Beranda / Romansa / Let Me / Bagian 4 - Pernikahan

Share

Bagian 4 - Pernikahan

Penulis: Bee Happy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Lumpuh ....

'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.'

'Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'

"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya.

"Kau gila ya?"

Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.

Maria belum tidur, sial.

Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?

Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.

Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario menatap wajah Maria. Harus bagaimana dia manyampaikan berita? Bahkan reaksi Maria nanti tidak terbayangkan, Mario tidak bisa menebak.

"Maria," memanggil pelan, terkesan berbisik untuk diri sendiri.

"Jangan berisik, aku sulit tidur." Namun Maria dapat mendengar, tentu saja, hening di kamar ini membuat bisikan menjadi lontaran lumayan kuat.

"Besok," jeda, Mario mana ambil peduli akan kalimat Maria.

"Besok apa? Kau mau membawaku bertemu Regina?"

"Kita menikah."

Kedua mata Maria auto terbuka, membulat bersama kerutan di dahi dan ketidak senangan di mimik, terlihat kental.

"Aku tidak menerima penolakan," lanjut Mario.

Baiklah, ini sudah tidak bisa Maria terima. Dia mulai jengah, maka satu jalan yang Maria pilih yaitu, diam. Tidak menjawab apapun, baginya membalas kalimat sinting Mario sama dengan membuang tenaga, sedang ia masih lemas.

Jadi, lebih baik Maria kembali memejamkan mata, mencoba melelapkan diri. Ia yakin malam ini Mario mabuk, paling juga besok sudah sadar.

*****

Sayang buah sayang!

"Apa-apaan ini?!"

Pagi yang Maria pikir bisa membuat Mario sadar nan waras justru diisi dengan pria itu yang terlihat semakin sinting.

"Aku sudah mengatakannya kemarin malam."

Mau tau apa yang Mario lakukan? Pria itu membawa pastur ke rumah sakit! Oh tunggu belum selesai, hal lebih konyol lagi, beberapa perawat dan pasien sudah ada di sini, di taman rumah sakit yang entah pukul berapa dibuat layaknya altar pernikahan.

Sialan. Harusnya Maria tidak boleh menganggap Mario sepele, lihat lah tingkah laku si pria.

"Kau, bawa aku kembali ke kamar!"

"Iya, setelah kita sah," jawab Mario santai dan terus mendorong kursi roda Maria menuju pastur.

"Mario! Aku tidak mau menikah denganmu dan kau pikir janji suci macam apa yang akan ku lontarkan?!" Demi dewa kekesalan Maria Rosallinda sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Pastur akan memberitahunya."

"Berhenti! Stop!!!" berteriak lantang, napas Maria memburu. Oh god, detik ini juga Maria ingin membunuh siapa saja agar emosinya terlampiaskan.

Tapi sekali lagi, sayang buah sayang Mario tidak ambil peduli, pria itu tetap berjalan mendorong kursi roda Maria.

"Fuck!" mengumpatlah si wanita, sudah dia putuskan Mario yang akan ia bunuh! Pasti ia bunuh! Lihat saja, pulih tubuhnya matilah Mario Ali Pradytio.

"Kami siap," ujar Mario saat mereka sudah sampai di depan si pastur, seakan-akan Maria setuju dengan kegilaan ini.

"Baiklah, akan segera kita laksanakan, Sir," balas si pastur melirik mimik Maria, terlihat begitu dingin, penuh amarah. "Sebelummya, mari kita berdoa," lanjut pastur menarik napas, menciptakan hening di taman rumah sakit yang begitu asri bersama udara bersih.

Semua menunduk, memejamkan mata dan berdoa. Tapi tidak Maria, wanita itu mengepalkan kedua tangannya, menatap lurus ke depan dengan isi kepala yang jujur saja adalah warning untuk Mario.

"Doa selesai." Lagi suara si pastur yang terdengar. "Mari kita mulai, Sir, silakan ucapkan janji suci." Setelah itu memberi perintah pada Mario yang menarik napas.

Tahan, sebentar saja, sebelum Mario membuka bibir dan pita suara, Mario membawa tangan kanannya menggenggam tangan kiri Maria.

"I accept getting married to Maria Rosallinda." Semakin erat menggenggam. "In good, health and illness, when happy or sad, when rich or poor, until death separates us." Selesai, Mario yakin, tali pernikahan pasti membawa berkah untuk hubungan ini.

"Miss, silakan." Sekarang giliran Maria.

