POV Ray
Semakin memasuki pulau ini, makin banyak juga mahluk aneh yang ditemui. Saat ini saja, aku merasa janggal dengan apa yang aku lihat. Monyet-monyet yang bergelantungan di pohon sepanjang jalan yang aku lewati, namun tubuh monyet itu sangat aneh. Monyet-monyet itu memiliki empat tangan dan dua kaki, mereka bergelantungan dengan sepasang tangan dan sepasang tangan lain bergerak dengan bebas. Monyet-monyet itu terus mengiringi setiap langkahku hingga batas hutan, mereka seperti merasa senang dengan kehadiranku. Suara mereka saling bersahutan, namun tak berani untuk mendekat.
Keluar dari hutan yang dipenuhi oleh Monyet, langkahku terhenti dengan munculnya mahluk besar berwarna hijau. Mahluk ini menghadangku dengan tubuh besarnya dan tingginya yang dua kali lebih tinggi dari tubuhku. Wajahnya jelek dengan sepasang taring tajam di mulutnya, menyeringai ke arahku.
" Apakah ini yang disebut Troll?" tanyaku pada diri sendiri. Dan par
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV RayAku tak mau membuang waktuku, kulanjutkan perjalananku. Kini aku sudah dapat melihat sebuah pintu gerbang batu yang tinggi di depanku. Gerbang setinggi sepuluh meter kini menjulang di hadapanku, aku mengamati bagaimana membuka gerbang batu ini. Tapi aku teringat, kemudian tanganku menyentuh gerbang batu."Hai gerbang batu siapakah namamu?" bisikku sambil memejamkan mata.Untuk beberapa saat aku menunggu jawaban, kemudian terasa sebuah getaran lembut dari gerbang batu itu ditanganku. Elemen batu yang ada di tubuhku seakan beraksi, namun aku tak bisa mendengar bisikan dari kedua elemen itu. Getaran-getaran lembut terus menjalar di tanganku, seakan terjadi satu negosiasi yang panjang. Tak berapa lama sebuah getaran keras terasa, aku langsung melompat mundur beberapa langkah dari depan gerbang batu. Gerbang itu bergeser perlahan, hingga cukup bagi tubuhku untuk melewatinya.Begitu memasuki gerbang, aku sempat terpana den
POV AndrePertempuran sudah berlalu beberapa hari, namun suasana suram masih saja terlihat di tempatnya Alex dan kawan-kawannya. Tak bisa aku pungkiri, beberapa orang dari anggota The ELMNTAL sudah menjadi korban, bahkan yang terluka pun ada yang belum bisa pulih. Sejak tadi pagi, aku sudah berada di tempat Alex. Rencananya hari ini kami akan membahas tentang peristiwa pertempuran kemarin, kami harus mempunyai rencana ke depannya dengan tindakan brutal yang sudah dilakukan oleh para aparat yang didomplengin oleh anggota SDI.Khususnya bagiku yang manusia biasa tak punya kekuatan, sangat menyesalkan semua yang terjadi. Para aparat memilih membantu SDI yang tak segan mengorbankan orang-orang tak bersalah, hingga meluluh lantakkan sebuah perkampungan.Kejadian demi kejadian membuat hubungan aku dan Puri semakin dekat, mungkin karena peristiwa malam itu, atau mungkin rasa egois aku yang membutuhkan satu pelampiasan karena rasa pa
POV AndreAku hanya bisa terdiam bersama detektif Johan dan inspektor James menyaksikan keharuan Balancer dan para pengguna elemen. Detektif Johan sepertinya sama belum mengertinya dengan aku tentang kehadiran seorang Balancer. Itu terlihat dengan diamnya detektif Johan sambil sesekali menatap kesal pada inspektur James.Tak lama Balancer, mengajak semua para pengguna elemen untuk kembali fokus pada yang akan dia sampaikan. Sesuatu yang sangat-sangat penting dan berhubungan dengan kebangkitan dari Azazel. Sebelumnya Balancer menjelaskan kepada kami semua, bahwa kurang dari seminggu lagi akan ada satu peristiwa di mana seluruh planet dan satelit di gugusan bima sakti ini dalam posisi sejajar. Di saat itulah kekuatan dari raja kegelapan Azazel akan dibangkitkan.Kami semua menjadi shock saat Balancer juga menjelaskan kemungkinan apa yang akan terjadi saat raja kegelapan Azazel dibangkitkan. Jika kekuatan kegelapan berhasil di bangkit
