POV Alex
Gila, orang bernama Mark ini, gerakannya begitu cepat hingga aku tak bisa mengimbanginya. Tubuhku jadi bulan-bulanan terkena pukulan dan tendangannya. Walau Tim sudah mencoba membantuku namu dia pun harus merelakan tubuhnya ikut jadi sasaran pukulan dan tendangannya. Tubuh kecil Tim beberapa kali terhempas ke dinding dan tanah. Sama seperti yang menimpaku.
Beberapa teman-temanku juga ikut membantu, namun kekuatan orang gila ini berada jauh di atas kami yang baru berlatih dengan benar beberapa hari saja. Di tengah rasa sakitku aku masih sempat untuk mencoba melindungi tubuh kecil Tim, beberapa kali dia mencoba ,engeluarkan elemen apinya namu selalu di patahkan oleh terjangan pukulan kilat Mark.
Aku tak boleh menyerah begitu saja, kucoba terus bangkit dan menyerang Mark. Saat aku bangkit lagi aku melihat sosok perempuan yang tak asing lagi bagiku.
"Hoi cewek.., Ngapain lo ada di sini!" teriakku, tapi
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV Alex Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan, mèlihat orang yang terbakar oleh elemennya sendiri. Aku jadi berpikir tentang diriku sendiri, aku harus banyak belajar dari Ray. Karena aku tak mau elemen yang menjadi bagian di tubuhku ini marah padaku."Ray, inikah kekuatanmu..., Benar-benar mengerikan," gumamku pelan, namun sepertinya Ray mendengarku, dia menoleh ke arahku.Melihat Fei yang hangus terbakar oleh elemennya sendiri, Yuzak terlihat sangat marah. Dia yang sempat ikut terkesima kemudian mengeluarkan seluruh kekuatannya. Yuzak membuat sebuah bola raksasa yang terbuat dari tanah dan bebatuan yang ada di sekitar tempat itu. Yuzak menyatukan tanah dan bebatuan dan kini bola raksasa itu melayang di atas kepalanya. Semakin besar dan terus membesar hingga sebesar badan bus."Aku tak peduli siapa itu kamu, tapi kamu sudah mencelakai Fei temanku, maka rasakan ini!" Teriaknya sambil bersiap melemparkan bol
POV RAY Sebenarnya aku ingin melepaskan Elena begitu saja, tapi aku berpikir dia belum tentu mau berbah menjadi lebih baik. Apalagi saat aku mengetahui kalau mereka berlima sudah tak muda lagi walau penampilan mereka masih terlihat seumuran denganku. elemen yang ada di miliki oleh Elena cukup berbahaya jadi kuputuskan untuk menghabisinya dengan menggunakan elemen milikiny saperti yang lain. Selesai menuntaskan kelime agen SDI, aku langsung menemui Maria, yang berada di atas gedung bersama detektif Johan. "Apa kabar tuan Detektif," sapaku ketika sudah sampai di atap gedung. "Kamu...., ahrrgghhh..., kamu datang juga Ray!" seru Detektif Johan tampak gemas sekali lalu dia memelukku. Aku juga melihat inspektur James di sana, sebenarnya aku ingin sekali memeluknya, namun dia memberiku isyarat untuk bersabar. "Piere!" panggil Inspektur James. "Ya?" "Biarkan mereka berdua,"
7 Hari Sebelum Pertempuran AkhirPOV MICHELEHidup lama tak membuatku banyak memiliki teman, hidup menyendiri menjadi pilihan bagiku yang di karuniai menjadi seorang Mist. Seseorang yang memiliki kekuatan bisa berkomunikasi dengan semua elemen di dunia ini. Syberia menjadi tempat tinggalku sejak dahulu, dengan salju abadi yang tak pernah mencair. Salju bisa dibilang menjadi sumber kehidupanku, jika saja aku jauh dari salju kekuatanku akan menurun.Sebagai seorang The Mist, aku bisa tetap berwujud wanita muda yang berubur dua puluh tahunan, padahal usiaku sampai saat ini sudah lebih dari seribu tahun, itu adalah salah satu keistimewaan diriku. Saat temanku yang seorang Balancer bernama Lili Van Bosh memintaku untuk menjadi guru dari anaknya, tentu saja aku merasa senan. Ini adalah kesempatan langka yang belum pernah aku lakukan, ya melatih sorang anak. Selain mendapatkan seora
