Home / Romansa / Let Me / Bagian 7 - Kaki

Share

Bagian 7 - Kaki

Author: Bee Happy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri.

Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah.

Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya.

"Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-"

"Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya.

Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri.

"Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya.

Mario sendiri dari dari tempat duduk tersenyum kecil, tetap melanjutkan pekerjaannya. Ini sangat seru, bersama Maria dan menggoda Maria. Well, Mario pastikan dia tidak akan membiarkan pernikahannya berakhir. Tidak akan kecuali maut yang mendatangi mereka.

"Jangan risau, malam pertama gagal aku akan memberikan malam kedua atau ketiga," ujar Mario sambil membuka email dari Jefri.

"Crazy!" maki Maria membaringkan tubuh membelakangi Mario, menarik selimut dan menutup tubuhnya.

Si pria hanya bisa geleng kepala sambil tersenyum, bahagia Mario sederhana bukan?

*****

"Mario!"

Tidur Mario terganggu.

"Mario, bangun!"

Semakin terganggu saat suara yang sama memanggilnya.

"Mario!!!"

Terkejut, kedua mata terpejam Mario langsung terbuka lebar.

"Mario, bangun, tolong aku hiks!"

Lalu segera menoleh ke sumber suara. Ada apa ini?

"Maria." Lagi-lagi bergerak spontan, Mario bangkit dari berbaring, peduli setan kepalanya dihantam pusing, Maria ..., wanita itu kenapa bisa tergeletak tak berdaya di atas lantai?!

"Mario," memanggil, kedua tangan Maria tak pakai lama menangkap kedua tangan suaminya yang baru berjongkok, menggenggam erat.

"Kaki 'ku, Mario," berucap terbatah, air mata mengalir lumayan deras membasahi pipi Maria.

Kenapa? Kaki Maria kenapa?! Tunggu-tunggu, itu akan Mario temukan jawabannya nanti, sekarang yang ia ambil peduli hanya gendong Maria dan bawa kembali ke atas ranjang.

"Mario kaki aku! Kakik 'ku tidak bisa digerakkan!"

Deg.

Dalam hitungan detik dada Mario terhantam meteor fatamorgana. Tidak ..., ini ..., salah, 'kan?!

"Shut, tenang. Aku panggil dokter," bisik Mario menghapus air mata Maria, mengusap permukaan pipi istrinya. Ya Tuhan ..., jangan sekarang, tolong jangan sekarang.

"No, jangan pergi!!!" teriak Maria ketara panik, wanita itu tidak memberikan izin Mario untuk pergi.

Si pria pun mengangguk, menuruti mau istri. Ia tekan tombol yang ada di atas kepala ranjang Maria.

Jika pagi kemarin adalah pernikahan maka pagi ini bukan bencana 'kan?

"Aku di sini, jangan takut," bisik Mario menatap dalam kedua netra Maria yang terus meneteskan air mata.

"Kaki 'ku, dia tidak bisa digerakan, tidak merasakan apapun. Mario ...." Sehebat apapun Maria ingin membunuh Raymond Arthur William, sekeras apapun ia melawan Mario, tetap saja dia kaum hawa, wanita. Dia tetap rapuh. Apalagi ini berkaitan dengan tubuhnya sendiri, Tuhan paling tahu isi hati dan kepala Maria disetiap waktu.

Diam.

Mario tidak mengeluarkan satu kata pun, pria itu terus menekan tombol guna memanggil perawat, matanya tak lepas dari mata Maria.

Cklek.

Hingga akhirnya pintu terbuka.

"Panggil Dokter!" ujar Mario berteriak, menatap perawat yang masuk dengan mimik mau mampus.

"Ba-baik, Tuan." Si perawat pun langsung enyah, beranjak memanggil dokter yang ada.

