Liar melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kedua gurunya yang di yakini masih bermain catur. Dalam sekejap dia pun sampai di tempat kedua gurunya. Sondong Sasongko dan Chen Jia menatap Liar dengan tanda tanya besar karena sama sekali tidak merasakan ranah pendekar atau pun kultivator dari tubuhnya.
"Sondong... mungkinkah bocah ini benar - benar mampu menggabungkan dua ensensi beladiri...?" tanya Chen Jia melalui transmisi suara.
"Aku rasa begitu.. karena aku juga tidak merasakan apa pun dari bocah beku ini..." jawab Sondong Sasongko juga melalui transmisi suara.
Liar hanya mengamati tingkah aneh kedua gurunya dengan tatapan dingin dambil melepaskan auranya.
BUUUZZZ....!
Aura setingkat ranah Kaisar Dewa Leluhur menyeruak dari dalam tubuh Liar membawa tekanan yang beberapa kali lipat dari ranah Kaisar Dewa Leluhur biasanya. Sontak Chen Jia dan Sondong Sasongko membelalakan matanya penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya.
Dengan menyeimbangkan kekauatannya, Chen Jia menyerang Liar dengan ganas dan mematikan. Tanpa ragu Liar pun menyongsong serangan gurunya yang langsung mengirimkan serangan tapak berukuran besar dengan aura penindasan yang mengerikan.
WWWUUUSSSHHH...!
BOOOMM...!
Dengan tenang Liar melayangkan pukulan dengan energi kegelapan mengandung aura kematian. Tinju Liar mampu menghancurkan tapak besar Chen Jia namun dia juga terpental beberapa meter ke belakang hingga terjungkal. Chen Jia yang menggunakan ranah sama dengan Liar juga terpental, namun karena beda pengalaman, Chen Jian hanya terpental beberapa langkah saja.
"Anak ini terlalu kejam dan brutal... kekuatannya juga sangat mengerikan. Sebaiknya aku segera menyuruhnya untuk menguji kemampuannya di luar sana" batin Chen Jia sambil menatap kagum ke arah Liar
Dua hari kemudian Liar yang sudah siap untuk mencoba mengenal dunia yang sebenarnya, sudah berdiri di atas tebing curam seperti biasanya. Dengan pakaian serba hitam sederhana dan jubah hitam kumal yang sudah sobek di beberapa bagian serta mengenakan Caping Basunanda warisan dari Ibunya, terlihat seperti seorang pengembara biasa yang tidak punya arah tujuan. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin menambah kesan urakan yang sejatinya memang sudah ada dalam diri Liar. Sesok lelaki paruh baya muncul di sampingnya dengan memberikan hormat."Tuan Muda... kemana kita akan pergi sekarang..." tanya pria paruh baya yang tidak lain adalah Shandian Ying si Elang Petir Perak.
"Untuk kali ini aku akan pergi sendiri Paman Ying, aku hanya sebentar dan pasti akan kembali dalam waktu cepat..." jawab Liar datar.
"Tapi Tuan Muda... a"
Belum selesai ucapan Shandian Ying sudah di potong oleh Liar.
"Paman tenang saja..., aku pasti akan baik baik saja. Jika terjadi sesuatu aku pasti akan menghubungi paman melalui ini.." potong Liar sambil menunjukkan giok komunikasinya.
Shandian Ying hanya bisa pasrah dengan sikap keras kepala anak junjungannya yang dia rasa sama persis. Dengan senyum penuh makna Liar siap meluncur ke bawah jurang yang merupakan pintu menuju dunia luar dari persembunyian kedua gurunya. Akan tetapi saat dia baru saja bersiap, suara Chen Jia menghentikannya.
"Tunggu Liar...! Kau bawalah token giok ini, karena akan sangat bermanfaat saat kau menghadapi kesulitan dan jika beruntung kau bisa memasuki Sekte Nagasura hanya dengan token ini.." sergah Chen Jia sambil melemparkan token giok berwarna emas.