POV AndreAda kebahagian tersendiri melihat Maria sudah kembali tersenyum lebar dan bercanda. Sesuatu yang sudah lama sekali tak aku temui di wajah Maria, dia sangat bahagia dengan kebradaan Ray di sampingnya. Begitupun dengan Ray. Baru kali ini aku melihat Ray berbincang dan bercanda. Bahkan dia tertawa dengan lepas, satu hal yang tak pernah aku lihat setelah mengenal lama dirinya. Ya aku hanya tahu dia anak yang pendiam, jangankan untuk mengobrol menyapapun setahuku tidak tidak pernah sama sekali. Jika ada yang menyapanya, paling dia hanya menoleh dan berlalu.Tak sengaja aku bertemu Ray di rumah detektif Johan, aku belum sempat menyapa Ray dengan benar, bahkan beberapa hari ini aku hanya melihat dia, cukup dari jauh. Aku melihat Ray dengan Maria di sana tapi aku tak berani untuk menyapa mereka. Aku masih menata hatiku, walau bagaimanapun Maria pernah hadir di hidupku, mengisi hatiku dan melewati masa-masa indah bersamaku. Meskipun aku
POV Balancer(Seribu tahun sebelumnya)Kemenangan atas pembasmian pemuja Azazel, kami bawa ke ibu kota kerajaan, Raja memberikan kami hadiah berkarung-karung emas untuk keberhasilan. Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang prajurit yang pulang dari perang dan membawa kemenangannya, kami berpesta semalaman. Entah berapa botol anggur yang aku habiskan malam itu, hingga aku mabuk. Walaupun dalam keadaan mabuk, tak ada satu pun lelaki yang berani menggangguku. Seperti halnya yang menjadi kebiasaan para lelaki yang selalu menjadikan kesempatan jika ada wanita yang mabuk.Tapi tidak berlaku bagiku, tak akan ada yang mau bila nanti kemaluannya dipotong. Apalagi aku adalah satu-satunya wanita yang mampu mengendalikan elemen besi."Hai Miss Lili!" sapa seseorang.Mendengar seorang lelaki menghampiri dan memanggil namaku yang sedang dalam keadaan mabuk, sama saja memancing keributan, aku langs
POV Balancer(Seribu Tahun Sebelumnya)Pagi sudah tiba, aku sudah bersiap dengan gaun panjang berkorset. Sesuatu yang sangat jarang aku pakai, walau sejumlah gaun tersedia di lemari bajuku. Berdiri depan cermin dengan gaun panjang seperti ini membuatku terasa aneh, pelayan yang membantuku sempat terheran-heran tapi tak satupun kata yang keluar dari mulutnya. Tentu saja mana ada yang berani berani berkomentar di depankuAku mendengar suara William dari lantai bawah yang terkejut saat membukakan pintu dan mendapati pangeran Albert pagi-pagi sudah berdiri di depannya dengan berpakaian layaknya rakyat biasa."Yang Mulia Pageran Albert??" suara terbata William yang terkejut."Halo William, Aku ingin bertemu dengan Lili sebenarnya," kata Albert."Aku di sini," kataku dari tangga. kedua orang itu serempak menoleh padaku."Lili?" Seru William, dia sangat terkejut melih
(Seribu tahun sebelumnya) Beberapa hari berselang, benar saja apa yang dikatakan oleh Albert. Misi berikutnya kami terima untuk pergi ke benteng terakhir Azazel. Orang Suci yang merupakan seorang rahib yang konon usianya sudah mencapai 150 tahun. Orang Suci ini juga yang memberikan kekuatan elemental kepada kami bertiga. Setelah raja memberikan petunjuknya pada kami. Dengan membawa pasukan sebanyak 300.000 orang, kami siap untuk menggempur benteng terakhir Azazel. Ini merupakan pasukan terbesar yang pernah kami bawa, pasukan yang terdiri dari gabungan berbagai negara, yaitu Inggris, Perancis dan Romawi. Keesokan hainya kami langsung berangkat menuju Benteng Azzel yang Berada di sebuah titik di dekat gurun, daerah setelah Suez. Kami berlayar selama beberapa hari sebelum menggapai tempat itu. Lalu kami berjalan selama kurang lebih sepuluh hari hingga menemui benteng yang besar itu. Sebelum berangkat Orang Suci memperkena
POV Balancer(Masih 1000 tahun yang lalu)Badai mereda, lautan kembali tenang. Hanya ombak kecil yang kadang menyapa sambil sedikit menggoyangkan kapal kami. Angin berhembus dengan desahan ringan yang memanjakan kulit, terasa lembut hingga beberapa kru kapal terlihat mulai mengantuk. Aku berdiri di sisi kapal sambil melihat air laut yang begitu bening. Ikan-ikan berenang dengan riang di bawah kapal kami, seakan menyambut dan mengarak kapal untuk sampai ke tempat tujuan. Bukan hanya ikan kecil yang aku lihat tapi ikan besar sejenis lumb-lumba pun berenang anggun di sisi kapal."Indah bukan?" Suara Albert terdengar dari sampingku, aku langsung menoleh dan tersenyum padanya."Iya," jawabku pendek."Bayangkan...., Jika keindahan seperti ini harus ditukar dengan kedatangan Azazel. Apakah kamu bisa menerimanya begitu saja?" tanyanya sambil berdiri di sampingku dan melihat ke dalam air laut yang bening.