragon sudah tidak ada, bukan berarti menghilangkan orang yang tidak menyukai mereka. Xavier tetap merupakan jenderal Soul Planet yang memiliki musuh di mana-mana. Sesampainya di depan gerbang rumah keluarga Knox, Zachary langsung bergegas masuk, meninggalkan Quinn yang mengingatkan sang anak dari belakang, "Zach, hati-hati!" ia tahu bahwa putranya tidak anak-anak tiga tahun lagi, Zachary sudah berusia tujuh tahun, dia sudah pergi ke sekolah bersama Shania— putri mendiang Raja Daniel III serta sudah menjadi kakak bagi untuk Freminete Black— putra dari Darian dan Seeli. Mungkin kelak setelah Flower milik putranya mekar, ia akan tetap menganggap Zachary adalah anak kecil.
"Kakek Edmund dan kakek besar pergi begitu saja meninggalkan aku bermain bersama Shania. Dia itu perempuan, dia mengajakku bermain boneka bersamanya." "Zach!" di belakang, Darian tengah berlari mengejar Zachary yang bergelayut di kaki sang ibu. "Yang Mulia! Maaf aku tidak bisa menahan tuan muda Zach yang ingin bertemu dengan anda." Darian nampak terengah-engah, entah dari mana pria itu mengejar Zachary. "Tidak apa. Maaf sudah meerepotkanmu, kepala Darian." Darian mengangguk, sudah lega karena anak tujuh tahun yang super aktif itu bertemu sang ibu dan tidak berlarian ke sana-kemari. Bisa buruk jika ia kehilangan putra dari Yang Mulia ratu! "Kalau begitu, aku pergi dulu." "Ya, silahkan." Setelah Darian pergi, Quinn memberi tatapan penuh tanya kepada sang putra, Zachary yang masih berusia tujuh tahun itu mengembungkan pipinya, mata hitamnya memelas, sedangkan bibirnya maju beberapa senti. "Aku masih tidak terima ibu tidak memperbolehkan ku untuk ikut ke upacara pernikahan bibi Youna
Tepukan tangan bergema di taman yang ada di belakang istana Crecere. Hari ini, halaman belakang itu di hiasi oleh dekorasi yang di dominasi dengan warna putih dan Scarlett sebagai perayaan pernikahan dari seorang dokter di rumah sakit militer dan seorang prajurti wanita yang tergabung dalam pasukan elit Sky Eagle Legion. Youna Scarlett terlihat sangat cantik dalam balutan gaun putihnya, berdiri bersama sang suami di hadapan Sacret Tree yang berdiri kokoh melindungi Soul Planet. Setelah tujuh tahun berlalu, akhirnya Youna memutuskan untuk menerima lamaran dari dokter yang merawatnya ketika di rumah sakit. Sejak penyerangan Dark Dragon tujuh tahun lalu, Youna mendapatkan luka yang cukup serius dan harus di rawat beberapa bulan di rumah sakit. Di sanalah mereka bertemu. Sebenarnya sang dokter sudah lama ingin menikahi Youna, namun wanita itu memerlukan waktu yang lama untuk menata kembali hati dan pikirannya. Berkat ke sabaran sang dokter, akhirnya Youna menerima lamaran itu dan menikah
Ia melihat seluruh kenangan yang tersimpan di dalam Sacret Tree berputar di kepalanya. Di mulai dari pohon kecil di tempat nan gersang, perlahan-lahan tumbuh besar hingga tempat yang tandus berubah menjadi ladang hijau yang subur. Lily of the Valley yang tumbuh mengelilinginya, dan para peri pohon yang hidup dari Sacret Tree. Perlahan-lahan, pohon itu tumbuh semakin besar dan dihuni oleh tumbuhan dan hewan-hewan. Lalu masa ketika para manusia datang, menyentuhkan tangan mereka pada Sacret Tree. Lambat laun, para peri pohon menyambut uluran tangan para manusia, era Soul People pun di mulai. Raja pertama, raja dan ratu selanjutnya. Soul Planet yang semula hanyalah sebuah tempat yang sunyi, perlahan berubah menjadi kota modern yang ramai. Hutan-hutan hijau berganti dengan gedung-gedung tinggi, padang rumput berubah menjadi taman atau rumah-rumah. Semua baik-baik saja hingga Raja Daniel pertama menumpahkan darah saudaranya sendiri, menghilangkan cahaya di setiap daun Sacret Tree yang ber
