Share

3. Bandit

Liar melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kedua gurunya yang di yakini masih bermain catur. Dalam sekejap dia pun sampai di tempat kedua gurunya. Sondong Sasongko dan Chen Jia menatap Liar dengan tanda tanya besar karena sama sekali tidak merasakan ranah pendekar atau pun kultivator dari tubuhnya.

"Sondong... mungkinkah bocah ini benar - benar mampu menggabungkan dua ensensi beladiri...?" tanya Chen Jia melalui transmisi suara.

"Aku rasa begitu.. karena aku juga tidak merasakan apa pun dari bocah beku ini..." jawab Sondong Sasongko juga melalui transmisi suara.

Liar hanya mengamati tingkah aneh kedua gurunya dengan tatapan dingin dambil melepaskan auranya.

BUUUZZZ....!

Aura setingkat ranah Kaisar Dewa Leluhur menyeruak dari dalam tubuh Liar membawa tekanan yang beberapa kali lipat dari ranah Kaisar Dewa Leluhur biasanya. Sontak Chen Jia dan Sondong Sasongko membelalakan matanya penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya.

Dengan menyeimbangkan kekauatannya, Chen Jia menyerang Liar dengan ganas dan mematikan. Tanpa ragu Liar pun menyongsong serangan gurunya yang langsung mengirimkan serangan tapak berukuran besar dengan aura penindasan yang mengerikan.

WWWUUUSSSHHH...!

BOOOMM...!

Dengan tenang Liar melayangkan pukulan dengan energi kegelapan mengandung aura kematian. Tinju Liar mampu menghancurkan tapak besar Chen Jia namun dia juga terpental beberapa meter ke belakang hingga terjungkal. Chen Jia yang menggunakan ranah sama dengan Liar juga terpental, namun karena beda pengalaman, Chen Jian hanya terpental beberapa langkah saja.

"Anak ini terlalu kejam dan brutal... kekuatannya juga sangat mengerikan. Sebaiknya aku segera menyuruhnya untuk menguji kemampuannya di luar sana" batin Chen Jia sambil menatap kagum ke arah Liar

Dua hari kemudian Liar yang sudah siap untuk mencoba mengenal dunia yang sebenarnya, sudah berdiri di atas tebing curam seperti biasanya. Dengan pakaian serba hitam sederhana dan jubah hitam kumal yang sudah sobek di beberapa bagian serta mengenakan Caping Basunanda warisan dari Ibunya, terlihat seperti seorang pengembara biasa yang tidak punya arah tujuan.

Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin menambah kesan urakan yang sejatinya memang sudah ada dalam diri Liar. Sesok lelaki paruh baya muncul di sampingnya dengan memberikan hormat.

"Tuan Muda... kemana kita akan pergi sekarang..." tanya pria paruh baya yang tidak lain adalah Shandian Ying si Elang Petir Perak.

"Untuk kali ini aku akan pergi sendiri Paman Ying, aku hanya sebentar dan pasti akan kembali dalam waktu cepat..." jawab Liar datar.

"Tapi Tuan Muda... a"

Belum selesai ucapan Shandian Ying sudah di potong oleh Liar.

"Paman tenang saja..., aku pasti akan baik baik saja. Jika terjadi sesuatu aku pasti akan menghubungi paman melalui ini.." potong Liar sambil menunjukkan giok komunikasinya.

Shandian Ying hanya bisa pasrah dengan sikap keras kepala anak junjungannya yang dia rasa sama persis. Dengan senyum penuh makna Liar siap meluncur ke bawah jurang yang merupakan pintu menuju dunia luar dari persembunyian kedua gurunya. Akan tetapi saat dia baru saja bersiap, suara Chen Jia menghentikannya.

"Tunggu Liar...! Kau bawalah token giok ini, karena akan sangat bermanfaat saat kau menghadapi kesulitan dan jika beruntung kau bisa memasuki Sekte Nagasura hanya dengan token ini.." sergah Chen Jia sambil melemparkan token giok berwarna emas.

