POV Andre
Ada kebahagian tersendiri melihat Maria sudah kembali tersenyum lebar dan bercanda. Sesuatu yang sudah lama sekali tak aku temui di wajah Maria, dia sangat bahagia dengan kebradaan Ray di sampingnya. Begitupun dengan Ray. Baru kali ini aku melihat Ray berbincang dan bercanda. Bahkan dia tertawa dengan lepas, satu hal yang tak pernah aku lihat setelah mengenal lama dirinya. Ya aku hanya tahu dia anak yang pendiam, jangankan untuk mengobrol menyapapun setahuku tidak tidak pernah sama sekali. Jika ada yang menyapanya, paling dia hanya menoleh dan berlalu.
Tak sengaja aku bertemu Ray di rumah detektif Johan, aku belum sempat menyapa Ray dengan benar, bahkan beberapa hari ini aku hanya melihat dia, cukup dari jauh. Aku melihat Ray dengan Maria di sana tapi aku tak berani untuk menyapa mereka. Aku masih menata hatiku, walau bagaimanapun Maria pernah hadir di hidupku, mengisi hatiku dan melewati masa-masa indah bersamaku. Meskipun aku
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV Balancer(Seribu tahun sebelumnya)Kemenangan atas pembasmian pemuja Azazel, kami bawa ke ibu kota kerajaan, Raja memberikan kami hadiah berkarung-karung emas untuk keberhasilan. Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang prajurit yang pulang dari perang dan membawa kemenangannya, kami berpesta semalaman. Entah berapa botol anggur yang aku habiskan malam itu, hingga aku mabuk. Walaupun dalam keadaan mabuk, tak ada satu pun lelaki yang berani menggangguku. Seperti halnya yang menjadi kebiasaan para lelaki yang selalu menjadikan kesempatan jika ada wanita yang mabuk.Tapi tidak berlaku bagiku, tak akan ada yang mau bila nanti kemaluannya dipotong. Apalagi aku adalah satu-satunya wanita yang mampu mengendalikan elemen besi."Hai Miss Lili!" sapa seseorang.Mendengar seorang lelaki menghampiri dan memanggil namaku yang sedang dalam keadaan mabuk, sama saja memancing keributan, aku langs
POV Balancer(Seribu Tahun Sebelumnya)Pagi sudah tiba, aku sudah bersiap dengan gaun panjang berkorset. Sesuatu yang sangat jarang aku pakai, walau sejumlah gaun tersedia di lemari bajuku. Berdiri depan cermin dengan gaun panjang seperti ini membuatku terasa aneh, pelayan yang membantuku sempat terheran-heran tapi tak satupun kata yang keluar dari mulutnya. Tentu saja mana ada yang berani berani berkomentar di depankuAku mendengar suara William dari lantai bawah yang terkejut saat membukakan pintu dan mendapati pangeran Albert pagi-pagi sudah berdiri di depannya dengan berpakaian layaknya rakyat biasa."Yang Mulia Pageran Albert??" suara terbata William yang terkejut."Halo William, Aku ingin bertemu dengan Lili sebenarnya," kata Albert."Aku di sini," kataku dari tangga. kedua orang itu serempak menoleh padaku."Lili?" Seru William, dia sangat terkejut melih
(Seribu tahun sebelumnya) Beberapa hari berselang, benar saja apa yang dikatakan oleh Albert. Misi berikutnya kami terima untuk pergi ke benteng terakhir Azazel. Orang Suci yang merupakan seorang rahib yang konon usianya sudah mencapai 150 tahun. Orang Suci ini juga yang memberikan kekuatan elemental kepada kami bertiga. Setelah raja memberikan petunjuknya pada kami. Dengan membawa pasukan sebanyak 300.000 orang, kami siap untuk menggempur benteng terakhir Azazel. Ini merupakan pasukan terbesar yang pernah kami bawa, pasukan yang terdiri dari gabungan berbagai negara, yaitu Inggris, Perancis dan Romawi. Keesokan hainya kami langsung berangkat menuju Benteng Azzel yang Berada di sebuah titik di dekat gurun, daerah setelah Suez. Kami berlayar selama beberapa hari sebelum menggapai tempat itu. Lalu kami berjalan selama kurang lebih sepuluh hari hingga menemui benteng yang besar itu. Sebelum berangkat Orang Suci memperkena
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Badai mereda, lautan kembali tenang. Hanya ombak kecil yang kadang menyapa sambil sedikit menggoyangkan kapal kami. Angin berhembus dengan desahan ringan yang memanjakan kulit, terasa lembut hingga beberapa kru kapal terlihat mulai mengantuk. Aku berdiri di sisi kapal sambil melihat air laut yang begitu bening. Ikan-ikan berenang dengan riang di bawah kapal kami, seakan menyambut dan mengarak kapal untuk sampai ke tempat tujuan. Bukan hanya ikan kecil yang aku lihat tapi ikan besar sejenis lumb-lumba pun berenang anggun di sisi kapal."Indah bukan?" Suara Albert terdengar dari sampingku, aku langsung menoleh dan tersenyum padanya."Iya," jawabku pendek."Bayangkan...., Jika keindahan seperti ini harus ditukar dengan kedatangan Azazel. Apakah kamu bisa menerimanya begitu saja?" tanyanya sambil berdiri di sampingku dan melihat ke dalam air laut yang bening.