POV AndreAku, Puri , Alex, Tim dan beberapa orang lainnya sedang berkumpul di kamarnya Alex, kami sedang membuat rencana untuk besok pagi latihan bagi para pengguna elemen. Seorang pengguna elemen berlari menghampiri kami dengan nafas yang memburu."Lex, cepatlah keluar, ada orang SDI yang mendatangi kita," katanya dengan suara memburu."Ahh..., mau apa mereka ke sini dan tahu dari mana tempat kita?" kata Alex yang langsung berdiri dan melangkah keluar ruangan.Kami semua langsung mengikuti langkah Alex, dan benar saja di luar sudah terjadi keributan yang cukup membuat Alex berang. Kami mendapati lima orang berseragam SDI sedang berdiri dengan sombongnya, mereka seperti sengaja menantang keributan. Tapi ada yang aneh dari penampilan mereka, tak satu pun dari kelima orang itu membawa tongkat jolt atau memakai sarung tangan sebagai senjatanya. Namun salah satu dari mereka terlihat memainkan bebatuan hingga melayang-layang di
POV AlexGila, orang bernama Mark ini, gerakannya begitu cepat hingga aku tak bisa mengimbanginya. Tubuhku jadi bulan-bulanan terkena pukulan dan tendangannya. Walau Tim sudah mencoba membantuku namu dia pun harus merelakan tubuhnya ikut jadi sasaran pukulan dan tendangannya. Tubuh kecil Tim beberapa kali terhempas ke dinding dan tanah. Sama seperti yang menimpaku.Beberapa teman-temanku juga ikut membantu, namun kekuatan orang gila ini berada jauh di atas kami yang baru berlatih dengan benar beberapa hari saja. Di tengah rasa sakitku aku masih sempat untuk mencoba melindungi tubuh kecil Tim, beberapa kali dia mencoba ,engeluarkan elemen apinya namu selalu di patahkan oleh terjangan pukulan kilat Mark.Aku tak boleh menyerah begitu saja, kucoba terus bangkit dan menyerang Mark. Saat aku bangkit lagi aku melihat sosok perempuan yang tak asing lagi bagiku."Hoi cewek.., Ngapain lo ada di sini!" teriakku, tapi
POV Alex Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan, mèlihat orang yang terbakar oleh elemennya sendiri. Aku jadi berpikir tentang diriku sendiri, aku harus banyak belajar dari Ray. Karena aku tak mau elemen yang menjadi bagian di tubuhku ini marah padaku."Ray, inikah kekuatanmu..., Benar-benar mengerikan," gumamku pelan, namun sepertinya Ray mendengarku, dia menoleh ke arahku.Melihat Fei yang hangus terbakar oleh elemennya sendiri, Yuzak terlihat sangat marah. Dia yang sempat ikut terkesima kemudian mengeluarkan seluruh kekuatannya. Yuzak membuat sebuah bola raksasa yang terbuat dari tanah dan bebatuan yang ada di sekitar tempat itu. Yuzak menyatukan tanah dan bebatuan dan kini bola raksasa itu melayang di atas kepalanya. Semakin besar dan terus membesar hingga sebesar badan bus."Aku tak peduli siapa itu kamu, tapi kamu sudah mencelakai Fei temanku, maka rasakan ini!" Teriaknya sambil bersiap melemparkan bol
POV RAY Sebenarnya aku ingin melepaskan Elena begitu saja, tapi aku berpikir dia belum tentu mau berbah menjadi lebih baik. Apalagi saat aku mengetahui kalau mereka berlima sudah tak muda lagi walau penampilan mereka masih terlihat seumuran denganku. elemen yang ada di miliki oleh Elena cukup berbahaya jadi kuputuskan untuk menghabisinya dengan menggunakan elemen milikiny saperti yang lain. Selesai menuntaskan kelime agen SDI, aku langsung menemui Maria, yang berada di atas gedung bersama detektif Johan. "Apa kabar tuan Detektif," sapaku ketika sudah sampai di atap gedung. "Kamu...., ahrrgghhh..., kamu datang juga Ray!" seru Detektif Johan tampak gemas sekali lalu dia memelukku. Aku juga melihat inspektur James di sana, sebenarnya aku ingin sekali memeluknya, namun dia memberiku isyarat untuk bersabar. "Piere!" panggil Inspektur James. "Ya?" "Biarkan mereka berdua,"
7 Hari Sebelum Pertempuran AkhirPOV MICHELEHidup lama tak membuatku banyak memiliki teman, hidup menyendiri menjadi pilihan bagiku yang di karuniai menjadi seorang Mist. Seseorang yang memiliki kekuatan bisa berkomunikasi dengan semua elemen di dunia ini. Syberia menjadi tempat tinggalku sejak dahulu, dengan salju abadi yang tak pernah mencair. Salju bisa dibilang menjadi sumber kehidupanku, jika saja aku jauh dari salju kekuatanku akan menurun.Sebagai seorang The Mist, aku bisa tetap berwujud wanita muda yang berubur dua puluh tahunan, padahal usiaku sampai saat ini sudah lebih dari seribu tahun, itu adalah salah satu keistimewaan diriku. Saat temanku yang seorang Balancer bernama Lili Van Bosh memintaku untuk menjadi guru dari anaknya, tentu saja aku merasa senan. Ini adalah kesempatan langka yang belum pernah aku lakukan, ya melatih sorang anak. Selain mendapatkan seora