POV Balancer
(Masih 1000 tahun yang lalu)
Malam mulai larut, setelah memeriksa semua sudut kuil atau benteng terakhir Azazel, kami terpaksa menginap dan mendirikan tenda. Para prajurit yang tersisa sudah kelelahan, begitupun dengan kami. Setelah mengurus para prajurit yang dan terluka kami semua langsung larut dalam kelelahan, sebagian besar dari para prajurit sudah terlelap dan sebagian lagi tetap berjaga.
Entah apa yang akan terjadi, namun hatiku terus merasakan kegelisahan. Seakan sesuatu yang buruk akan menimpa kami, maka dari itu walau lelah aku memilih untuk berjaga, sambil mengawasi sekitar kuil.
"Kamu kenapa?" tanya Albert, yang mendatangiku.
"Hmm... aku tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku tidak enak sejak kita sampai di sini. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi sedang menunggu kita," jawabku jujur.
"Coba tenangkan hatimu, mungki itu hanya sebuah dugaan saja, karena kita han
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Aku tak bisa menahan dukaku, hanya untuk sesaat aku menikmati sebuah hubungan dengan Albert. Kini di pelukannku, Albert merenggang nyawa dalam pelukanku. William yang baru terbangun langsung memburu ke arahku dengan kebingungan."Lili, apa yang terjadi, siapa yang melakukan ini pada pangeran Albret?" Tanya William, aku tak begitu memperhatikan kepanikkannya. Aku hanya hanyut dalam kesedihan yang dalam dan kemarahanku pada Thomas.Kejadian ini, mengejutkan semua orang. Pangeran Albert tewas di tangan Thomas. Seluruh prajurit yang tersisa berkabung. Paginya kami semua mengubur jasad sang pangeran di antara para prajurit. William mencoba menenangkanku. Para prajurit tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang, mereka benar-benar kehilangan tujuan tanpa komandan tertingginya, Pangeran Albert.Aku sebagai orang yang langsung memegang kendali pasukan setelah
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Prajurit itu langsung berdiri, dia melirik ke arah temannya dengan bingung, apalagi saat melihat teman di kiri dan kanannya hanya bengong, melihat dengan pandangan aneh padanya."Hai..., siapa ini? Suara siapakah? Aku....aku mendengar suara-suara," kata prajurit itu sambil menatap teman-temannya satu pet satu.Ketika tak ada satu pun dari temannya yang bereaksi, dia langsung menatap ke arahku dengan segan lalu menunduk dengan hormat."Maaf Lady, apa yang terjadi sama saya, dan suara siapa yang ada di telingan saya?" Tanyanya."Itu adalah elemen angin, kamu telah di berkati, bagaimana rasanya?" tanya Wiseman Gleto."Luar biasa," jawab prajurit itu dengan gembira.Melihat temannya begitu gembira, karena sudah diberkati. Prajurit yang lain pun ikut berebut untuk segera mendapat berkat dariku dan juga William. Akhirnya semua pra
Pov Balancer Sebuah kesempatan yang sangat langka, bahkan sangat aku hindari selama hidupku yang terbiasa bersembunyi dari semua orang. Ini pertama kalinya aku menerima ajakan James untuk berjalan-jalan bersama di sebuah taman. Hampir semua orang yang berpapasan dan melihat kami, seakan tertarik untuk memperhatikan. Mungkin penampilanku yang memang bukan orang pribumi apalagi rambut panjangku yang menarik perhatian orang-orang itu. Jarang juga perempuan yang memiliki rambut sepanjang rambutku yang sampai ke lutut dan dibiarkan tergerai begitu saja. Atau karena penampilanku. Aku memang masih terlihat sangat muda, karena memang ada kekuatan khusus yang menyebabkanku seperti ini. Mungkin juga karena pasanganku, James. Tiga hari lagi gerhana akan datang. Azazel akan datang ke bumi ketika seluruh planet-planet sejajar dan kegelapan untuk beberapa saat terjadi. Titik tergelap peristiwa gerhana matahari tepat di Tugu Monas Jakarta. Ap
POV MariaLelaki berambut abu-abu itu berdiri si depan kami, senyumnya tersungging. Namun aku tak merasakan keramahan dari senyuman itu, tapi kengerian yang mulai menjalar ke seluruh tubuhku."Halo Keponakanku, apa kabar?" sapa lelaki itu."Ahhh...., ponakan!" Pikirku."Thomas....," gumam Ray, dia berdiri dengan posisi waspada.Aku heran siapa laki-laki ini, meski menyebut Ray dengan kata keponakan, tapi Ray terlihat tak bergeming dari tempatnya. Sepertinya ada percakapan batin dari kedua orang ini, yang tak bisa aku dengar."Aku hanya ingin menyapa saja, tak apa kan," kata Thomas."Kenapa?""Wajar bukan seorang paman menyapa keponakannya. Apalagi kalau basa-basi ini diperlukan sebelum kita bertemu lagi dalam pertempuran," kata Thomas. Dia menoleh ke arahku."Sore nona, pacarmu Ray?""Thomas, sudahi semua ini. Kamu tahu siapa Azazel bukan?""Aku tahu Ray, hanya saja aku lebih
