author-banner
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa
Author

Novel-novel oleh Jiebon Swadjiwa

Diary Langit

Diary Langit

Perbedaan membuat kita berpikir kita memerlukan beberapa sudut pandang untuk menciptakan warna kehidupan yang beragam. << YUK BACA CERITANYA >> Luna mencintai Arun, begitu pun sebaliknya. Cinta dua anak manusia itu hanya bisa saling terkait tanpa pernah terikat. Andai saja Arun bukanlah seorang Frater, dan juga seandaiya Limfoma tidak menggerogoti tubuhnya. Semuanya mungkin akan lebih mudah. Kisah percintaan yang dibalut dengan nuansa kekeluargaan dan persahabatan. Credit Cover Design and Owned by Jiebon Swadjiwa
Baca
Chapter: Kisah Cinta yang Sama
Pagi tadi saat Luna dan Mamanya baru sampai di rumah eyang putri, suasana rumah sudah ramai dengan celoteh para saudara sepupu Luna. Seperti saat ini, Luna yang duduk di bangku taman belakang sambil memandang Radit yang sedang bermain dengan Andi. "Lihat Andi, kakak bisa bikin bintang dengan karet ini," seru Radit sambil memperlihatkan benda yang membentuk bintang berukuran kecil di tangannya. Andi yang masih berumur 5 tahun itu tertawa dengan riang sambil menerima bintang dari karet yang ada di tangan Radit. Dia lalu berlari menghampiri sepupu yang lebih kecil, Fitri dan Zikri. Radit terus memperhatikan ketiga sepupu kecilnya sambil tersenyum. Pemuda berumur 16 tahun itu sangat menyukai anak-anak, mungkin karena dia sering merasa kesepian saat berada di rumah. Luna yan
Terakhir Diperbarui: 2022-04-11
Chapter: Kenangan Rumah Ini
Hari minggu yang cerah, rumah keluarga Kusuma terlihat sangat ramai. Luna kedatangan saudara-saudara sepupunya, tapi hanya Radit yang sekarang ada di sampingnya dan berbicara berdua. Mereka banyak memiliki kesamaan, bahkan bisa saling berbagi cerita. Meskipun Radit lebih muda 3 tahun dari Luna. Mereka bernyanyi bersama, saling menumpahkan kegelisahan lewat lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan. Hanya saja kadang mereka merasa kesal, karena selalu dianggap anak kecil oleh orang-orang dewasa di sekeliling mereka."Hai...., kamu pasti sedang mengingat dia ya?" Kata Luna menggoda Radit dengan mengerlingkan sebelah matanya.Radit hanya tersenyum, pikirannya memang sedang melayang pada gadis pujaannya. Gadis cantik keturunan Gorontalo yang sejak bertemu pertama kali saat penerimaa
Terakhir Diperbarui: 2022-04-10
Chapter: Aku Harap Bisa Hentikan Waktu
Hari ini jadwal Luna untuk siaran, tidak seperti waktu itu. Kali ini Luna sudah sangat siap dengan materi yang akan dibahasnya. Siarannya akan dimulai beberapa saat lagi. Siaran pun diawali dengan alunan lagu cinta dari Afgan. Kali ini Luna membawakan siaran program siaran Indigo."Halo sahabat, kita ketemu lagi di indigo..., Interaktif, Dialogis, On Air. Bersama saya Luna Swastamita. Okey sahabat, hari ini kita bakalan bahas apa nih?" Kata Luna dengan nada suara yang ceria.Di depannya ada Intan dan Anisa yang menjadi pendamping siaranya sekaligus narasumber.“Halo Luna, halo Anisa, halo sahabat. Hari ini kita bakal bahas tentang Pergaulan Bebas Masa Kini. Sahabat Kreatif tahu nggak tahu nggak sih? Tanpa sadar kita bisa terseret pada pergaulan bebas. Sahabat Kreatif pasti sering juga kan melihat tayangan di televisi dan media sosial,” sambung Intan.“Iya itu benar sekali, Intan. Pergaulan bebas masa kini sangat rentan terjadi pada usia
Terakhir Diperbarui: 2022-04-06
Chapter: Obat Rindu