Quinn membuka matanya yang tertutup dengan rapat, pemandangan di depannya bukan lagi halaman belakang istana yang berantakan, efek dari pertarungan. Ia sekarang berdiri di atas akar raksasa, di kelilingi oleh kolam yang seeprti kaca, memantulkan cahaya. Di depannya, sebuah pohon berdiri dengan kokoh. Betapa cantiknya pohon itu, berwarna perak yang bercahaya berkilauan. Ia terjebak di sebuah tempat yang tidak ia ketahui, ia menatap jauh pada langit di atasnya, namun pandangannya tertutupi oleh daun perak yang seperti menyelimuti seluruh langit. Tidak mengindahkan rasa penasaran yang tengah ia rasakan, Quinn Flos melangkah maju, berjalan di atas akar-akar raksasa perak yang meninggalkan jejak berkilau saat ia lewati. Sangat indah dan mengagumkan. Ia sampai di depan pohon, menatap batangnya yang juga berwarna perak berkilau. Di sekitar pohon itu, tanaman Lily of the Valley mengelilinginya. Quinn ingin mengambil bunga itu, namun ia urungakan dan hanya menyentuhkan ujung jemarinya pada L
Di taman belakang istana Crescere, tempat Sacret Tree tumbuh dan menjadi pusat dari Soul Planet, pertarungan antara dua orang Dark Dragon dan seorang prajurit Sky Eagle Legion beserta Lily of the Valley, pelindung dari Sacret Tree itu sendiri berlangsung sangat sengit dan menegangkan. Musuh mereka tidak mau kalah, belum lagi mereka juga memiliki banyak tipuan di balik lengan baju mereka. Youna tidak segan-degan melemparkan sebuah bom asap ke arah musuh, menyebabkan seluruh asap dimana-mana yang membatasi penglihatan. Di sebelahanya, Quinn dengan peluh yang membasahi pelipisnya, mengusap luka di pipinya, mata terang milik Quinn terlihat sangat dingin, seperti seekor serigala yang kelaparan. Antara merinding dan bingung, Youna harus mengakui jika Quinn yang bersamanya sekarang tidak terlihat seperti Quinn yang terlihat sangat lemah beberapa saat yang lalu. Gerakan wanita itu sangat lincah dan efektif, dengan mudah ia membaca gerakan musuh, menyerang hingga membuat pihak musuh terkejut
Xavier berlari meninggalkan ruangan yang sudah hancur tidak berbentuk karena pertarungan yang terjadi. Ukuran tidak pernah menjadi masalah ketika Xavier berhadapan dengan monter itu. Sulur-sulur panjang Blood Vine terarah ke arahnya, berusaha menangkapnya, akan tetapi dengan sekali ayunan, ia memotong sulur-sulur tanamann itu dengan mudah. Daun yang berjatuhan kemudian menjadi layu dan berubah menjadi genangan darah di lantai. Dinding kaca yang memperlihatkan keadaan di luar anggaksa sana, posisi pesawat induk Dark Dragon sudah menjauhi Soul Planet, jika ledakan besar terjadi, maka tidak akan memberikan dampak buruk pada Soul Planet. Dari markas, Darian hanya perlu menunggu arahan darinya dan mereka bisa menghancurkan pesawat ini sesuai rencana. Satu pedang milik sang jendral berubah menjadi dua bilah pedang, menyerang musuh dari kedua arah. Moster itu memuntahkan cairan lendir yang menghancurakn besi hanya dengan satu semburan kecil. Makhluk ini juga terlihat seperti Lizard dengan