Beranda / Romansa / Let Me / Bagian 5 - Perjanjian

Share

Bagian 5 - Perjanjian

Penulis: Bee Happy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Tok, tok, tok.

Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.

Cklek.

Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario.

"Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?

"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.

Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.

Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

"Mario."

Namun, baru lagi Mario ingin melanjutkan kegiatan, namanya sudah dipanggil oleh pita suara istri sendiri.

"Hm?" sahut Mario tanpa membawa tatapan ke arah Maria.

Tuhan hanya mereka berdua lah yang baru menikah namun seperti tidak ada kejadian apa-apa.

"Sini," ujar Maria memerintah.

Ya sudah pasti kepala menunduk Mario terangkat, menatap ke arah ranjang rawat istrinya. Sudah terlihat pria paruh baya tadi duduk di kursi sisi ranjang Maria, makin-makin Mario percaya bahwa ini perlawanan wanita itu kepadanya.

Oke baik, Mario angguk kepala, menutup file kerjaan, lalu pun menutup laptop, meletakan benda berharga itu ke atas sofa yang tadi ia duduki.

Tidak perlu lama-lama pria itu ingin semua ini selesai, jujur saja dia penasaran. Apalagi tingkah pola si cantik yang tidak selera banana ini?

Satu hal yang Mario lakukan ketika sampai di sisi ranjang Maria, duduk. Posisi mereka itu si pria paruh baya sisi kiri ranjang maka Mario sisi kanan.

"Ini pengacaraku," ujar Maria benar-benar enggan membuang waktu.

Satu alis Mario terangkat, tanda ia bertanya.

"Kau pasti ingat isi kalimat di ludah yang telah kau keluarkan," lanjut Maria namun diakhiri jeda, ia menatap suaminya bersama punggung yang semakin tegak. "Pernikahan kontrak," bisik wanita itu menjawab rasa penasaran Mario.

Damn! Kaum hawa satu ini memang beda dari yang lain.

*****

"Aku keberatan dengan point pertama, ketiga dan, kedelapan," ujar Mario setelah membaca selembar kertas yang diberikan oleh pria paruh baya alias pengacara istrinya.

"Kau tidak punya hak untuk itu," balas Maria santai.

"Tentu aku punya, perbaiki maka aku tanda tangani." Tentu saja Mario pun sama santai seperti Maria.

Si wanita melirik, sinis nan tajam.

"Jangan mengibarkan perang, Mario."

"Aku suamimu, tiga point itu merugikanku."

"Tidak! Tanda tangani sekarang juga!" paksa Maria bukan lagi melirik Mario, namun sudah menatap.

"Point pertama, aku tidak berhak ikut campur dengan kehidupanmu, baik itu pribadi maupun pekerjaan. Apa gunanya aku menikahimu jika pada akhirnya kita hidup layaknya orang asing? Jelas itu merugikanku," ujar Mario balas menatap Maria, tentu bersama tatapan datarnya. "Point ketiga, kita tidak boleh berhubungan intim, itu sama dengan aku tidak bisa mendapatkan hakku sebagai suamimu, sungguh merugikan," melanjutkan, kepala Mario bergerak maju, membawa dekat wajahnya dengan wajah Maria. "Dan yang paling penting point kedelapan, tidak ada anak dalam pernikahan ini. Hei, Beuatiful ...," berbisik, puncak hidung Mario sudah menyentuh puncak hidung Maria. "Besar keinginanku menabur bibit di sini."

Deg.

Mario menyentuh permukaan perut Maria yang membulatkan mata lebar, sangat amat lebar!

Plak!

Langsung saja wanita itu menampar lengan Mario, menepisnya.

"Don't touch me!" balas Maria berapi-api.

Sialnya balasan Mario hanya kekehan kecil.

Cup.

Lebih sial lagi pria itu dengan berani mengecup kilat bibir Maria. Argh!!! Mario Ali Pradytio you are the best! The best!

"Yak!!!" Kehabisan kata, Maria hanya bisa berteriak lantang, mengeluarkan segala amarahnya lewat tatapan. Bolehkah ia mencekik Mario? Jika boleh akan ia lakukan detik ini juga.

Hening, suami dan istri saling menatap, pengacara tak tahu apa-apa hanya bisa diam menonton.

Kisah macam apa ini? Kenapa mereka berdua sama keras? Masih mending jika keras satu jalur, ini? Huh ..., berat.

"Hm ..., jadi inginnya bagaimana, Nyonya?" Si pengacara memberanikan diri bertanya saat hening tak kunjung enyah.

Maria diam, tidak langsung menjawab, masih menatap Mario yang pun betah menatapnya. Tentu saja pria itu senang, kapan lagi bisa saling menatap begini? Menikmati aura merah dari si cantik Maria, istrinya.

"Lakukan yang dia mau, malam ini surat kontrak itu harus sudah selesai."

Perfect! Perlahan tapi pasti seringai Mario terbit. Ia pastikan ..., wanita ini akan bertekuk lutut padanya, pasti.