Pagi yang cerah di hari minggu, sejak tadi Luna bersama mamanya berada di halaman belakang. Mereka tampak kompak menyiram tanaman-tanaman kesayangan yang tumbuh subur di halaman belakang rumah. Hari ini Luna juga sengaja mengosongkan semua jadwalnya, entah ada dorongan apa masuk ke hatinya. Dia hanya merasa ingin berada di rumah seharian ini."Non, hari ini kamu benaran enggak akan ke ikut mama ke rumah tante Hilda?" tanya mamanya sambil menoleh ke arah Luna."Maaf ya Ma, Luna hanya ingin di rumah saja hari ini," kata Luna sambil tersenyum."Yaa...., enggak apa-apa sih. Barangkali saja kamu berubah pikiran," kata Mamanya sambil tersenyum.Hari ini Mama dan Papanya memang akan pergi ke rumah salah satu adik papa yang tinggal di daerah lembang. Tapi Luna bersikeras untuk tak mau ikut dan memilih untuk melewatkan waktunya dengan membaca buku dan mendengarkan musik. Seperti dugaannya ketika mama dan papanya sudah berangkat, suasana rumah m
Terakhir Diperbarui: 2022-03-29
Chapter: Lupakan Walau Sesaat
Hymne universitas dibawakan dengan penuh penghayatan, diiringi denting lembut piano. Grup paduan suara berdiri dengan formasi sikap sempurna, alunan suara alto, sopran, tenor dan bass berpadu membentuk sebuah harmoni. Tak ada yang ingin menonjol semua bernyanyi mengikuti nada yang memiliki porsi masing-masing dengan kekuatan dan semangat yang sama.Riuhnya tepuk tangan penonton menjadi sebuah tanda dari suksesnya penampilan mereka malam ini, satu per satu anggota paduan suara turun dari panggung. Mereka saling memberi selamat, berpelukan dan berteriak riang. Penampilan yang luar biasa malam ini menjadi sebuah kebanggaan mereka. Malam yang bertabur bintang menjadi refleksi dari suasana hati mereka.“Yes! Yes! Kita tampil dengan sang
Terakhir Diperbarui: 2022-03-28
Chapter: Hati Yang Lelah
Luna beranjak keluar dari kelas, waktu untuk mata kuliah ini sudah berakhir dan dia punya kegiatan lain. Saat sedang berjalan di koridor, seorang pemuda berkemeja biru tua sengaja menghalangi jalannya. Di belakang pemuda itu pun berdiri dua orang gadis berbaju seragam hitam dan putih, seragam yang biasa dipakai saat pentas paduan suara."Hai Luna, dengar-dengar kamu keluar dari group paduan suara ya?" tanya si pemuda tanpa basa-basi.Mendengar pertanyaan itu, Luna terdiam sekaligus merasa terkejut. Dia sama sekali tak keluar dari group paduan suara, walau dia akui dia banyak urusan di luar. Tapi kenapa ada berita itu?"Aku masih di grup kok, tak ada niat juga buat aku keluar," jawab Luna datar."Yang benar, bukannya kau juga gak pernah latihan?" kata gadis yang berdiri di sebelah kanan pemuda berkemeja biru sambil tersenyum sinis."Iya benar, aku gak keluar dari grup paduan suara, yaa walau aku sibuk di luar, bukan berarti aku keluar juga kan?" kat
Terakhir Diperbarui: 2022-03-27
Bunga Beracun Keluarga Suamiku

Bunga Beracun Keluarga Suamiku

Cerita dimulai dengan Dinda, seorang wanita muda yang berasal dari keluarga terpandang namun menyimpan rahasia kelam—dia adalah anak dari hubungan di luar nikah. Ayahnya, seorang pebisnis sukses, menjodohkan Dinda dengan Ragil, anak kedua dari keluarga Wiradana, saingan bisnisnya. Pernikahan ini bukanlah atas dasar cinta, melainkan bagian dari strategi bisnis sang ayah yang ambisius. Dinda tidak pernah menyangka bahwa pernikahannya dengan Ragil akan membawa begitu banyak kesulitan. Ancaman datang dari Eva, mantan kekasih Ragil yang tidak pernah menyerah untuk memisahkan mereka. Di tengah ketakutan dan ancaman, Dinda dan Ragil harus bersatu untuk menghadapi masa lalu yang kelam dan rahasia yang tersembunyi. Namun, ketika rahasia besar terungkap, Dinda terjebak dalam dilema antara cinta dan kenyataan. Mampukah mereka menemukan kebahagiaan di tengah badai yang terus mengancam? Atau akankah masa lalu menghancurkan mereka selamanya?
