Sebastian datang sembari membawakan makanan serta obat milik Emilio ke kamar tamu, Sebastian sedikit penasaran tentang Emilio yang begitu perhatian pada Elijah. wanita yang baru saja ditemui secara langsung dan terlibat dalam kejadian yang rumit.
Sebelumnya Sebastian mendapati keduanya sedang berbincang di antara pagar pembatas seakan keduanya sedang berdiskusi tentang hidup yang sulit serta kematian yang selalu menghantui. Sebastian tidak pernah berpikir jika Elijah mampu menarik minat Emilio. Dan Emilio sendiri seakan membuka kedua tangannya untuk menerima Elijah masuk ke dalam kehidupannya yang sunyi.
“Kau harus makan dan meminum obatmu, kau sendiri sedang sakit. Jangan berlagak sok kuat,” Sebastian menyerahkan nampan yang berisi makanan.
“Berisik,” seru Emilio.
Sebastian menghela napasnya sesekali memerhatikan Emilio yang sedang memakan makanannya. Lalu berbalik untuk menatap ke arah Elijah yang tertidur kembali setelah ia histeris sebelumnya.
Sebastian sangat penasaran mengapa Emilio sangat peduli terhadap Elijah. bisa saja dia membiarkan Elijah tanpa memedulikannya sedikit pun tetapi, itu semua tidak dilakukan oleh Emilio. Karena pada akhirnya Emilio lah yang merangkul Elijah yang hancur berkeping-keping dan merawatnya dengan tulus.
“Emilio, aku ingin bertanya padamu sebagai sahabat bukan sebagai sekretaris yang ingin tahu kehidupan pribadimu,” Emilio sedikit mendekat lalu duduk di sofa tepat di hadapan Emilio.
“Uhm,” Emilio menyelesaikan makannya lalu menatap Sebastian dengan lekat dan dalam.
“Apa yang membuatmu tertarik dengan dia (Elijah)? mengapa kau sangat memedulikannya? Itu semua membuatku penasaran tidak mengertidan ,” Sebastian menunggu jawaban Emilio.
Emilio sedikit mengangkat sudut bibirnya lalu menunduk sebentar.
“Entahlah, aku merasa bahwa dia (Elijah) mengingatkan aku pada seorang gadis kecil di masa lalu,” Emilio melirik ke arah Elijah.
Sebastian masih tidak mengerti tentang apa yang dikatakan oleh Emilio.
“Apakau kau mencintainya?”
“Entahlah, mungkin nanti aku akan jatuh cinta padanya,” Emilio menelan beberapa pil yang ada di meja dengan sekali tegak.
“Dia mengalami trauma Emilio, kau tidak bisa sembarangan. Bagaimana bisa kau merawatnya?”
“Hei, jangan remehkan aku. Aku pasti bisa menyembuhkannya dengan cinta dan kasih sayangku yang luar biasa untuknya,” Emilio tersenyum puas setelah mengatakan hal itu. Terselip luka di sana dari sorot mata yang menatap sendu pada Elijah.
“Apakah aku bisa mendengar kisah itu?”
Sejenak Emilio terdiam ia tidak tahu harus memulainya dari mana yang jelas ia dapat merasakan bagaimana pustus asanya nya dia.
“Apa kau sungguh ingin mendengarnya? Ini bukanlah sesuatu yang bisa diceritakan dengan bangga,” Sebastian kembali terdiam.
“Baiklah akan aku ceritakan sedikit,” ujar Emilio sembari berpindah. Ia berdiri tepat di depan Sebastian.
“Dahulu saat aku masih muda, aku menyaksikan ibuku bunuh diri tepat di depan mataku. Aku berlari sekuat tenaga karena aku sangat takut berharap jika ayahku datang pada hari itu...” Emilio menghentikan perkataannya. Ia menghela napasnya yang berat.
“Tiba-tiba saja aku kehilangan kesadaranku. Aku terbangun dalam keadaan tangan dan kakiku yang terikat bersama dengan seorang gadis kecil. Raut wajahnya tampak muram. Aku berusaha melepaskan ikatanku hingga melukai pergelangan tangan dan juga kakiku.