POV BalancerAku langsung melesat ke tengah pertarungan melawan Golem-golem itu, dengan mudah aku tebas hingga terbelah. Mereka manusia batu, tak akan mampu dirobohkan begitu saja. Berbeda dengan William, dia dengan mudah meledakkan mereka. Kami terus menerobos ke arah Minotaur yang mengamuk memporak porandakan prajurit kami.Thomas dengan elemen buminya membentuk platform dan terbang menghindari para Troll. William pun dengan elemen apinya menyemburkan api dari sepatunya berjalan di udara. Sedangkan aku cukup di darat hingga sampai di depan Raksasa berkepala kerbau yang bersenjatakan palu besar ini."Kau siap makhluk bertanduk?" Kata Thomas sambil membentuk tangan raksasa dari batu."Apa kamu bilang?" tanya Minotaur menggeram."Dasar, telinga pendek. Rasakan ini!" seru Thomas. Sambil mencoba menangkap Minotaur dengan tangan raksasanya.Tapi kami salah. Raksasa ini punya palu yang bisa menghancurkan objek yang
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Malam mulai larut, setelah memeriksa semua sudut kuil atau benteng terakhir Azazel, kami terpaksa menginap dan mendirikan tenda. Para prajurit yang tersisa sudah kelelahan, begitupun dengan kami. Setelah mengurus para prajurit yang dan terluka kami semua langsung larut dalam kelelahan, sebagian besar dari para prajurit sudah terlelap dan sebagian lagi tetap berjaga.Entah apa yang akan terjadi, namun hatiku terus merasakan kegelisahan. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa kami, maka dari itu walau lelah aku memilih untuk berjaga, sambil mengawasi sekitar kuil."Kamu kenapa?" tanya Albert, yang mendatangiku."Hmm... aku tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku tidak enak sejak kita sampai di sini. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi sedang menunggu kita," jawabku jujur."Coba tenangkan hatimu, mungki itu hanya sebuah dugaan saja, karena kita han
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Aku tak bisa menahan dukaku, hanya untuk sesaat aku menikmati sebuah hubungan dengan Albert. Kini di pelukannku, Albert merenggang nyawa dalam pelukanku. William yang baru terbangun langsung memburu ke arahku dengan kebingungan."Lili, apa yang terjadi, siapa yang melakukan ini pada pangeran Albret?" Tanya William, aku tak begitu memperhatikan kepanikkannya. Aku hanya hanyut dalam kesedihan yang dalam dan kemarahanku pada Thomas.Kejadian ini, mengejutkan semua orang. Pangeran Albert tewas di tangan Thomas. Seluruh prajurit yang tersisa berkabung. Paginya kami semua mengubur jasad sang pangeran di antara para prajurit. William mencoba menenangkanku. Para prajurit tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, mereka benar-benar kehilangan tujuan tanpa komandan tertingginya, Pangeran Albert.Aku sebagai orang yang langsung memegang kendali pasukan setelah
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Prajurit itu langsung berdiri, dia melirik ke arah temannya dengan bingung, apalagi saat melihat teman di kiri dan kanannya hanya bengong, melihat dengan pandangan aneh padanya."Hai..., siapa ini? Suara siapakah? Aku....aku mendengar suara-suara," kata prajurit itu sambil menatap teman-temannya satu pet satu.Ketika tak ada satu pun dari temannya yang bereaksi, dia langsung menatap ke arahku dengan segan lalu menunduk dengan hormat."Maaf Lady, apa yang terjadi sama saya, dan suara siapa yang ada di telingan saya?" Tanyanya."Itu adalah elemen angin, kamu telah di berkati, bagaimana rasanya?" tanya Wiseman Gleto."Luar biasa," jawab prajurit itu dengan gembira.Melihat temannya begitu gembira, karena sudah diberkati. Prajurit yang lain pun ikut berebut untuk segera mendapat berkat dariku dan juga William. Akhirnya semua pra