*****

Di dalam perjanjian mereka pernikahan ini hanya berlangsung selama satu tahun, setelah satu tahun berlalu maka perpisahan adalah hal mutlak.

Tujuan dari pernikahan ini sendiri, Maria menuliskan bahwa Mario wajib memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya, well, itu tidak masalah, Mario fine-fine saja, toh tugas seorang suami memang itu bukan? Maria memang pintar, si wanita tidak mau rugi.

"Selesai," ujar Mario begitu selesai menandatangani surat kontrak yang sudah diperbarui oleh penguasa hukum Maria.

Wanita itu pun sama, baru menandatangani.

"Ini salinan untuk Nyonya, dan ini untuk Tuan," ucap si pengacara memberikan lembar salinan kepada kedua kliennya. Tentu suami istri sinting itu menerima suka rela.

"Kalau begitu saya permisi, jika ada keperluan lain bisa hubungi saya." Selanjutnya pamit undur diri, pengacara itu benar-benar merasa masuk ke dalam peti mati secara sadar, aura di antara Maria dan Mario super mencekik menurutnya, jadi maaf-maaf saja ia lebih memilih cepat menyelesaikan.

Pintu kamar rawat ditutup.

"Kirimkan lima puluh juta ke nomor rekening ini."

Tepat saat itu juga Maria langsung bersuara, menyodorkan selembar kertas kepada Mario yang mengerutkan dahi, bertanya.

"Bayaran pengacara itu," ucap Maria lagi saat paham maksud kerutan dahi Mario.

Oh shit! Lihat betapa ringan rahang Maria berucap, meminta uang lima puluh juta untuk selembar kertas.

Mario bangkit dari duduk, menjatuhkan kedua telapak tangannya ke sisi ranjang rawat Maria, ia bungkukkan tubuh.

"Istri yang luar biasa," bisik Mario menerima kertas berisi nomor rekening itu.

"Minggir," perintah Maria mendorong bahu Mario, naas bergerak pun tidak si pria ini.

"Karena uangku terbakar percuma sampai lima puluh juta," jeda, Mario mulai menaiki ranjang.

"Mau apa kau?!" Terang membuat Maria panik.

"Aku rasa, suamimu ini berhak menerima service terbaik."

Cup.

Mampus! Apa yang mau Mario perbuat di rumah sakit?!

.

.

To Be Continued

Terbit: -18/Mei-2k21

Bab terkait

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Prolog

    'Ri, maaf aku tidak bisa pamit secara langsung, tapi aku sudah dikejar waktu. Aku kuliah dulu ya, nanti malam kita bertemu.' Begitulah pesan dari Regina yang dibaca oleh Maria. "Ck," berdecak, Maria menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kesal. "Menyebalkan sekali," gerutu Maria mengusap wajah suntuknya. Maria itu hanya ingin satu hal, bisa berduaan dengan Regina, itu saja. Sangat simple bukan? Namun, sangat sulit ia dapatkan, sialan. Kembali membawa tubuh duduk, Maria menuruni ranjang. "Mau ke mana?" Namun, ingat ada Mario di sini, pria itu yang sedari tadi diam mengupas buah apel langsung saja bersuara saat melihat gerakan Maria. "Bukan urusanmu," menjawab ketus. "Itu urusanku, kau dititipkan denganku." Datar nan santai, Mario meletakan buah dan pisau yang ada di tangan ke meja depan sofa. "Aku bukan barang dan diam saja sebagai penonton." Maria sudah menarik pakaiannya yang terlipat rapih di atas nakas sisi ranjang. "Sorry, Maria, di sini aku bukan penonton." Terkeju

  • Let Me   Bagian 1 - Bangun

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Mario berdiri di samping ranjang Maria yang sedang diperiksa oleh dokter dengan mimik khawatir."Dia baik," ujar dokter dari kaum adam itu menatap Mario."Hah ...." Langsung membuat si pria menghela napas lega."Hanya saja kinerja tubuhnya masih sangat rendah." Dokter itu kembali menatap ke arah Maria, terlihat kaum hawa yang sudah setahun terbaring koma itu memasang tatapan datar, seperti sedang menutupi sesuatu yang ada di dalam kepalanya.“Fungsi otaknya mulai membaik drastis, tapi ia belum bisa berbicara, itu wajar, jadi jangan khawatir. Setelah keadaannya bisa dikatakan stabil kita lakukan pemeriksaan pernapasan, denyut jantung dan, tekanan darah,” lanjut sang dokter setelah selesai memeriksa Maria. “Sekarang kita tunggu sebentar, ia masih beradaptasi dengan cahaya dan, tubuhnya kaku karena sudah satu tahun tidak bergerak.”Kepala Mario mengangguk paham, kantuk yang tadinya bersarang

Bab terbaru

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 4 - Pernikahan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Lumpuh ....'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.''Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya."Kau gila ya?" Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.Maria belum tidur, sial.Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario mena

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

DMCA.com Protection Status