POV Ray
Tak terasa sudah hampir dua bulan aku tinggal dan berlatih di Syberia, waktu yang cukup lama hingga membuat rasa rindu pada Maria semakin memuncak. Bahkan hampir setiap malam Maria selalu hadir di mimpiku dengan air mata yang terus mengalir di kedua belah pipinya, dia memintaku untuk segera pulang dan ada di sampingnya.
Latihan yang aku jalani dengan Michelle semakin sulit, dia mengajariku untuk mulai membuat objek dari elemen yang aku kuasai. Dari mulai membuat pedang dari batu, elemen api, air bahkan membuat macam benda yang kadang hanya untuk menjadi ajang latihan dari kecermatanku pada elemen yang ada dalam tubuhku.
Semakin banyak elemen yang masuk ke dalam tubuhku, makin ramai juga suara yang ada di kepalaku. Namun aku dan para elemen bukan sekedar pengguna dan yang digunakan, aku sudah dapat membiasakan diri untuk selalu berkomunikasi dengan semua elemen dan memanggil nama mereka. Para elemen dalam tubuhku sangat bers
Mohon dukungannya dengan cara berikan komentar berupa kritik dan saran, VOTE, atau kamu bisa menambahkan Novel ini ke dalam pustakamu. Terima kasih readear!
POV RayAku masih menatap Michelle yang terdiam, dan pikiranku justru teringat akan Maria. Bagaimana kabar dia sekarang? Andai saja aku bisa berpamitan padanya dengan kata-kata, mungkin dia tak akan menderita dengan sakitnya. Aku harap tunggulah sebentar lagi Maria."Kamu ingin bisa berbicara dengan Maria?" tanya Michelle tiba-tiba. Tentu saja pertanyaan itu membuatku tertegun untuk sesaat."Emmm..., Emang bisa ya?" jawabku antara kaget dan tak percaya, Michelle bertanya seperti itu."Kalau bisa, apakah kamu mau bicara dengannya?"tanyanya lagi."Tentu saja," kataku dengan wajah gembira."Dan tentu saja kamu bisa. Kamu bisa melakukan hal itu, kamu memiliki elemen angin. Apakah kamu pernah dengar lagu yang syairnya kurang lebih seperti ini, 'Wahai angin sampaikan cintaku kepadanya'?" tanya Michelle dengan tersenyum menggodaku."Hmm..., entahlah aku tak begitu memperhatikan," jawabku dengan jujur."H
POV Ray Hari-hariku sebagai seorang creator di mulai, latihanku saat ini lebih banyak membuat objek dengan menggunakan banyak elemen. Dengan menggunakan imajinasiku, semua aku coba wujudkan menjadi sebuah bentuk nyata yang kadang semuanya hanya berupa hiburan untukku. Selain membuat objek aku juga berlatih melakukan penyembuhan luka dengan menggunakan elemen air. Ada yang sempat membuatku merasa bangga dengan diriku sendiri, aku mencoba membangun sebuah bangunan dengan menggunakan elemen tanah, menyalakan listrik dengan bantuan elemen petir, dan banyak lagi hal baru yang sangat menarik untukku. Dengan bantuan Michele aku pun semakin dekat dengan para elemen, begitu juga dengan serigala-serigala yang selalu bersamanya. Yang lebih seru, aku juga bisa berkomunikasi dengan pepohonan besar yang ada di sekeliling pondok bahkan di dalam hutan. Michele cukup kagum denganku karena kemampuanku berbicara dengan alam melebihi ekspetasi di
POV RaySemakin memasuki pulau ini, makin banyak juga mahluk aneh yang ditemui. Saat ini saja, aku merasa janggal dengan apa yang aku lihat. Monyet-monyet yang bergelantungan di pohon sepanjang jalan yang aku lewati, namun tubuh monyet itu sangat aneh. Monyet-monyet itu memiliki empat tangan dan dua kaki, mereka bergelantungan dengan sepasang tangan dan sepasang tangan lain bergerak dengan bebas. Monyet-monyet itu terus mengiringi setiap langkahku hingga batas hutan, mereka seperti merasa senang dengan kehadiranku. Suara mereka saling bersahutan, namun tak berani untuk mendekat.Keluar dari hutan yang dipenuhi oleh Monyet, langkahku terhenti dengan munculnya mahluk besar berwarna hijau. Mahluk ini menghadangku dengan tubuh besarnya dan tingginya yang dua kali lebih tinggi dari tubuhku. Wajahnya jelek dengan sepasang taring tajam di mulutnya, menyeringai ke arahku." Apakah ini yang disebut Troll?" tanyaku pada diri sendiri. Dan par