Baca
Chapter: Bab 10: Ragil Mulai Perhatian pada Dinda
Ruang makan keluarga Wiradana terasa hangat, meski pagi itu belum sepenuhnya cerah. Pagi yang tenang diisi oleh obrolan ringan antara anggota keluarga yang tengah menikmati sarapan. Di meja makan yang besar dan elegan, Nyonya Wiradana memimpin percakapan dengan senyum lembutnya, memberikan suasana yang penuh kehangatan meskipun, di bawah permukaan, ada ketegangan yang tersirat. Ragil duduk di ujung meja, dengan ekspresi datar yang sudah menjadi ciri khasnya. Di sampingnya, Laura, dengan senyum tipis yang tak pernah sepenuhnya tulus, menyimak setiap kata yang terucap."Raka, kabarnya proyek barumu berjalan lancar?" tanya Nyonya Wiradana sambil meletakkan sendok ke piringnya dengan anggun.Raka mengangguk, tampak santai. "Iya, Bu. Kami baru menandatangani kontrak besar minggu lalu. Semua berkat tim yang solid."Nyonya Wiradana tersenyum bangga, namun matanya beralih pada Ragil yang masih diam dan terlihat terputus dari percakapan. Di sebelahnya, Laura menunggu giliran untuk menunjukkan
Terakhir Diperbarui: 2024-09-10
Chapter: Bab 9: Keterpurukan dan Manipulasi
Pagi harinya, Dinda terbangun dengan rasa sakit yang mengganggu setiap gerakannya. Rasa nyeri di punggungnya membuatnya sulit untuk bangkit dari tempat tidur. Dia memandang cermin kecil di samping tempat tidur dan melihat betapa parahnya luka-luka yang ada di punggungnya. Bekas cambukan merah membara, membuatnya sulit untuk bergerak tanpa menjerit. Rasa sakit fisik ini adalah gambaran dari penderitaan emosional yang lebih dalam, yang belum sepenuhnya dia sadari.Mia, pelayan pribadinya, mendekat dengan hati-hati, membawa kotak peralatan medis. Mia adalah wanita muda dengan wajah penuh kepedihan. Tangannya bergetar saat dia membuka kotak dan mengeluarkan salep. "Maafkan aku, Nona," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku tidak bisa membiarkanmu menderita seperti ini."Dinda hanya bisa mengangguk lemah, berusaha menahan air mata. Setiap sentuhan Mia terasa seperti api yang membakar, namun Dinda tahu bahwa Mia hanya berusaha melakukan yang t
Terakhir Diperbarui: 2024-09-09
Chapter: Bab 8: Dilema Dinda
Sudah sebulan Dinda bekerja di perusahaan milik mertuanya, Tuan Wiradana. Selama itu pula, dia terus berusaha menyeimbangkan kehidupan pekerjaannya dengan tekanan yang datang dari ayahnya, Tio Mahardika. Pria tua itu, dengan ambisi dan keserakahannya, terus memaksanya mencuri file penting dari perusahaan mertuanya. Namun, hati Dinda berontak. Setiap hari dia harus melawan keinginan untuk menuruti permintaan ayahnya.Di ruang kerja Tuan Wiradana yang besar dan elegan, Dinda berdiri di meja kerja tuan Wiradana. Cahaya matahari menerobos dari jendela besar, membuat ruangan terasa hangat, tetapi tidak cukup untuk menenangkan hati Dinda yang gelisah. Tuan Wiradana tampak duduk di kursi besar di depan meja kerjanya, tersenyum puas sambil memeriksa laporan-laporan yang telah Dinda selesaikan."Kerjamu luar biasa, Dinda," puji Tuan Wiradana sambil menatap Dinda dengan senyum bangga. "Aku benar-benar terkesan dengan caramu mengelola proyek ini. Jarang sekali ada yang bisa menangani masalah sec
Terakhir Diperbarui: 2024-09-07
Chapter: BAB 7: Bergabung di Perusahaan
Dinda berdiri di depan cermin, mematut dirinya. Pikirannya berkecamuk. Setelah semua yang terjadi antara dirinya dan keluarga Ragil, hari ini adalah langkah pertama dalam menerima tawaran Tuan Wiradana. Keputusan ini tidak datang dengan mudah, tetapi Dinda tahu ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga hubungan baik dengan Ragil dan keluarganya, sambil tetap menjalankan misi yang diberikan oleh Tio Mahardika. Hatinya berdesir antara rasa takut dan keinginan untuk berhasil.Sebelum berangkat, Dinda mengingat kembali percakapan terakhirnya dengan Tuan Wiradana.“Saya ingin kau bergabung dengan kami, Dinda. Kau pintar, dan saya yakin kau bisa membantu perusahaan ini berkembang,” ujar Tuan Wiradana dengan nada tegas.Dinda kala itu hanya mengangguk pelan. “Baik, Ayah. Saya akan coba.”Kini, mengenakan pakaian formal yang rapi, Dinda berusaha meyakinkan dirinya bahwa keputusan ini benar. Dengan langkah mantap, ia meninggalkan kediaman dan menuju kantor keluarga Wiradana.***Sesampainya
