Emilio menyeruput tehnya, dengan santai lalu berkata dengan datar. “Istriku tengah mengandung anakku sendiri, jadi tidak ada alasan jika kalian menentangnya. Toh aku akan memiliki penerusku sendiri, darah dagingku yang selama ini aku nantikan.” “Syukurlah, jika dia tengah mengandung anakmu. Setidaknya kamu menikahinya dan dapat memliki seorang anak yang milikmu sendiri.” Earnest mengangguk, namun segera bicara lagi. “Istrimu sudah sangat baik dalam semua hal, hanya saja masa lalu tragis itu akan selalu membayanginya. Apa dia sudah berdamai dengan masa lalunya?” Setelah Emilio mendengarnya, wajahnya yang awalnya hangat langsung muram dan berkata, “Elijah masih sangat muda, tidak perlu cemas, dia pasti bisa melewatinya. Kalau pun tidak bisa aku akan tetap menemaninya hingga dia benar-benar sembuh dan berdamai dengan keadaan.” “Terserah kalian.” Earnest berkata dengan datar. Bagaimana pun itu kehidupan putra juga menantunya. Emilio tidak mempermasalahkan kehidupan rumah tangga yang sep
“Elijah sedang hamil, dia terlihat bahagia saat menceritakannya.” Areum tersenyum tapi di balik senyumnya itu ada rasa iri dan rasa sakit karena kecelakaan itu telah membunuh harapannya memiliki seorang anak. Sebastian menyadari itu dia pun mencoba untuk menghiburnya.“Suatu saat kamu juga akan mendapatkan bahagia itu, aku harap kamu tidak menyalahkan dirimu sendiri.” Rayn menatapnya dengan tatapan hangat yang penuh kasih sayang terhadapnya.“Uhm,” Areum mengangguk pelan. Setelah Areum selesai berbicara, ia mengambil smoothie buah di atas meja dan mengambil sendok kecil untuk memakannya. Gayanya ketika makan terlihat elegan dan indah. Rayn tidak menonton TV nya lagi, hanya menatap Areum dengan dalam, lalu mengingatkannya.“Tidak baik makan yang terlalu dingin.”“Oh. Kalau begitu aku tidak memakannya lagi.”Areum tidak pernah berdebat untuk hal sepele dengannya, ia dengan patuh menaruh smoothie buah di atas meja yang ada di depannya. Namun, begitu ia meletakkan sendoknya, Rayn langsung
Elijah berjalan keluar kamar, saat akan menuruni anak tangga ia melirik ke arah pintu ruang kerja Emilio yang tidak tertutup rapat. Ditatapnya sejenak lalu ia berpikir sembari mengelus perutnya.“Sepertinya ayahmu sudah kembali menggilai pekerjaannya, ayo kita buatkan kopi untuknya.” Elijah tersenyum lembut.Lampu ruang tamu telah mati, begitu pula lampu di area dapur, ia melirik sekilas jam dinding antik yang cukup besar menghiasi sudut ruang tamu. Di sana menunjukkan pukul 00:05 tengah malam. Ia menghela napas lalu menyalakan lampu dapur, yang tadinya gelap kini sudah terang benderang.Elijah membuka kulkas, berharap ada sedikit cemilan untuknya, karena makin hari dia sudah mulai kelaparan saat tengah malam, dan selalu terbangun untuk sekedar mencari cemilan. Di saat dia membuka pintu satunya ia tercengang dengan apa yang tersimpan di sana, senyuman manis itu terukir indah di wajahnya."Kamu benar-benar perhatian,” batinnya.Entah kenapa air mata jatuh tak terkendali, air mata memen
Di dalam ruangan ini. suasana ruangan selalu redup dan temaram. Tirai gorden abu-abu bertali keemasan menutupi seluruh jendela kaca yang besar, cat dinding yang berwarna abu-abu dan hitam menambah kesan misterius dan dingin. Layaknya sang pemilik rumah. Satu set sofa kulit asli warna hitam dengan meja kayu jati kecil di depannya. Lampu dan kristal berukuran sedang di tengah ruangan dan lantai granit mengkilat bercorak kayu abu-abu membuat nuansa semakin elegan dan mewah.Elijah tengah berada di dalam dekapan Emilio suaminya. Di sana dia bisa merasakan kenyamanan yang selalu membuatnya tenang. Emilio terus mengusap punggung serta mengecup lembut puncak kepalanya."Apa kamu sudah mau bicara padaku?” Emilio bertanya dengan hati-hati dan sabar tapi, Elijah masih diam. Dia masih mencoba untuk menenangkan dirinya untuk bisa bicara.Mendapati hal itu Emilio dengan sabar menunggu hingga Emosi Elijah kembali stabil baru mengajaknya berbicara lagi. sudah sekian jam posisi keduanya masih sama.