Aku bertanya namanya dan dia menjawabnya dengan nada suara yang begitu bersemangat ‘Elijah, Diora Elijah.’ Nama itu yang selalu aku ingat hingga sekarang.
Aku berusaha dengan keras untuk melepaskan diri hingga akhirnya kami berdua bisa lolos. Namun, hal itu tidaklah berlangsung lama karena pada akhirnya aku tidak bisa lagi berlari. Pergelangan kakiku terluka. Aku meminta anak itu untuk pergi, sedangkan aku kembali ditangkap dan tidak sadarkan diri.
Saat aku terbangun aku telah berada di dalam mobil yang sudah dipenuhi oleh asap bersama dengan seorang pria yang tidak aku kenal. Rasa sesak yang mencekik membuatku berusaha memukul-mukul kaca mobil dengan sekuat tenaga tetapi kaca itu tak mau pecah.
Ketika aku yang sedang putus asa mengetuk kaca itu dengan lemah, tiba-tiba seorang anak perempuan yang lebih muda dariku datang dan membawa sebuah batu besar untuk memecahkan kaca mobil berusaha menyelamatkanku. Dan aku menyadari bahwa dia adalah anak yang bersamaku sebelumnya.
Saat aku dibawa oleh petugas aku menatap lemah padanya berusaha untuk berterima kasih padanya. Satu hal yang aku ingat, anak perempuan itu tampak bahagia saat melirik ke arahku yang sedang di tandu oleh petugas medis.
Aku ingat dengan jelas bahwa anak perempuan itu begitu ceria dan energik namun, yang kudapati sekarang adalah sesosok wanita yang kehilangan dirinya. Aku ingat dengan jelas hal itu hingga suatu hari aku memintamu untuk mencari berkas tentangnya.
Dan di saat itulah aku tahu bahwa anak perempuan itu adalah Elijah, Diora Elijah anak yang menyelamatkan aku yang tengah sekarat, selalu tersenyum bahagia saat berbincang denganku selagi dalam keadaan terikat. Hingga hari itu aku kehilangan dia, aku bahkan tidak bisa menemukannya.”
Emilio berhenti sejenak, ia mengalihkan pandangannya karena ia tidak ingin Sebastian melihatnya dalam keadaan seperti sekarang ini. setelah menguatkan dirinya untuk kembali bercerita ia pun melanjutkan ceritanya.
“Suatu hari di sebuah pesta kantor aku kebetulan bertemu dengannya lagi, seperti mimpi. Aku hanya memerhatikannya dari jauh memastikan bahwa anak yang pernah bersamaku dulu adalah dia (Elijah). setelah aku mengamatinya ternyata dia tidak mengingat apa pun saat ia kecil dulu.
Aku merasa agak kesal, tapi kupikir itu adalah keberuntungan pada saat yang sama. Karena itu lebih baik untukku. Untuk mengambil beban hari itu sendirian selamanya. Sesuatu yang mengerikan tidak sepantasnya tinggal dalam ingatannya,” Emilio menyesap bir yang ada di tangannya. Ia pun tersenyum pahit. Luka itu kembali menganga seiring waktu.
Sebastian hanya termangu mencoba mencerna semua yang dikatakan oleh Emilio. Dirinya yang baru mengetahui cerita masa kecil Emilio sedikit tercengang. Karena sejak mereka berteman Sebastian tidak pernah tahu sisi kelam hidup Emilio yang sebenarnya.
“Lalu bagaimana bisa kau menjalani hidupmu seperti itu?”
Emilio tersenyum, ia berjalan ke arah jendela pandangannya tertuju ke arah luar.
“Sejak kejadian itu, aku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak setiap malam aku selalu teringat saat tubuh ibuku tergantung tidak berdaya. Dan aku sendiri mengalami hal mengerikan hingga aku berada di ambang batas kematian. Aku berusaha hidup normal tapi itu semua cukup berat untukku,” mata Emilio terpejam ada setetes bola air di pelupuk matanya.