Terakhir Diperbarui: 2024-09-06
Chapter: Bab 6: Di Bawah Ancaman
Dinda duduk termenung di pinggir tempat tidurnya. Cahaya redup dari lampu meja membuat bayangannya terlihat samar di dinding kamar. Di tangannya, ada sobekan kertas yang belum lama dia hancurkan. Pesan misterius yang diselipkan di bawah pintu kamar itu masih terngiang-ngiang di pikirannya. Siapa yang menulis pesan itu? Apa tujuannya? Tidak mungkin seseorang asal berani meninggalkan pesan di tempat yang seharusnya aman dari siapa pun. Kamar ini seharusnya hanya bisa dimasuki oleh dirinya dan... Eva.Dinda menoleh sekilas ke pintu kamar yang tertutup rapat. Dengan cepat, dia meremas kertas itu, menghancurkannya menjadi serpihan yang lebih kecil sebelum membuangnya ke tempat sampah kecil di sisi tempat tudirnya. Tak ada yang boleh tahu. Terutama Eva.Baru saja Dinda akan merebahkan tubuhnya di kasur, suara ketukan yang keras terdengar dari pintu kamar. Detik berikutnya, tanpa menunggu persetujuan, Eva masuk. Wajahnya kaku seperti biasa, tidak menunjukkan emosi apapun. Dinda menegakkan tub
Terakhir Diperbarui: 2024-09-05
Chapter: Bab 5: Musuh dalam Rumah
Pagi itu, Dinda terbangun dengan perasaan yang bercampur aduk. Rumah besar keluarga Wiradana terasa semakin dingin dan asing, meskipun sinar matahari mencoba menembus jendela besar di kamar tidurnya. Sepi dan sunyi, seolah semua orang di rumah itu enggan bangun lebih awal.Dinda melangkah keluar dari kamar, berjalan perlahan menyusuri lorong panjang yang terasa lebih mencekam daripada yang ia ingat. Suara langkah kakinya bergema, dan setiap sudut ruangan terasa seperti mengawasinya.Setelah menyusuri lorong, Dinda tiba di ruang tamu. Di sana, dia melihat seorang wanita yang belum pernah ia temui sebelumnya.Wanita itu berambut panjang dan berwajah manis, mengenakan gaun sederhana yang tampak elegan.Ketika mata mereka bertemu, wanita itu tersenyum lebar, tetapi ada sesuatu di balik senyum itu yang membuat Dinda merinding."Selamat pagi. Kamu pasti Dinda, ya?" sapa wanita itu dengan suara yang lembut. "Aku Laura.""Selamat pagi," jawab Dinda sambil membalas senyum tipis. Dia mengangguk
Terakhir Diperbarui: 2024-08-16
Lentera Kegelapan

Lentera Kegelapan

Dari dua kasus yang terjadi tujuh belas tahun silam, Johan menemukan berbagai keganjilan yang menuntunnya pada kejadian-kejadian supranatural. Keberadaan bayi yang dulu dibuang di depan panti asuhan, kini sudah tumbuh menjadi sosok pemuda yang meminta Johan untuk mengungkap keberadaan kedua orang tuanya. Dalam penyelidikannya Johan menemukan sebuah kenyataan yang sulit dia terima dengan akal sehatnya. Semakin dalam Johan menyelidiki kasusnya, semakin merujuk pada sebuah sekte lama yang menyimpan banyak misteri. Mampukah Johan mengungkap identitas orang tua pemuda itu? Sedangkan Johan hanya mempunyai Satu-satunya petunjuk pada selembar saputangan.
Baca
Chapter: Chapter 114  –  Kemenangan
POV RAYAku berlari menghampiri Azazel yang masih berlutut di depan kursi kebesarannya. Tanpa banyak berkata lagi aku menerjang dengan pukuran dan tendangan yang yang bertubi-tubi. Dia sekarang tak lebih dari seorang manusia pengguna elemen, kekuatan yang ada pada tubuh Thomas hanya kekuatan milik Thomas saja.DUESH!Azazel beberapakalu terpelanting, walau begitu dia masih bisa bertahan dengan kekuatan elemen milik Thomas. Azazel pun berusaha untuk balik menyerangku dengan mengeluarkan elemen tanah dan membentuk sebuah palu besar, lalu diayunkan palu itu ke arahku sambil melompat. Aku bersiap menunggunya dengan membentuk palu yang lebih besar dari milik Azazel. Begitu serangan palu Azazel mendekat, dengan kekuatan palu yang aku buat, aku hancurkan dengan sekali hantaman paluku.Azazel bergerak secepat kilat dengan elemen petir, melontarkan panah-panah petir yang dengan mudah aku tangkis. Dia pun berusaha untuk lari, tapi aku tak akan melepas
Terakhir Diperbarui: 2021-12-30
Chapter: Chapter 113 –  Gerhana Palsu!