Emilio menggelengkan kepala, sambil berdecak pelan. Menit berikutnya mobil Myabach hitam meluncur menuju pintu keluar. Emilio yang duduk di kursi penumpang tatapannya lurus ke arah luar jendela, pikirannya sedikit melayang mencoba mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Elijah padanya tadi malam.Emilio menggelengkan kepalanya mencoba menepis semua pikiran yang ada di kepalanya. Mencoba dengan cara memikirkan bagaimana sahamnya yang telah dia investasikan di perusahaan-perusahaan yang telah dia pilih. Emilio mencoba untuk mendatanginya satu persatu untuk melihat dan memastikan saham miliknya juga ikut berkembang.Sesampainya di kantor seperti biasa Sebastian telah menunggunya di pintu masuk perusahaan. Beberapa staf juga ikut berjajar menyambut kedatangan Emilio. mobil Maybach berhenti, pintu terbuka menunjukkan satu kaki panjang yang terlihat pertama kali keluar. Ada sesuatu yang aneh kala Emilio keluar dari mobil, wajahnya pucat, matanya sedikit memerah membuatnya tampak jelas ji
Pada saat yang sama, Ryan dan Areum sedang berada di dalam kamar pasien rumah sakit.Leonhard setengah menyandar di atas kasur, tangannya sedang memegang dua lembar akta pernikahan, matanya juga telah menjadi kemerahan.“Sudah menikah, kalian sudah menjadi orang dewasa. ke depannya harus baik-baik bersamanya, tahu kan.”Areum mengangguk, matanya telah merah, suasana hatinya juga kurang stabil. Rayn paling jago dalam membujuk orang, dia langsung menyapa Leonhard dengan sebutan ‘Ayah’.“Ayah, ayah tenang saja, aku dan Areum pasti baik-baik saja.”“Ayah, kamu tenang saja, kalau dia berani merundung kakak, aku pasti akan menghantamnya.” Aaron berdiri di samping dan berbicara tepat pada waktunya.Rayn sangat memanjakan adik ipar ini, sehingga juga tidak membantahnya. Hanya saja dia mengangkat mata dan melirik sekilas pada Aaron, dalam hatinya berpikir. anak ini mau menghantam aku, setidaknya masih perlu melatih belasan tahun lagi.Leonhard mendengarnya hanya batuk ringan, lalu berkata deng
Yatcht itu berlayar ke laut yang tidak begitu dalam dan perlahan berhenti dengan tenang di permukaan laut. Areum dan Rayn duduk bersama di kabin kapal lalu bersandar ke jendela dan memandangi laut dan langit di luar jendela.Cuaca malam ini sangat bagus, langit dipenuhi dengan cahaya bintang yang berkedip-kedip. Areum merasa jika dirinya tengah bermandikan bintang-bintang indah.“Kamu membawaku ke laut hanya untuk mengobrol sambil menyaksikan bintang-bintang?” kata Areum lalu meneguk winenya dengan tatapan mata yang menatap lurus ke arah lautan.Laut begitu tenang dan terlihat sangat cantik dengan pantulan dari cahaya bintang. Suasananya begitu tenang dan romantis.“Uhm,” Rayn mengiyakan, “Kamu dulu pernah bilang kalau lampu perkotaan terlalu cerah sehingga mengganggumu menyaksikan bintang-bintang di langit. kamu juga bilang kalau lebih suka dengan langit penuh bintang di atas laut.“Selesai mendengar ini, Areum memicingkan matanya dan mencoba mengingat kembali. Mungkin, dia dulu mema
Di Kota, gosip terbesar tidak lain adalah mengenai pernikahan antara Rayn dan Areum yang akan segera di gelar megah, semua orang membicarakannya tanpa henti.Di sebuah cafe, Elijah tengah bersama dengan Dira, keduanya mengobrol bersama setelah cukup lama tidak bertemu. Keduanya pun tak ayal ikut membicarakan Areum“Itu, em, ada gosip dari Keluarga Briar. Nona kedua dari Keluarga Briar dan tuan muda kedua dari Keluarga Forger akan segera menikah.” ucap Dira.“Maksudmu Areum dan Rayn ya.” Sahut Elijah mengikuti alur pembicaraan Dira.“Iya.” Dira mengangguk. “Apa kamu kenal baik dengan nona kedua keluarga Briar? Aku dengar hanya orang yang mengenalnya dengan baik yang tahu namanya Areum.Sebenarnya, namanya Althea Briar. Nama ini adalah nama yang tertulis di Kartu keluarganya.Aku dengar dari seseorang kalau Althea adalah anak pertama yang dilahirkan oleh istri pertama Leonhard, dan dia sangat disayangi.Hanya saja karena dia sangat rendah hati jadi dia jarang muncul di lingkaran sosial
Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem
Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan
Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele
Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s