"Sorry, saya tidak tahu nama dia." Dingin nan datar.

Damn! Mario pun tidak bisa menganggap Maria sepele, oh yang benar adalah, dia tidak pernah menganggap Maria sepele.

*****

"Hah ...." Ada helaan napas. "Aku kangen banget sama Maria, Husband." Ini Regina Adinda Putri, wanita itu menggenggam tangan si suami alias Raymond dengan tatapan yang terus mengarah ke sana, ke taman rumah sakit.

Iya, Mario mengundang suami-istri ini, namun tahu pasti mereka tidak mungkin bisa memperlihatkan batang hidung di depan mata Maria.

Raymond memberi kecupan di pelipis Regina.

"Daddy, kenapa Uncle menikahi Aunty tapi memakai baju jelek begitu?" Suara Awan terdengar, anak itu berdiri di sisi kiri Raymond sedang Regina di sisi kanan.

Awan itu sangat dekat dengan Mario, anak itu juga kenal dengan Maria walau belum pernah mengobrol, hanya tahu dari cerita Regina, Raymond dan yang paling sering dari cerita Mario.

"Uncle telat bangun, Sayang," jawab Regina sukses membuat dahi Awan mengerut. Wajar saja, Awan beberapakali dibawa oleh Raymond ke pesta pernikahan pasiennya, dan anak itu paham bahwa yang berdiri di atas altar adalah prince and princess di pesta tersebut.

"Dasar Uncle! Harusnya kalau mau jadi Prince itu pakai jas, Auntynya juga masa pakai baju begitu," menggerutu sendiri, Awan mengerucutkan bibir.

Terlihat jelas Mario hanya menggunakan kaos, sedang Maria hanya menggunakan pakaian pasien, luar biasa bukan pernikahan ini?

"Hah ...." Sekali lagi Regina menghela napas.

"Jangan dipikirkan," bisik Raymond mengusap punggung tangan Regina dengan ibu jarinya. "Ketika dia membaik, kita langsung bertemu dengannya," lanjutan, Raymond paham betul bagaimana perasaan Regina.

"Iya, Abang."

Istrinya pasti sangat ingin mengobrol dengan Maria, sekedar bertanya perihal kesehatan. Namun sepertinya keadaan belum memberi restu, sabar adalah solusi dari semua ini.

Prok, prok, prok.

Tepuk tangan para perawat dan pasien pun sudah terdengar, terlihat dari tempat mereka berdiri bibir Mario mendarat ke atas dahi Maria yang duduk di atas kursi roda. Pernikahan itu ..., selesai.

'Ria, aku hanya bisa berdoa. Semoga kamu pun menemukan bahagiamu bersama Mario.'

Kisah sesungguhnya, dimulai. Ini adalah awal dari semua adegan, dan lihat pemeran utama. Mereka berdua hanya diam saling menatap setelah Mario melepaskan ciuman di dahi.

"Welcome ..., Maria."

Bab selanjutnya, apa lagi?

.

.

To Be Continued

Terbit: -17/Mei-2k21

Bab terkait

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Prolog

    'Ri, maaf aku tidak bisa pamit secara langsung, tapi aku sudah dikejar waktu. Aku kuliah dulu ya, nanti malam kita bertemu.' Begitulah pesan dari Regina yang dibaca oleh Maria. "Ck," berdecak, Maria menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan kesal. "Menyebalkan sekali," gerutu Maria mengusap wajah suntuknya. Maria itu hanya ingin satu hal, bisa berduaan dengan Regina, itu saja. Sangat simple bukan? Namun, sangat sulit ia dapatkan, sialan. Kembali membawa tubuh duduk, Maria menuruni ranjang. "Mau ke mana?" Namun, ingat ada Mario di sini, pria itu yang sedari tadi diam mengupas buah apel langsung saja bersuara saat melihat gerakan Maria. "Bukan urusanmu," menjawab ketus. "Itu urusanku, kau dititipkan denganku." Datar nan santai, Mario meletakan buah dan pisau yang ada di tangan ke meja depan sofa. "Aku bukan barang dan diam saja sebagai penonton." Maria sudah menarik pakaiannya yang terlipat rapih di atas nakas sisi ranjang. "Sorry, Maria, di sini aku bukan penonton." Terkeju

Bab terbaru

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 4 - Pernikahan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Lumpuh ....'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.''Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya."Kau gila ya?" Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.Maria belum tidur, sial.Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario mena

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

DMCA.com Protection Status