POV Ray (6 jam sebelum gerhana)."Sebuah bangunan megah yang aneh tiba-tiba saja muncul dari dalam tanah, kemunculan bangunan itu disertai dengan terjadinya gempa dahsyat. Gempa yang bukan saja terjadi di sekitar kemunculan bagunan aneh itu, tapi hingga melanda keseluruh kota Jakarta."Sebuah headline dari berita yang muncul di beberapa stasiun televisi nasional, yang tentu saja membuat geger seluruh warga. Apalagi peristiwa gempa telah membuat orang-orang menjadi panik, kaca-kaca gedung pecah. Bahkan sebagian bangunan milik warga ada yang rubuh, hingga ada juga yang rata dengan tanah.Seluruh stasiun televisi menyiarkan fenomena aneh ini. Aparat dari kepolisian dan militer pun mensterilkan sekitar Senayan. Hanya pihak pemberitaan yang bisa mendekati lokasi, walau area yang diliput di batasi. Tapi semua lapisan masyarakat bisa melihat bangunan megah itu dari jauh.Bangunan besar, menyerupai sebuah istana raja-raja. Yang tiba-tiba saja ter
Pov RayAku dan sang Balancer ibuku memimpin para pengguna elemen menuju senayan, dimana bangunan aneh berada. Kami sudah berada di depan bangunan besar yang menjulang yang mengelilingi Tugu Monas. Menurut ramalan tepat jam dua belas siang nanti akan terjadi gerhana matahari, dimana seluruh planet berada pada satu garis lurus.Sebelum itu terjadi, kami harus bisa mengalahkan Thomas dan menghalanginya untuk menjadi wadah dari kekuatan Azazel. Walau kami tahu, itu tidak akan mudah. Tapi kami pantang untuk menyerah, demi kedamaian di dunia ini.Semua bangunan ini sudah dipersiapkan oleh Thomas. Bagunan yang dibuat dengan menggunakan elemen tanah, besi dan elemen es untuk atapnya."Ray cepat temukan Thomas, Kita tak punya banyak waktu lagi. Sebelum terjadi gerhana Matahari, terlambat saja, kita sudah dapat dipastikan akan binasa," kata Ibuku dengan tegas padaku."Iya Ibu, Ray tahu hal itu," jawabku sambil terus melangkah.
POV ANDREAku, Puri, Alek, Tobi, dan para elemental lainnya, kini berhadapan dengan tiga anggota SDI. Mereka yang masing-masing menggunakan sarung tangan jolt, menyeringai ke arah kami. Senyum merendahkan pun tersungging di wajah mereka. Dengan sangat angkuh mereka mendekat ke arah kami."Halo kalian tikus-tikus elemen, kenalkan namaku John. Ada baiknya bukan, jika sebelum mati kalian mengetahui nama siapa yang sudah membunuh kalian, hahaha..." kata orang pertama sambil tertawa mengejek."Aku Scarlet," kata orang kedua, seorang cewek dengan dandanan layaknya laki-laki."Hahaha..., dan Hund, bersiaplah kalian untuk mati," katanya."Kalian tak lihat apa, jumlah kami banyak. Apa sanggup kalian melawan kami?" tanya Alex dengan lagaknya seperti biasa."Hahaha..., lihat teman-teman. Dia meragukan kita!" Kata John sambil melirik kedua temannya."Hahaha...., mereka memang cari mati John! Hai bocah sebanyak apapu
POV RAY Aku mengakui kekuatan Thomas, dia sangat kuat. Walaunsejauh ini aku dapat mengimbangi kekuatannya. Aku yang seorang Creator dapat mengimbangi cara bertarung Thomas, yang tak beda jauh dengan cara bertarungku. Aku berdiri di atas platform yang terbuat dari es, ketika aku mengimbangi dia membentuk golem raksasa bersenjatakan tombak bertarung dengan golem raksasa yang dia buat dengan bersenjatakan pedang. Pertarungan kami cukup aneh sekali, kami tidak melakukan pertarungan langsung. Kami saling melemparkan elemen dan menciptakan berbagai bentuk makhluk yang kamu gerakkan dari jauh. Seandainya ada yang melihat pasti mereka seperti melihat dua orang yang bermain mainan remote control untuk saling mengalahkan. Aku bisa mengimbangi cara bertarung seperti itu. Kalau ada kesempatan baru aku menyerangnya secara langsung dengan melemparkan sesuatu untuk melukainya, begitupun dengan Thomas. Dan Sial. Dia Kuat sekali, tak ada satup