"Mario hiks ..., hiks ...." Maria sendiri belum berhenti ketakutan, terisak dan terus memanggil nama Mario. Siapa lagi yang bisa ia panggil? Tidak ada, dia tidak punya siapa-siapa selain pria ini.

"Semua akan baik, Maria," bisik si suami.

"Tapi kaki 'ku tidak bisa digerakkan!!!" teriak Maria tanpa segan.

Bolehkah Mario mengumpat akan kondisi ini? Dia juga mau gila membayangkan yang masuk ke dalam otaknya. Tapi tidak mungkin dia ikut berteriak untuk Maria bukan? Tumpukkan kesabaran untuk Mario, please.

"Bisa atau tidak bisa, kamu akan baik-baik saja dan aku akan tetap di sampingmu," ujar Mario dengan geraman yang ditahan. Ia ingin murka, kenapa dokter sangat lama?!

"Hiks ..., hiks ...." Maria terus terisak.

Cklek.

Bagus! Akhirnya pintu kembali terbuka, menampilkan satu dokter dan perawat tadi. Telat satu menit saja, mungkin Mario akan membakar rumah sakit ini karena tidak becus.

"Nyonya, tenang, saya periksa dulu," ucap sang dokter sudah berdiri di sisi lain ranjang Maria, mengeluarkan alat bawaan.

"Apakah sakit?" bertanya. Wajar, yang merasakan Maria maka dokter perlu tahu apa yang dirasakan wanita itu.

"Dia tidak bisa ku gerakkan dan tidak merasakan apapun, mati rasa!" bentak Maria semakin erat menggenggam tangan Mario yang pun menggenggam tangannya.

Kepala dokter mengangguk, butuh sekitar dua sampai lima menit untuk memeriksa, hingga akhirnya si dokter meminta Mario memindahkan Maria ke atas kursi roda, mereka butuh memeriksa lebih lanjut. Dan sumpah Mario merasakan firasat buruk.

*****

"Maaf, Tuan. Racunnya sudah melumpuhkan saraf kaki Nyonya."

Firasat itu benar. Lemas, aliran darah Mario seketika tak terasa lagi. Bagaimana cara ia memberitahukan Maria tentang ini? Bukan hanya itu, bagaimana reaksi Maria nanti? Apa Mario bisa menenangkan si wanita?

"Kita akan segera melakukan terapi rehabilitasi agar Nyonya tidak lama mengalami kelumpuhan ini, Tuan."

Tunggu, tahan dulu. Mario sedang meresapi kegilaan, ini terlalu awal tapi Tuhan sudah menuliskan kisah tragis untuknya. Bahkan seminggung pun belum pasca Maria sadar, ya Tuhan dosa apa yang Mario lakukan di masalalu?

"Untuk saat ini, saya mohon Tuan, jaga mental Nyonya agar tetap baik."

Sinting! Mario yakin ia akan sinting.

"Bisa kita bicarakan nanti? Aku ingin menemui istriku," ujar Mario datar.

"Ya, silakan, Tuan." Persilakan si dokter jelas menangkap lelah di wajah Mario. Bahkan pria itu belum membasuh wajah bangun tidurnya. Memang benar, pelangi dan badai itu beriringan, selalu ada di jalur yang sama.

Mario menganggukkan kepala, bergerak berdiri. Tidak ada satu kata pun lagi yang bisa ia keluarkan setelah meminta izin tadi.

Tidak butuh waktu lama Mario sudah berdiri di depan pintu ruangan dokter tadi, dokter yang berbeda dari dokter yang menangani Maria sejak setahun ini. Bodo amat, Mario hanya butuh memejamkan mata, berpikir dan, menemukan kalimat penyampaian untuk Maria.

"Shit!" mengumpat, ia usap kasar wajahnya. Cekikan sangat terasa namun jelas tidak ada yang mencekiknya.

Mau tak mau, jika takdir sudah diperintahkan oleh Tuhan dan kisah begini, Mario harus menghadapinya, mau tak mau. Semoga ia bisa melewati, satu saja pintanya. Maria tetap baik-baik saja saat tahu segalanya, segala yang akan wanita itu hadapi bersama Mario.

