“Elijah sedang hamil, dia terlihat bahagia saat menceritakannya.” Areum tersenyum tapi di balik senyumnya itu ada rasa iri dan rasa sakit karena kecelakaan itu telah membunuh harapannya memiliki seorang anak. Sebastian menyadari itu dia pun mencoba untuk menghiburnya.“Suatu saat kamu juga akan mendapatkan bahagia itu, aku harap kamu tidak menyalahkan dirimu sendiri.” Rayn menatapnya dengan tatapan hangat yang penuh kasih sayang terhadapnya.“Uhm,” Areum mengangguk pelan. Setelah Areum selesai berbicara, ia mengambil smoothie buah di atas meja dan mengambil sendok kecil untuk memakannya. Gayanya ketika makan terlihat elegan dan indah. Rayn tidak menonton TV nya lagi, hanya menatap Areum dengan dalam, lalu mengingatkannya.“Tidak baik makan yang terlalu dingin.”“Oh. Kalau begitu aku tidak memakannya lagi.”Areum tidak pernah berdebat untuk hal sepele dengannya, ia dengan patuh menaruh smoothie buah di atas meja yang ada di depannya. Namun, begitu ia meletakkan sendoknya, Rayn langsung
Elijah berjalan keluar kamar, saat akan menuruni anak tangga ia melirik ke arah pintu ruang kerja Emilio yang tidak tertutup rapat. Ditatapnya sejenak lalu ia berpikir sembari mengelus perutnya.“Sepertinya ayahmu sudah kembali menggilai pekerjaannya, ayo kita buatkan kopi untuknya.” Elijah tersenyum lembut.Lampu ruang tamu telah mati, begitu pula lampu di area dapur, ia melirik sekilas jam dinding antik yang cukup besar menghiasi sudut ruang tamu. Di sana menunjukkan pukul 00:05 tengah malam. Ia menghela napas lalu menyalakan lampu dapur, yang tadinya gelap kini sudah terang benderang.Elijah membuka kulkas, berharap ada sedikit cemilan untuknya, karena makin hari dia sudah mulai kelaparan saat tengah malam, dan selalu terbangun untuk sekedar mencari cemilan. Di saat dia membuka pintu satunya ia tercengang dengan apa yang tersimpan di sana, senyuman manis itu terukir indah di wajahnya."Kamu benar-benar perhatian,” batinnya.Entah kenapa air mata jatuh tak terkendali, air mata memen
Di dalam ruangan ini. suasana ruangan selalu redup dan temaram. Tirai gorden abu-abu bertali keemasan menutupi seluruh jendela kaca yang besar, cat dinding yang berwarna abu-abu dan hitam menambah kesan misterius dan dingin. Layaknya sang pemilik rumah. Satu set sofa kulit asli warna hitam dengan meja kayu jati kecil di depannya. Lampu dan kristal berukuran sedang di tengah ruangan dan lantai granit mengkilat bercorak kayu abu-abu membuat nuansa semakin elegan dan mewah.Elijah tengah berada di dalam dekapan Emilio suaminya. Di sana dia bisa merasakan kenyamanan yang selalu membuatnya tenang. Emilio terus mengusap punggung serta mengecup lembut puncak kepalanya."Apa kamu sudah mau bicara padaku?” Emilio bertanya dengan hati-hati dan sabar tapi, Elijah masih diam. Dia masih mencoba untuk menenangkan dirinya untuk bisa bicara.Mendapati hal itu Emilio dengan sabar menunggu hingga Emosi Elijah kembali stabil baru mengajaknya berbicara lagi. sudah sekian jam posisi keduanya masih sama.