POV RayAku tak mau membuang waktuku, kulanjutkan perjalananku. Kini aku sudah dapat melihat sebuah pintu gerbang batu yang tinggi di depanku. Gerbang setinggi sepuluh meter kini menjulang di hadapanku, aku mengamati bagaimana membuka gerbang batu ini. Tapi aku teringat, kemudian tanganku menyentuh gerbang batu."Hai gerbang batu siapakah namamu?" bisikku sambil memejamkan mata.Untuk beberapa saat aku menunggu jawaban, kemudian terasa sebuah getaran lembut dari gerbang batu itu ditanganku. Elemen batu yang ada di tubuhku seakan beraksi, namun aku tak bisa mendengar bisikan dari kedua elemen itu. Getaran-getaran lembut terus menjalar di tanganku, seakan terjadi satu negosiasi yang panjang. Tak berapa lama sebuah getaran keras terasa, aku langsung melompat mundur beberapa langkah dari depan gerbang batu. Gerbang itu bergeser perlahan, hingga cukup bagi tubuhku untuk melewatinya.Begitu memasuki gerbang, aku sempat terpana den
POV AndrePertempuran sudah berlalu beberapa hari, namun suasana suram masih saja terlihat di tempatnya Alex dan kawan-kawannya. Tak bisa aku pungkiri, beberapa orang dari anggota The ELMNTAL sudah menjadi korban, bahkan yang terluka pun ada yang belum bisa pulih. Sejak tadi pagi, aku sudah berada di tempat Alex. Rencananya hari ini kami akan membahas tentang peristiwa pertempuran kemarin, kami harus mempunyai rencana ke depannya dengan tindakan brutal yang sudah dilakukan oleh para aparat yang didomplengin oleh anggota SDI.Khususnya bagiku yang manusia biasa tak punya kekuatan, sangat menyesalkan semua yang terjadi. Para aparat memilih membantu SDI yang tak segan mengorbankan orang-orang tak bersalah, hingga meluluh lantakkan sebuah perkampungan.Kejadian demi kejadian membuat hubungan aku dan Puri semakin dekat, mungkin karena peristiwa malam itu, atau mungkin rasa egois aku yang membutuhkan satu pelampiasan karena rasa pa
POV AndreAku hanya bisa terdiam bersama detektif Johan dan inspektor James menyaksikan keharuan Balancer dan para pengguna elemen. Detektif Johan sepertinya sama belum mengertinya dengan aku tentang kehadiran seorang Balancer. Itu terlihat dengan diamnya detektif Johan sambil sesekali menatap kesal pada inspektur James.Tak lama Balancer, mengajak semua para pengguna elemen untuk kembali fokus pada yang akan dia sampaikan. Sesuatu yang sangat-sangat penting dan berhubungan dengan kebangkitan dari Azazel. Sebelumnya Balancer menjelaskan kepada kami semua, bahwa kurang dari seminggu lagi akan ada satu peristiwa di mana seluruh planet dan satelit di gugusan bima sakti ini dalam posisi sejajar. Di saat itulah kekuatan dari raja kegelapan Azazel akan dibangkitkan.Kami semua menjadi shock saat Balancer juga menjelaskan kemungkinan apa yang akan terjadi saat raja kegelapan Azazel dibangkitkan. Jika kekuatan kegelapan berhasil di bangkit
POV AndreAku, Puri , Alex, Tim dan beberapa orang lainnya sedang berkumpul di kamarnya Alex, kami sedang membuat rencana untuk besok pagi latihan bagi para pengguna elemen. Seorang pengguna elemen berlari menghampiri kami dengan nafas yang memburu."Lex, cepatlah keluar, ada orang SDI yang mendatangi kita," katanya dengan suara memburu."Ahh..., mau apa mereka ke sini dan tahu dari mana tempat kita?" kata Alex yang langsung berdiri dan melangkah keluar ruangan.Kami semua langsung mengikuti langkah Alex, dan benar saja di luar sudah terjadi keributan yang cukup membuat Alex berang. Kami mendapati lima orang berseragam SDI sedang berdiri dengan sombongnya, mereka seperti sengaja menantang keributan. Tapi ada yang aneh dari penampilan mereka, tak satu pun dari kelima orang itu membawa tongkat jolt atau memakai sarung tangan sebagai senjatanya. Namun salah satu dari mereka terlihat memainkan bebatuan hingga melayang-layang di
POV AlexGila, orang bernama Mark ini, gerakannya begitu cepat hingga aku tak bisa mengimbanginya. Tubuhku jadi bulan-bulanan terkena pukulan dan tendangannya. Walau Tim sudah mencoba membantuku namu dia pun harus merelakan tubuhnya ikut jadi sasaran pukulan dan tendangannya. Tubuh kecil Tim beberapa kali terhempas ke dinding dan tanah. Sama seperti yang menimpaku.Beberapa teman-temanku juga ikut membantu, namun kekuatan orang gila ini berada jauh di atas kami yang baru berlatih dengan benar beberapa hari saja. Di tengah rasa sakitku aku masih sempat untuk mencoba melindungi tubuh kecil Tim, beberapa kali dia mencoba ,engeluarkan elemen apinya namu selalu di patahkan oleh terjangan pukulan kilat Mark.Aku tak boleh menyerah begitu saja, kucoba terus bangkit dan menyerang Mark. Saat aku bangkit lagi aku melihat sosok perempuan yang tak asing lagi bagiku."Hoi cewek.., Ngapain lo ada di sini!" teriakku, tapi