Liar segera menangkap token itu dan langsung menjatuhkan dirinya ke dalam jurang curam tersebut. Tubuh Liar meluncur dengan cepat menuju dasar jurang yang entah butuh waktu berapa lama untuk sampai di sana. Namun saat melewati gumpalan awan yang ada di tengah jurang, tiba - tiba tubuh Liar menghilang dan muncul di suatu tempat yang sangat asing baginya meskipun di tengah hutan.

"Tempat apa ini, kenapa energi langit dan buminya tidak sekuat di tempat Paman Chen Jia...? Sebaiknya aku memberikan tanda portal teleportasi di tempat ini.." ucap Liar sambil menanamkan sebuah rune teleportasi di tempat dia muncul.

Dia pun menyebar persepsi ilahinya yang sudah mampu menjangkau ratusan mil jauhnya. Liar akhirnya menemukan ada sebuah desa tidak terlalu jauh di arah sebelah timur dari posisinya. Dia pun melayang tinggi ke udara untuk melihat seberapa luas hutan itu.

Liar melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tampak seperti tidak memiliki batas, bahkan desa yang dia rasakan pun tidak terlihat sama sekali. Akhirnya Liar memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh Kilat Naga warisan Ibunya. Seketika tubuhnya berkelebat menerobos lebatnya hutan dengan kecepatan yang mengagumkan.

TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..!

Saat beberapa sedang melesat, Liar mendengar jeritan minta tolong dari arah lintasannya tidak jauh di depan. Liar pun menghentikan larinya dan melompat ke atas sebuah pohon besar untuk mengamati apa yang terjadi di depan sana.

Mata tajamnya pun segera menemukan sebuah kereta kuda sedang di kepung puluhan bandit dan sudah ada beberapa orang yang tewas di sekitar kereta kuda itu. Para bandit itu tampak sangat girang saat menarik keluar orang yang ada di dalam kereta kuda. Tiga orang gadis dewasa berparas cukup cantik tampak meronta - ronta berusaha membebaskan dari cengkeraman kuat para bandit itu.

Liar masih terlihat tenang di dahan pohon meskipun amarahnya sudah bergemuruh memenuhi relung hatinya. Namun dia masih ingin melihat apa yang akan dilakukan senlanjutnya oleh para bandit itu. Dengan memainkan sebatang rumput kering di bibirnya Liar terus menatap tajam ke depan dengan sorot mata dingin.

"Cepat lepaskan kami..! atau kalian akan diburu oleh klan Xiang kami...!" bentak salah satu dari gadis dewasa itu.

"Hahahaha...! Klan Xiang...?! hanya klan kelas tiga belaka kau jadikan untuk mengancam kami..! Bahkan jika kalian berasal dari klan kelas dua pun kami tidak takut.. Sudahlah mending kau melayaniku saja.." cibir anggota bandit yang kemungkinan adalah sang pemimpin bandit sambil merobek pakaian gadis itu.

Pemimpin bandit itu langsung memeluk erat tubuh gadis itu dan mendaratkan bibirnya di leher gadis itu. Namun naas bagi dirinya, saat tangan kanannya bergerak ke arah area lembah kehidupan gadis itu tiba tangan kanannya terpotong begitu rapi tanpa setetes darah pun yang keluar, akan tetapi dia merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa.

Seketika itu juga dia bergulingan menahan rasa sakit tak terperihkan di bekas potongan lengannya yang seperti sedang di cacah - cacah menggunakan pisau tumpul. Sementara anggota bandit yang lainnya bersiaga dan menjadikan tiga gadis dewasa itu sebagai sandera.

"Cepat keluar...! atau aku akan membunuh tiga perempuan jalang ini..!" teriak salah satu dari mereka sambil menekan mata pedangnya ke leher gadis yang ada di tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status