.

.

To Be Continued

Terbit: -24/Mei-2k21

Related chapters

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Prolog

    'Ri, maaf aku tidak bisa pamit secara langsung, tapi aku sudah dikejar waktu. Aku kuliah dulu ya, nanti malam kita bertemu.' Begitulah pesan dari Regina yang dibaca oleh Maria. "Ck," berdecak, Maria menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kesal. "Menyebalkan sekali," gerutu Maria mengusap wajah suntuknya. Maria itu hanya ingin satu hal, bisa berduaan dengan Regina, itu saja. Sangat simple bukan? Namun, sangat sulit ia dapatkan, sialan. Kembali membawa tubuh duduk, Maria menuruni ranjang. "Mau ke mana?" Namun, ingat ada Mario di sini, pria itu yang sedari tadi diam mengupas buah apel langsung saja bersuara saat melihat gerakan Maria. "Bukan urusanmu," menjawab ketus. "Itu urusanku, kau dititipkan denganku." Datar nan santai, Mario meletakan buah dan pisau yang ada di tangan ke meja depan sofa. "Aku bukan barang dan diam saja sebagai penonton." Maria sudah menarik pakaiannya yang terlipat rapih di atas nakas sisi ranjang. "Sorry, Maria, di sini aku bukan penonton." Terkeju

  • Let Me   Bagian 1 - Bangun

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Mario berdiri di samping ranjang Maria yang sedang diperiksa oleh dokter dengan mimik khawatir."Dia baik," ujar dokter dari kaum adam itu menatap Mario."Hah ...." Langsung membuat si pria menghela napas lega."Hanya saja kinerja tubuhnya masih sangat rendah." Dokter itu kembali menatap ke arah Maria, terlihat kaum hawa yang sudah setahun terbaring koma itu memasang tatapan datar, seperti sedang menutupi sesuatu yang ada di dalam kepalanya.“Fungsi otaknya mulai membaik drastis, tapi ia belum bisa berbicara, itu wajar, jadi jangan khawatir. Setelah keadaannya bisa dikatakan stabil kita lakukan pemeriksaan pernapasan, denyut jantung dan, tekanan darah,” lanjut sang dokter setelah selesai memeriksa Maria. “Sekarang kita tunggu sebentar, ia masih beradaptasi dengan cahaya dan, tubuhnya kaku karena sudah satu tahun tidak bergerak.”Kepala Mario mengangguk paham, kantuk yang tadinya bersarang

  • Let Me   Bagian 2 - Pemulihan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Demi para dewa dan dewi tampan di kayangan, kedua tangan Maria terkepal erat, sorot mata pun menajam menatap Mario yang masih menempelkan bibir mereka.Jika ia tidak koma selama satu tahun dan tubuh tidak menjadi kaku, dapat Maria pastikan satu bogem mentah adalah hadiah darinya untuk kelakuan kurang ajar Mario ini.Mario memisahkan bibir mereka. "Jangan pancing aku dengan umpan menarik," bisik Mario tepat di depan bibir Maria, sudah pasti wajah mereka masih begitu dekat. "Atau hal seperti tadi yang kau terima." Setelah melisankan peringatan ala dirinya, Mario membawa tubuh berdiri tegak, memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.Mohon maaf saja, Mario belum ada beristirahat, jadi sekali dipancing tentu langsung dilahap."Tidak akan ku biarkan," sahut Maria terdengar benar-benar geram.Mau tahu apa balasan Mario? Hanya kedikan bahu ringan, terkesan bodo amat.Sial! Maria pastikan

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

Latest chapter

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 4 - Pernikahan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Lumpuh ....'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.''Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya."Kau gila ya?" Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.Maria belum tidur, sial.Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario mena

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

DMCA.com Protection Status