7 Hari Sebelum Pertempuran Akhir
POV MICHELE
Hidup lama tak membuatku banyak memiliki teman, hidup menyendiri menjadi pilihan bagiku yang di karuniai menjadi seorang Mist. Seseorang yang memiliki kekuatan bisa berkomunikasi dengan semua elemen di dunia ini. Syberia menjadi tempat tinggalku sejak dahulu, dengan salju abadi yang tak pernah mencair. Salju bisa dibilang menjadi sumber kehidupanku, jika saja aku jauh dari salju kekuatanku akan menurun.
Sebagai seorang The Mist, aku bisa tetap berwujud wanita muda yang berubur dua puluh tahunan, padahal usiaku sampai saat ini sudah lebih dari seribu tahun, itu adalah salah satu keistimewaan diriku. Saat temanku yang seorang Balancer bernama Lili Van Bosh memintaku untuk menjadi guru dari anaknya, tentu saja aku merasa senan. Ini adalah kesempatan langka yang belum pernah aku lakukan, ya melatih sorang anak. Selain mendapatkan seora
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV AndreAda kebahagian tersendiri melihat Maria sudah kembali tersenyum lebar dan bercanda. Sesuatu yang sudah lama sekali tak aku temui di wajah Maria, dia sangat bahagia dengan kebradaan Ray di sampingnya. Begitupun dengan Ray. Baru kali ini aku melihat Ray berbincang dan bercanda. Bahkan dia tertawa dengan lepas, satu hal yang tak pernah aku lihat setelah mengenal lama dirinya. Ya aku hanya tahu dia anak yang pendiam, jangankan untuk mengobrol menyapapun setahuku tidak tidak pernah sama sekali. Jika ada yang menyapanya, paling dia hanya menoleh dan berlalu.Tak sengaja aku bertemu Ray di rumah detektif Johan, aku belum sempat menyapa Ray dengan benar, bahkan beberapa hari ini aku hanya melihat dia, cukup dari jauh. Aku melihat Ray dengan Maria di sana tapi aku tak berani untuk menyapa mereka. Aku masih menata hatiku, walau bagaimanapun Maria pernah hadir di hidupku, mengisi hatiku dan melewati masa-masa indah bersamaku. Meskipun aku
POV Balancer(Seribu tahun sebelumnya)Kemenangan atas pembasmian pemuja Azazel, kami bawa ke ibu kota kerajaan, Raja memberikan kami hadiah berkarung-karung emas untuk keberhasilan. Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang prajurit yang pulang dari perang dan membawa kemenangannya, kami berpesta semalaman. Entah berapa botol anggur yang aku habiskan malam itu, hingga aku mabuk. Walaupun dalam keadaan mabuk, tak ada satu pun lelaki yang berani menggangguku. Seperti halnya yang menjadi kebiasaan para lelaki yang selalu menjadikan kesempatan jika ada wanita yang mabuk.Tapi tidak berlaku bagiku, tak akan ada yang mau bila nanti kemaluannya dipotong. Apalagi aku adalah satu-satunya wanita yang mampu mengendalikan elemen besi."Hai Miss Lili!" sapa seseorang.Mendengar seorang lelaki menghampiri dan memanggil namaku yang sedang dalam keadaan mabuk, sama saja memancing keributan, aku langs
POV Balancer(Seribu Tahun Sebelumnya)Pagi sudah tiba, aku sudah bersiap dengan gaun panjang berkorset. Sesuatu yang sangat jarang aku pakai, walau sejumlah gaun tersedia di lemari bajuku. Berdiri depan cermin dengan gaun panjang seperti ini membuatku terasa aneh, pelayan yang membantuku sempat terheran-heran tapi tak satupun kata yang keluar dari mulutnya. Tentu saja mana ada yang berani berani berkomentar di depankuAku mendengar suara William dari lantai bawah yang terkejut saat membukakan pintu dan mendapati pangeran Albert pagi-pagi sudah berdiri di depannya dengan berpakaian layaknya rakyat biasa."Yang Mulia Pageran Albert??" suara terbata William yang terkejut."Halo William, Aku ingin bertemu dengan Lili sebenarnya," kata Albert."Aku di sini," kataku dari tangga. kedua orang itu serempak menoleh padaku."Lili?" Seru William, dia sangat terkejut melih
(Seribu tahun sebelumnya) Beberapa hari berselang, benar saja apa yang dikatakan oleh Albert. Misi berikutnya kami terima untuk pergi ke benteng terakhir Azazel. Orang Suci yang merupakan seorang rahib yang konon usianya sudah mencapai 150 tahun. Orang Suci ini juga yang memberikan kekuatan elemental kepada kami bertiga. Setelah raja memberikan petunjuknya pada kami. Dengan membawa pasukan sebanyak 300.000 orang, kami siap untuk menggempur benteng terakhir Azazel. Ini merupakan pasukan terbesar yang pernah kami bawa, pasukan yang terdiri dari gabungan berbagai negara, yaitu Inggris, Perancis dan Romawi. Keesokan hainya kami langsung berangkat menuju Benteng Azzel yang Berada di sebuah titik di dekat gurun, daerah setelah Suez. Kami berlayar selama beberapa hari sebelum menggapai tempat itu. Lalu kami berjalan selama kurang lebih sepuluh hari hingga menemui benteng yang besar itu. Sebelum berangkat Orang Suci memperkena