“Aku pikir itu sangat berat untukkmu,” Sebastian sedikit menyesal. Ia berjalan mencoba memeluk Emilio. Tetapi, Emilio menghindarinya hingga Sebastian tersungkur dan mengaduh kesakitan.
“Ah selalu saja seperti ini!” umpat Sebastian.
“Sebastian, kau bukan tipe ku, mengapa kau sangat ingin memelukku?”
“Entahlah, setiap aku mendengar kisah sedihmu aku seakan tenggelam di sana. Merasakan bagaimana sesaknya dirimu. Bergelut dengan waktu dan kematian secara bersamaan. Itu sangat menyakitkan Emilio. Bagaimana bisa kau bertahan?”
“Entahlah, aku lebih penasaran bagaimana dia kehilangan senyuman yang dulu begitu manis dan menenangkan itu,” pandangan Emilio tertuju ke arah luar di mana rintik hujan mulai turun membasahi bumi.
Satu Bulan kemudian. Pagi hari tepatnya minggu pertama di musim gugur Emilio berangkat ke kantor untuk mengurus sedikit masalah yang terjadi di sana. Matahari sudah semakin tinggi tanda hari sudah beranjak siang tetapi udaranya tetap terasa dingin. Emilio melirik ke arah jam tangan vintage patek Philippe yang dikenakan olehnya. Terlihat di sana sudah pukul 13.00 siang waktunya Emilio makan siang tetapi dia tidak melakukannya. Emilio menunggu di balik meja kerjanya, pakaiannya sudah tidak karuan. Ikatan dasinya sudah melonggar menyisakan leher jenjang dan berurat terekspos bebas memanjakan mata yang melihatnya. Jari tangannya yang lentik dan ramping terus memainkan pulpen dengan cara memutarnya. Emilio terus menunggu seseorang dari balik pintu ia ingin segera menyelesa
Seorang pria tengah duduk sembari menatap layar laptop, raganya berada di kantor tetapi pikirannya terus melayang. Di dalam benaknya selalu terlintas senyuman tipis yang terukir di wajah pias Elijah. Emilio selalu melirik ke arah ponselnya berharap Elijah menghubunginya. Sudah tiga hari sejak Elijah keluar dari rumah Emilio yang megah tanpa kabar. Kekhawatiran Emilio akan Elijah semakin kuat. Karena seorang suruhannya melaporkan bahwa Elijah tidak terlihat di area tempat tinggalnya. Ia sangat gelisah saat mendapati kabar itu dirinya bahkan sudah tidak fokus lagi akan pekerjaan yang sudah menunggunya. “Sebastian, datanglah ke ruanganku. Sekarang!” Emilio menghubungi Sebastian agar menemuinya. Setelah menunggu sebentar akhirnya Sebastian datang menghampiri Emilio. raut wajahnya sedikit kebingungan k
Emilio mencari seseorang yang dekat dengan Elijah. dan dia bertemu dengan seorang pria muda yang berusia sekitar 20 tahunan. Dia menemukannya saat dia berada di toko barang bekas saat dirinya sedang menjual sedikit barang. Emilio memerhatikannya sebentar lalu memanggilnya dengan cara melambaikan tangannya yang penuh dengan luka goresan pada Dira satu-satunya pria yang dekat dengan Elijah. Dira sedikit bingung saat melihat tangan itu. Ia mendekat dan mengikuti arah mobil yang membawanya ke sudut gudang yang cukup sepi. Emilio mondar-mandir seperti setrikaan. Dirinya tidak habis pikir jika ada seorang teman yang tetap bekerja padahal temannya sendiri sedang terpuruk. “Tidak, bagaimana kau bisa tetap bekerja dan tidak peduli pada temanmu, apa dia sudah makan atau belum?” “Aku harus men