POV RAY Ruangan sekarang menjadi terang lagi. Dengan susah payah aku berdiri sambil memegangi dadaku yang terluka. Mataku mulai berkunang-kunang. Darah sudah banyak yang keluar sepertinya. Tapi aku masih harus berdiri. "Creator?" kata Thomas. Tidak. Ia bukan Thomas. Dia Azrael yang telah mengambil alih tubuh Thomas. "Azrael?! Kenapa kamu tidak menjadi tubuhmu saja yang besar itu?" tanyaku. "Justru wujud manusia adalah wujud yang paling sempurna menurutku. Aku cukup menjadikan tubuhnya sebagai vesel untuk kebangkitanku. Segar sekali rasanya setelah lama terkurung di kegelapan oleh lima creator terkutuk itu selama ribuan tahun. Dan aku tak perlu membunuh mereka karena mereka sudah mati. Hahahahahah," kata Azrael. "Ugh!" rasa sakit didadaku. Ah...darah. Darah itu elemen air bukan? Aku terpaksa melakukannya. Obati lukaku siapa namamu? Dia tidak bernama. Tolonglah. Ahh...aku tertolong. Lukaku mulai tertutup.
Terakhir Diperbarui: 2021-12-29
Chapter: Chapter 112–  Puri, Bertahanlah!
POV ANDRE Pertarunganku dan Puri melawan laki-laki bernama Hund semakin seru, kami berusaha keras mengalahkan dia, walau beberapa kali kami harus berusaha menghindari semua serangan Hund yang tentu saja pengalaman bertarungnya jauh diatas kami berdua. Sering kali aku kewalahan dan hampir terkena sabetan-sabetan pedang besinya yang super tajam. Tapi beruntung aku terlindungi dengan kayu-kayu yang muncul dari penggabungan jolt yang aku pakai. Namun pertarungan kami mendadak terhenti, perlahan tapi pasti suasana menjadi gelap. Aku dan Puri saling pandang. Begitupun Alex dan teman-teman lainnya. Ada rasa panik yang aku rasakan dan mungkin juga Alex dan yang lainnya juga merasakan. "Puri, apa ini sudah saatnya terjadi gerhana?" Tanyaku sambil mendekati Puri. Puri yang terlihat kelelahan hanya menatapku sendu, lalu mengangguk pelan. "Puri, kita masih belum kalah, kita harus terus bertarung" bisikku sambil
Terakhir Diperbarui: 2021-12-28
Chapter: Chapter 111 –  Kebangkitan Sang Iblis 2
POV BALANCER Aku kembali berhadapan dengan Robert. lelaki yang telah membunuh adikku satu-satunya. Aku tak dapat melupakan kejadian itu walau sesaatpun, jasad William yang dilemparkannya ke bawah jembatan. William yang berusaha melindungiku dan anakku dari orang-orang biadab ini. Dia tak dapat mengimbangi serangan-serangan yang diterimanya dari para agen SDI yang mengeroyoknya. Sedangkan aku, Ketika itu baru saja melahirkan. Dalam kondisi yang masih lemah Thomas yang sudah mengetahui keberadaanku, memerintahkan untuk membunuh ku juga William. "Balancer, akhirnya kita selesaikan pertarungan kita yang tertunda," kata Robert. Aku yang malas meladeni ucapannya, lalu memanggil kekuatan elemenku, besi. Seperti biasa, aku dengan kuku-kuku besiku sudah siap mencabik-cabik Robert. Aku langsung menerjangnya, melancarkan serangan-serangan untuk bisa cepat mencabik dan membunuhnya. Robert dengan memakai kekuatan joltnya, dia pun m
Terakhir Diperbarui: 2021-12-27
Chapter: Chapter 110 –  Kebangkitan Sang Iblis
POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup
Terakhir Diperbarui: 2021-12-26
Chapter: Chapter 109 –  Pertempuran Akhir 3
POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu
Terakhir Diperbarui: 2021-12-25
DMCA.com Protection Status