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Badai mereda, lautan kembali tenang. Hanya ombak kecil yang kadang menyapa sambil sedikit menggoyangkan kapal kami. Angin berhembus dengan desahan ringan yang memanjakan kulit, terasa lembut hingga beberapa kru kapal terlihat mulai mengantuk. Aku berdiri di sisi kapal sambil melihat air laut yang begitu bening. Ikan-ikan berenang dengan riang di bawah kapal kami, seakan menyambut dan mengarak kapal untuk sampai ke tempat tujuan. Bukan hanya ikan kecil yang aku lihat tapi ikan besar sejenis lumb-lumba pun berenang anggun di sisi kapal."Indah bukan?" Suara Albert terdengar dari sampingku, aku langsung menoleh dan tersenyum padanya."Iya," jawabku pendek."Bayangkan...., Jika keindahan seperti ini harus ditukar dengan kedatangan Azazel. Apakah kamu bisa menerimanya begitu saja?" tanyanya sambil berdiri di sampingku dan melihat ke dalam air laut yang bening.
POV BalancerAku langsung melesat ke tengah pertarungan melawan Golem-golem itu, dengan mudah aku tebas hingga terbelah. Mereka manusia batu, tak akan mampu dirobohkan begitu saja. Berbeda dengan William, dia dengan mudah meledakkan mereka. Kami terus menerobos ke arah Minotaur yang mengamuk memporak porandakan prajurit kami.Thomas dengan elemen buminya membentuk platform dan terbang menghindari para Troll. William pun dengan elemen apinya menyemburkan api dari sepatunya berjalan di udara. Sedangkan aku cukup di darat hingga sampai di depan Raksasa berkepala kerbau yang bersenjatakan palu besar ini."Kau siap makhluk bertanduk?" Kata Thomas sambil membentuk tangan raksasa dari batu."Apa kamu bilang?" tanya Minotaur menggeram."Dasar, telinga pendek. Rasakan ini!" seru Thomas. Sambil mencoba menangkap Minotaur dengan tangan raksasanya.Tapi kami salah. Raksasa ini punya palu yang bisa menghancurkan objek yang
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Malam mulai larut, setelah memeriksa semua sudut kuil atau benteng terakhir Azazel, kami terpaksa menginap dan mendirikan tenda. Para prajurit yang tersisa sudah kelelahan, begitupun dengan kami. Setelah mengurus para prajurit yang dan terluka kami semua langsung larut dalam kelelahan, sebagian besar dari para prajurit sudah terlelap dan sebagian lagi tetap berjaga.Entah apa yang akan terjadi, namun hatiku terus merasakan kegelisahan. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa kami, maka dari itu walau lelah aku memilih untuk berjaga, sambil mengawasi sekitar kuil."Kamu kenapa?" tanya Albert, yang mendatangiku."Hmm... aku tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku tidak enak sejak kita sampai di sini. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi sedang menunggu kita," jawabku jujur."Coba tenangkan hatimu, mungki itu hanya sebuah dugaan saja, karena kita han
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Aku tak bisa menahan dukaku, hanya untuk sesaat aku menikmati sebuah hubungan dengan Albert. Kini di pelukannku, Albert merenggang nyawa dalam pelukanku. William yang baru terbangun langsung memburu ke arahku dengan kebingungan."Lili, apa yang terjadi, siapa yang melakukan ini pada pangeran Albret?" Tanya William, aku tak begitu memperhatikan kepanikkannya. Aku hanya hanyut dalam kesedihan yang dalam dan kemarahanku pada Thomas.Kejadian ini, mengejutkan semua orang. Pangeran Albert tewas di tangan Thomas. Seluruh prajurit yang tersisa berkabung. Paginya kami semua mengubur jasad sang pangeran di antara para prajurit. William mencoba menenangkanku. Para prajurit tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, mereka benar-benar kehilangan tujuan tanpa komandan tertingginya, Pangeran Albert.Aku sebagai orang yang langsung memegang kendali pasukan setelah