Hari sudah semakin sore langit juga tampak mendung. Dira masih berada di rumah Elijah. mencoba menyelesaikan pekerjaannya untuk menemani Elijah selama 24 jam. Suhu di luar cukup dingin karena sudah memasuki musim gugur semua orang mulai berpakaian hangat. Dira mengamati Elijah, di wajahnya masih terlihat bekas luka penganiayaan yang hingga kini Elijah tidak mendapat keadilan untuk hal itu. Elijah tidak melaporkan kejadian malang itu kepada polisi karena dirinya lebih dari tahu diri. Orang yang sedang dilawan oleh dirinya adalah orang yang ber-uang mereka bisa membuat Elijah semakin menderita bahkan kemungkinan terburuknya mereka akan menyingkirkannya tanpa jejak sedikitpun. Elijah sudah terlalu sering sakit hati dan kecewa maka dari itu ia meredam semua rasa sakitnya sendirian. Ia tidak pernah berharap lebih dalam hidupnya, ia selalu bekerja keras untuk m
Di gelapnya malam Emilio masih berkeliaran di luar. Ia kembali datang ke area lingkungan rumah Elijah. ia melirik ke sekeliling pandangannya tertuju pada jendela rumah Elijah yang padam seakan penghuninya tidak berada di sana. Emilio melirik pada jam tangannya terlihat sudah pukul 21:00 malam tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Elijah berada di rumah. Emilio benar-benar kalut ia mengabaikan pekerjaannya dan memercayakan semuanya pada Sebastian. “Lampunya mati, apa dia ada di rumah atau tidak? Astaga.” Emilio meraih ponselnya dan mencari kontak Dira dengan segera memanggil Dira. Dira sendiri berada di warnet ia sudah berpisah dengan Elijah sejak siang hari. Ia memicingkan ujung matanya saat layar ponselnya menampilkan Emilio lah yang meneleponnya malam-malam.&
Elijah mengingat kembali bagaimana raut wajah ketakutan yang ditunjukkan oleh Emilio terhadapnya. Elijah mencoba menghubungi nomor Emilio. terdengar suara cemas dari balik telepon. “Kau di mana? Apa yang kau lakukan sekarang? Halo?” Emilio mencoba mendengarkan suara Elijah namun, ia tidak mendengar suara apa pun. “Aku hanya menelepon. Tanganmu apakah baik-baik saja?” mendengar hal itu Emilio menghentikan langkahnya saat mencari keberadaan Elijah. “Tanganku? Tentu, tidak apa-apa. Aku sembuh dengan cepat.” “aku minta maaf.” “Maaf untuk apa?” “Aku tidak bisa membayarmu. Aku tidak bisa membayar uang yang kau habiska
Mendengar kabar Emilio masuk rumah sakit membuat Sebastian terkejut pasalnya beberapa jam lalu dia masih meminta informasi tentang keberadaan Elijah. sesampainya di sana Emilio tengah tertidur wajahnya pias keringat memenuhi dahinya yang lebar. Sebastian menghela napasnya lalu membawakan handuk hangat untuk membasuh keringatnya. Di sudut ruangan Sebastian tengah bicara dengan seseorang sambil sesekali ia melirik ke arah Emilio. perlahan Emilio membuka kedua matanya pening di kepala masih terasa. Ia tersadar saat melihat langit-langit yang berbeda dari kamarnya. Emilio memijat kepalanya berharap rasa sakitnya berkurang. Sebastian yang melihat Emilio telah sadar segera menutup teleponnya dan berlari menghampiri Emilio. “Bagaimana keadaanmu? A
Selagi matahari terbenam senja memancarkan cahaya abu-abu serta warna jingga memenuhi langit sore. Elijah menikmati setiap kali udara dingin menyentuh kulitnya. Sekilas tercium aroma perpaduan Cedar wood dan Cypress Elijah menghirupnya dalam-dalam. Aroma parfum itu sangat familier bagi Elijah. ia menikmati aroma yang terbawa oleh angin. “Ah, kenapa aku jadi memikirkannya?” Elijah menunduk. “Tapi tak bisa aku ungkiri jika Tuan Emilio sangatlah baik. Wanita yang mendapatkannya pastilah sangat bahagia memiliki kekasih atau pun suami yang memiliki perangai seperti Tuan Emilio.” Elijah terus membayangkan ini dan itu, di tengah pikirannya itu kembali terlintas perkataan Emilio yang membuatnya mau bangkit walau hidupnya sudah hancur sejak dulu.&nb