Emilio menggelengkan kepala, sambil berdecak pelan. Menit berikutnya mobil Myabach hitam meluncur menuju pintu keluar. Emilio yang duduk di kursi penumpang tatapannya lurus ke arah luar jendela, pikirannya sedikit melayang mencoba mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Elijah padanya tadi malam.Emilio menggelengkan kepalanya mencoba menepis semua pikiran yang ada di kepalanya. Mencoba dengan cara memikirkan bagaimana sahamnya yang telah dia investasikan di perusahaan-perusahaan yang telah dia pilih. Emilio mencoba untuk mendatanginya satu persatu untuk melihat dan memastikan saham miliknya juga ikut berkembang.Sesampainya di kantor seperti biasa Sebastian telah menunggunya di pintu masuk perusahaan. Beberapa staf juga ikut berjajar menyambut kedatangan Emilio. mobil Maybach berhenti, pintu terbuka menunjukkan satu kaki panjang yang terlihat pertama kali keluar. Ada sesuatu yang aneh kala Emilio keluar dari mobil, wajahnya pucat, matanya sedikit memerah membuatnya tampak jelas ji
Pada saat yang sama, Ryan dan Areum sedang berada di dalam kamar pasien rumah sakit.Leonhard setengah menyandar di atas kasur, tangannya sedang memegang dua lembar akta pernikahan, matanya juga telah menjadi kemerahan.“Sudah menikah, kalian sudah menjadi orang dewasa. ke depannya harus baik-baik bersamanya, tahu kan.”Areum mengangguk, matanya telah merah, suasana hatinya juga kurang stabil. Rayn paling jago dalam membujuk orang, dia langsung menyapa Leonhard dengan sebutan ‘Ayah’.“Ayah, ayah tenang saja, aku dan Areum pasti baik-baik saja.”“Ayah, kamu tenang saja, kalau dia berani merundung kakak, aku pasti akan menghantamnya.” Aaron berdiri di samping dan berbicara tepat pada waktunya.Rayn sangat memanjakan adik ipar ini, sehingga juga tidak membantahnya. Hanya saja dia mengangkat mata dan melirik sekilas pada Aaron, dalam hatinya berpikir. anak ini mau menghantam aku, setidaknya masih perlu melatih belasan tahun lagi.Leonhard mendengarnya hanya batuk ringan, lalu berkata deng
Yatcht itu berlayar ke laut yang tidak begitu dalam dan perlahan berhenti dengan tenang di permukaan laut. Areum dan Rayn duduk bersama di kabin kapal lalu bersandar ke jendela dan memandangi laut dan langit di luar jendela.Cuaca malam ini sangat bagus, langit dipenuhi dengan cahaya bintang yang berkedip-kedip. Areum merasa jika dirinya tengah bermandikan bintang-bintang indah.“Kamu membawaku ke laut hanya untuk mengobrol sambil menyaksikan bintang-bintang?” kata Areum lalu meneguk winenya dengan tatapan mata yang menatap lurus ke arah lautan.Laut begitu tenang dan terlihat sangat cantik dengan pantulan dari cahaya bintang. Suasananya begitu tenang dan romantis.“Uhm,” Rayn mengiyakan, “Kamu dulu pernah bilang kalau lampu perkotaan terlalu cerah sehingga mengganggumu menyaksikan bintang-bintang di langit. kamu juga bilang kalau lebih suka dengan langit penuh bintang di atas laut.“Selesai mendengar ini, Areum memicingkan matanya dan mencoba mengingat kembali. Mungkin, dia dulu mema
Di Kota, gosip terbesar tidak lain adalah mengenai pernikahan antara Rayn dan Areum yang akan segera di gelar megah, semua orang membicarakannya tanpa henti.Di sebuah cafe, Elijah tengah bersama dengan Dira, keduanya mengobrol bersama setelah cukup lama tidak bertemu. Keduanya pun tak ayal ikut membicarakan Areum“Itu, em, ada gosip dari Keluarga Briar. Nona kedua dari Keluarga Briar dan tuan muda kedua dari Keluarga Forger akan segera menikah.” ucap Dira.“Maksudmu Areum dan Rayn ya.” Sahut Elijah mengikuti alur pembicaraan Dira.“Iya.” Dira mengangguk. “Apa kamu kenal baik dengan nona kedua keluarga Briar? Aku dengar hanya orang yang mengenalnya dengan baik yang tahu namanya Areum.Sebenarnya, namanya Althea Briar. Nama ini adalah nama yang tertulis di Kartu keluarganya.Aku dengar dari seseorang kalau Althea adalah anak pertama yang dilahirkan oleh istri pertama Leonhard, dan dia sangat disayangi.Hanya saja karena dia sangat rendah hati jadi dia jarang muncul di lingkaran sosial
Selesai Areum mandi, dia pun keluar dari kamar mandi. Dia mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya yang basah dan kemudian mulai mengambil dan merapikan pakaian yang berserakan di lantai. Rayn masih berbaring di ranjang dengan setengah telanjang sambil memandangi Areum lalu berkata sambil tersenyum, "Areum, orang-orang bilang tujuan pria membelikan pakaian untuk wanita adalah untuk melepaskan pakaian itu dari tubuh wanitanya. Apa kamu membuatkanku pakaian untuk meniduriku?” Setelah mendengar ini, Areum membelalakkan mata indahnya lalu melirik ke Rayn. Lalu, dia lanjut menundukkan kepala untuk merapikan dan membereskan baju mereka. Setelah melipat pakaian, Areum meletakkannya ke dalam kotak penyimpanan, lalu nanti kalau sudah ada waktu kosong baru menyetrikanya. “Aku pagi ini ada janji periksa dengan Gwen. Kamu juga bangunlah lebih pagi. Aku sudah memasak bubur. Sarapan dulu baru nanti pergi kerja lagi, perut kosong akan melukai lambung.” kata Areum sambil ganti baju. Sejak