POV RAYAku berlari menghampiri Azazel yang masih berlutut di depan kursi kebesarannya. Tanpa banyak berkata lagi aku menerjang dengan pukuran dan tendangan yang yang bertubi-tubi. Dia sekarang tak lebih dari seorang manusia pengguna elemen, kekuatan yang ada pada tubuh Thomas hanya kekuatan milik Thomas saja.DUESH!Azazel beberapakalu terpelanting, walau begitu dia masih bisa bertahan dengan kekuatan elemen milik Thomas. Azazel pun berusaha untuk balik menyerangku dengan mengeluarkan elemen tanah dan membentuk sebuah palu besar, lalu diayunkan palu itu ke arahku sambil melompat. Aku bersiap menunggunya dengan membentuk palu yang lebih besar dari milik Azazel. Begitu serangan palu Azazel mendekat, dengan kekuatan palu yang aku buat, aku hancurkan dengan sekali hantaman paluku.Azazel bergerak secepat kilat dengan elemen petir, melontarkan panah-panah petir yang dengan mudah aku tangkis. Dia pun berusaha untuk lari, tapi aku tak akan melepas
POV RAY Ruangan sekarang menjadi terang lagi. Dengan susah payah aku berdiri sambil memegangi dadaku yang terluka. Mataku mulai berkunang-kunang. Darah sudah banyak yang keluar sepertinya. Tapi aku masih harus berdiri. "Creator?" kata Thomas. Tidak. Ia bukan Thomas. Dia Azrael yang telah mengambil alih tubuh Thomas. "Azrael?! Kenapa kamu tidak menjadi tubuhmu saja yang besar itu?" tanyaku. "Justru wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna menurutku. Aku cukup menjadikan tubuhnya sebagai vesel untuk kebangkitanku. Segar sekali rasanya setelah lama terkurung di kegelapan oleh lima creator terkutuk itu selama ribuan tahun. Dan aku tak perlu membunuh mereka karena mereka sudah mati. Hahahahahah," kata Azrael. "Ugh!" rasa sakit didadaku. Ah...darah. Darah itu elemen air bukan? Aku terpaksa melakukannya. Obati lukaku siapa namamu? Dia tidak bernama. Tolonglah. Ahh...aku tertolong. Lukaku mulai tertutup.
POV ANDRE Pertarunganku dan Puri melawan laki-laki bernama Hund semakin seru, kami berusaha keras mengalahkan dia, walau beberapa kali kami harus berusaha menghindari semua serangan Hund yang tentu saja pengalaman bertarungnya jauh diatas kami berdua. Sering kali aku kewalahan dan hampir terkena sabetan-sabetan pedang besinya yang super tajam. Tapi beruntung aku terlindungi dengan kayu-kayu yang muncul dari penggabungan jolt yang aku pakai. Namun pertarungan kami mendadak terhenti, perlahan tapi pasti suasana menjadi gelap. Aku dan Puri saling pandang. Begitupun Alex dan teman-teman lainnya. Ada rasa panik yang aku rasakan dan mungkin juga Alex dan yang lainnya juga merasakan. "Puri, apa ini sudah saatnya terjadi gerhana?" Tanyaku sambil mendekati Puri. Puri yang terlihat kelelahan hanya menatapku sendu, lalu mengangguk pelan. "Puri, kita masih belum kalah, kita harus terus bertarung" bisikku sambil
POV BALANCER Aku kembali berhadapan dengan Robert. lelaki yang telah membunuh adikku satu-satunya. Aku tak dapat melupakan kejadian itu walau sesaatpun, jasad William yang dilemparkannya ke bawah jembatan. William yang berusaha melindungiku dan anakku dari orang-orang biadab ini. Dia tak dapat mengimbangi serangan-serangan yang diterimanya dari para agen SDI yang mengeroyoknya. Sedangkan aku, Ketika itu baru saja melahirkan. Dalam kondisi yang masih lemah Thomas yang sudah mengetahui keberadaanku, memerintahkan untuk membunuh ku juga William. "Balancer, akhirnya kita selesaikan pertarungan kita yang tertunda," kata Robert. Aku yang malas meladeni ucapannya, lalu memanggil kekuatan elemenku, besi. Seperti biasa, aku dengan kuku-kuku besiku sudah siap mencabik-cabik Robert. Aku langsung menerjangnya, melancarkan serangan-serangan untuk bisa cepat mencabik dan membunuhnya. Robert dengan memakai kekuatan joltnya, dia pun m
POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup
POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu
Pov RayAku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.
POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter
POV MariaLelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih