Home / Romansa / Let Me / Bagian 2 - Pemulihan

Share

Bagian 2 - Pemulihan

Author: Bee Happy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Demi para dewa dan dewi tampan di kayangan, kedua tangan Maria terkepal erat, sorot mata pun menajam menatap Mario yang masih menempelkan bibir mereka.

Jika ia tidak koma selama satu tahun dan tubuh tidak menjadi kaku, dapat Maria pastikan satu bogem mentah adalah hadiah darinya untuk kelakuan kurang ajar Mario ini.

Mario memisahkan bibir mereka. "Jangan pancing aku dengan umpan menarik," bisik Mario tepat di depan bibir Maria, sudah pasti wajah mereka masih begitu dekat. "Atau hal seperti tadi yang kau terima." Setelah melisankan peringatan ala dirinya, Mario membawa tubuh berdiri tegak, memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.

Mohon maaf saja, Mario belum ada beristirahat, jadi sekali dipancing tentu langsung dilahap.

"Tidak akan ku biarkan," sahut Maria terdengar benar-benar geram.

Mau tahu apa balasan Mario? Hanya kedikan bahu ringan, terkesan bodo amat.

Sial! Maria pastikan ketika tubuhnya sudah kembali bugar, pria ini akan takluk di bawah kendalinya, lihat saja.

Tok, tok.

Suara daun pintu diketuk terdengar memecah aura keruh yang ada di tengah dua anak manusia itu.

Cklek.

Pintu pun terbuka.

"Permisi, selamat pagi, Tuan dan Nyonya Pradytio." Ada sapaan sopan dari suara berat yang sudah pasti keturunan kaum adam.

"Ya, silakan masuk, Dok," sahut Mario tenang mempersilakan dokter muda yang kemarin malam memeriksa Maria saat sadar untuk segera masuk.

Si dokter tersenyum, mulai melangkah masuk bersama satu perawat yang mendorong kursi roda.

"Wah Nyonya Pradytio sudah bisa duduk, perkembangan yang sangat cepat," ujar si dokter tersenyum manis, ambil posisi di sisi ranjang Maria. Well, wanita itu mengerutkan dahi bingung, siapa nyonya Pradytio yang dimaksud dokter ini? Dan siapa pula tuan Pradytio?

"Saya periksa sebentar ya," ujar si dokter menggagalkan aksi Maria yang ingin bertanya.

Untuk beberapa detik semua diam, baik Maria yang diperiksa, atau Mario yang memperhatikan, juga dokter yang memeriksa. Mereka menutup mulut serapat mungkin, fokus akan pemeriksaan.

"Pemulihannya meningkat, jika Nyonya ingin segera bisa berjalan silakan mulai turun dari ranjang. Tuan bisa mengurut kakinya sebentar lalu pelan-pelan tuntun, bantu istrinya kembali merasakan tumpuan tubuh." Membuka kalimat, si dokter muda menatap ke arah Mario.

"Saya bisa sendiri." Namun Maria justru melontarkan ini, membuat tiga manusia memusatkan perhatian kepadanya, baik itu Mario, dokter juga, perawat.

"Tidak bisa Nyonya, kaki Anda belum mampu jika Anda paksa langsung berdiri sendiri," sahut si dokter begitu cepat.

"Tulikan saja telinga dari suara dia," ujar Mario santai, kembali menatap si dokter.

Sialan, Maria sangat ingin menjambak rambut pria ini, kenapa seperti memiliki hak atas diri Maria? Hei! Dia bukan siapa-siapa! Astaga, baru bangun dari koma dan Maria langsung emosi jiwa.

"Ah, kalau begitu Tuan dan Nyonya bisa melakukannya di taman, ini kursi roda untuk Nyonya. Lakukan saja setengah jam, setelah itu silakan kembali ke kamar dan mulai sarapan. Semoga dalam beberapa hari sudah bisa pulang." Dokter itu tersenyum manis, memberikan aura positif agar pasiennya semangat berjuang untuk pulih dari sakit.

Hal uniknya, dari sekian panjang kalimat si dokter, hanya ada satu jawaban dari dua manusia berbeda jenis kelamin itu. Mario dan Maria hanya mengangguk.

*****

Mendiamkan, itulah yang Maria lakukan kepada Mario. Ia malas berdebat dan adu mulut, sangat amat malas.

Mario sendiri ya ..., begitu. Untuk ajang tutup mulut dia bisa masuk nominasi tiga besar, top tiga.

Jadi jangan heran selama perjalanan mereka menuju taman rumah sakit yang ada hanya hening dan hening.

Bahkan detik ini, saat sudah sampai di taman, Mario yang berlutut di depan kursi roda Maria tetap diam. Tapi tubuhnya bergerak, memijat kaki si wanita.

Sebenarnya kondisi seperti ini tidak mengenakkan untuk siapa saja yang terlibat dengan mereka, tapi ya mau bagaimana lagi? Balik ke watak mereka berdua.

Semenit dan dua menit bukan apa-apa, lima sampai sepuluh menit Maria yang mulai risih. Bisa-bisanya Mario berlutut selama itu, apa tidak sakit?

"Bodoh," gumam Maria bersama nada sinis.

"Sama-sama." Sahutan Mario justru begini.

Ugh, dari mana datangnya pria ini? Sungguh menguji kesabaran Maria ada di level berapa.

"Sekarang ayo berdiri," lanjut Mario membawa diri berdiri, memindahkan kedua tangannya dari kaki Maria menjadi ke tangan wanita itu, membantu berdiri. Jujur saja, Mario merasa lelah, ia butuh tidur, namun itu belum bisa dilakukan.

"Kau seperti moster," ujar Maria sedari tadi melihat mata merah Mario, saat bibir mereka sudah saling menyentuh.

"Aku tahu aku tampan."

"Masa bodoh lah!" kesal Maria.

Mario tertawa pelan, menggenggam erat tangan si wanita, membawa tubuh mereka saling berdiri berhadapan.

"Pelan-pelan, jika tidak jangan salahkan aku insiden di kamar terulang lagi di sini," ucap Mario memperingati sebelum mereka memulai. Wait-wait, itu sih lebih ke arah ancaman bukan peringatan.

"Ku bunuh kau!" balas Maria menatap tajam.

Mario tidak membalas lagi, memilih diam saja. Lebih baik memulai agar Maria bisa segera sarapan, tadi wanita ini baru memakan satu buah apel untuk pengganjal perut.

Baiklah, Maria menarik napas, mau tak mau balas menggenggam kedua tangan Mario.

Pelan-pelan, hanya gerakan kecil saja. Maria mulai menggeret kakinya, membuat satu langkah berarti untuk diri sendiri.

"Good girl, lakukan terus," bisik Mario tersenyum kecil.

"Jangan lepas tanganku," sahut Maria tanpa menatap si pria, ia lebih memilih menunduk tetap menatap kedua kakinya.

Menggeleng lah kepala Mario mendengar kalimat wanita di depannya.

Mereka terus melakukan langkah-langkah kecil itu, Maria maju maka Mario mundur. Well, mereka melakukannya di atas rumput taman yang masih basah akan embun pagi.

Beberapa saat fokus bersama pita suara terkunci. Aliran hangatnya sebuah kegiatan saling menggenggam jelas Mario rasakan, ia memang telak sudah jatuh pada pesona Maria, dan ini gila! Karena apa? Maria tidak pernah melakukan sesuatu yang berpotensi membuat Mario terpesona.

"Bye the way." Pita suara Mario sudah terbuka. "Aku serius soal menikah, ayo kita lakukan."

Langkah Maria terhenti, kepalanya langsung mendongak menatap wajah kalem Mario yang terkesan datar tak bereskpresi.

"Aku hanya koma setahun," bisik Maria memberikan jeda dikalimatnya. "Bukan berarti selama koma aku sudah ikut kompetisi move on." Lagi ada jeda, Maria menatap kedua netra Mario super serius. "Perasaanku untuk Regina Adinda Putri tetap sama, jadi diam atau enyah dari hidupku." Selesai, Maria Gila Rosalinda si tidak tahu terima kasih kembali.

Ah ..., harus Mario apakan wanita ini?

"Baiklah, jika secara damai tidak bisa, kamu tahu apa yang akan aku lakukan," balas Mario mengikis jarak tubuh mereka, bahkan detik ini pria itu sudah melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Maria, yang membuat mau tak mau tangan Maria jatuh ke atas bahu si pria.

Saling menatap, saling memperlihatkan kekuatan masing-masing, mereka resmi berperang dengan cara mereka sendiri, silakan nikmati perang antar perasaan ini.

.

.

To Be Continued

Terbit: -15/Mei-2k21

Related chapters

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

  • Let Me   Bagian 4 - Pernikahan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Lumpuh ....'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.''Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya."Kau gila ya?" Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.Maria belum tidur, sial.Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario mena

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

Latest chapter

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

  • Let Me   Bagian 5 - Perjanjian

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Tok, tok, tok.Suara ketukan pintu kamar rawat Maria sukses membuat perhatian Mario maupun wanita itu sendiri teralihkan.Cklek.Pintu terbuka, reaksi dari dua anak manusia itu berbeda. Satu mengerutkan dahi dan satu pasang seringai, well bagian mengerutkan dahi adalah Mario."Permisi, apakah ini kamar rawat Nyonya Rosalinda?" tanya si pelaku pembuka pintu, dia adalah pria paruh baya bersama kacamata, jas dan, tas kerja di tangan. Siapa?"Ya silakan masuk, Mister Aldason." Maria menjawab penuh semangat nan ramah.Baiklah kata warning di dalam kepala Mario sudah aktif tanpa perlu diaktifkan, ada yang tidak beres di sini, percayalah.Mario menghembuskan napas pelan, kembali melanjutkan kegiatannya yang terhenti. Tadi, pria itu sedang melihat data kiriman Jefri sambil duduk di sofa, kalian masih ingat bukan jika Jefri menarik Mario bekerja di perusahaannya? Semoga ingat.

  • Let Me   Bagian 4 - Pernikahan

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Lumpuh ....'Kondisi itu tidak akan selamanya, Tuan, tenang. Tapi tentu saja Nyonya harus melakukan pengobatan rutin, yang paling terpenting adalah terapi rehabilitasi agar fungsi tubuh yang terkena dampak racun berangsur pulih.''Maaf, hasil cek darah baru keluar sore ini dan ternyata sadarnya Nyonya membuat sisa racun itu pun aktif.'"Fuck!" mengumpat, Mario menjambak rambutnya."Kau gila ya?" Lalu, tiba-tiba suara yang tidak Mario harapkan terdengar justru masuk ke dalam gendang telinganya.Maria belum tidur, sial.Terangkat lah kepala Mario, menatap ke arah ranjang rawat yang mana ada Maria di sana, berbaring dengan mata tertutup rapat. Kenapa? Mario juga tahu Maria bersalah, tapi kenapa? Kenapa ini terjadi?Bersama napas yang tertarik, Mario membawa tubuhnya berdiri dari duduk, melangkah mendekati ranjang.Mengambil posisi duduk di sisi ranjang, Mario mena

  • Let Me   Bagian 3 - Lumpuh

    Awas Typo:)Happy Reading ....***Akhirnya tepat selesai jam makan siang Mario baru bisa beristirahat, melelapkan diri di atas sofa panjang yang ada.Pria itu belum sempat mandi, segala sudut isi kepalanya hanya diisi oleh Maria, Maria dan, Maria. Ia hanya ingin memastikan Maria tetap baik, tidak lagi kesakitan atau apalah sebutannya.Well, Maria merasa inilah kesempatannya. Dia ingin menghubungi Regina, setidaknya mendengarkan suara sang sahabat yang ia cintai.Argh sial! Maria belum tobat, bahkan tidak ada terbesit untuk tobat. Apakah bangunnya Maria akan menjadi bencana lagi untuk rumah tangga Regina? Jawabannya tidak tahu."Huh!" Sekarang ini lihat saja dulu apa aksi Maria di tengah lelap Mario.Wanita dua puluh lima tahun itu sedang berusaha melangkah menuju sofa, mau tahu apa yang ingin ia ambil? Benar, ponsel Mario.Kurang ajarnya takdir adalah, kaki Maria belum kuat, rela tidak rela ia bawa duduk tubuhnya ke

DMCA.com Protection Status