Liar segera menangkap token itu dan langsung menjatuhkan dirinya ke dalam jurang curam tersebut. Tubuh Liar meluncur dengan cepat menuju dasar jurang yang entah butuh waktu berapa lama untuk sampai di sana. Namun saat melewati gumpalan awan yang ada di tengah jurang, tiba - tiba tubuh Liar menghilang dan muncul di suatu tempat yang sangat asing baginya meskipun di tengah hutan.
"Tempat apa ini, kenapa energi langit dan buminya tidak sekuat di tempat Paman Chen Jia...? Sebaiknya aku memberikan tanda portal teleportasi di tempat ini.." ucap Liar sambil menanamkan sebuah rune teleportasi di tempat dia muncul.
Dia pun menyebar persepsi ilahinya yang sudah mampu menjangkau ratusan mil jauhnya. Liar akhirnya menemukan ada sebuah desa tidak terlalu jauh di arah sebelah timur dari posisinya. Dia pun melayang tinggi ke udara untuk melihat seberapa luas hutan itu.
Liar melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tampak seperti tidak memiliki batas, bahkan desa yang dia rasakan pun tidak terlihat sama sekali. Akhirnya Liar memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh Kilat Naga warisan Ibunya. Seketika tubuhnya berkelebat menerobos lebatnya hutan dengan kecepatan yang mengagumkan.
TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..!
Saat beberapa sedang melesat, Liar mendengar jeritan minta tolong dari arah lintasannya tidak jauh di depan. Liar pun menghentikan larinya dan melompat ke atas sebuah pohon besar untuk mengamati apa yang terjadi di depan sana.
Mata tajamnya pun segera menemukan sebuah kereta kuda sedang di kepung puluhan bandit dan sudah ada beberapa orang yang tewas di sekitar kereta kuda itu. Para bandit itu tampak sangat girang saat menarik keluar orang yang ada di dalam kereta kuda. Tiga orang gadis dewasa berparas cukup cantik tampak meronta - ronta berusaha membebaskan dari cengkeraman kuat para bandit itu.
Liar masih terlihat tenang di dahan pohon meskipun amarahnya sudah bergemuruh memenuhi relung hatinya. Namun dia masih ingin melihat apa yang akan dilakukan senlanjutnya oleh para bandit itu. Dengan memainkan sebatang rumput kering di bibirnya Liar terus menatap tajam ke depan dengan sorot mata dingin.
"Cepat lepaskan kami..! atau kalian akan diburu oleh klan Xiang kami...!" bentak salah satu dari gadis dewasa itu.
"Hahahaha...! Klan Xiang...?! hanya klan kelas tiga belaka kau jadikan untuk mengancam kami..! Bahkan jika kalian berasal dari klan kelas dua pun kami tidak takut.. Sudahlah mending kau melayaniku saja.." cibir anggota bandit yang kemungkinan adalah sang pemimpin bandit sambil merobek pakaian gadis itu.
Pemimpin bandit itu langsung memeluk erat tubuh gadis itu dan mendaratkan bibirnya di leher gadis itu. Namun naas bagi dirinya, saat tangan kanannya bergerak ke arah area lembah kehidupan gadis itu tiba tangan kanannya terpotong begitu rapi tanpa setetes darah pun yang keluar, akan tetapi dia merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa.
Seketika itu juga dia bergulingan menahan rasa sakit tak terperihkan di bekas potongan lengannya yang seperti sedang di cacah - cacah menggunakan pisau tumpul. Sementara anggota bandit yang lainnya bersiaga dan menjadikan tiga gadis dewasa itu sebagai sandera.
"Cepat keluar...! atau aku akan membunuh tiga perempuan jalang ini..!" teriak salah satu dari mereka sambil menekan mata pedangnya ke leher gadis yang ada di tangannya.
Darah pun tampak mengalir dari luka gores di lehernya menandakan pedang yang menempel di lehernya itu sangat tajam. Liar yang masih bersembunyi sambil memegang Caping Basunanda yang baru saja dia gunakan untuk memotong tangan pemimpin bandit.Matanya terlihat memicing dan kembali melemparkan capingnya dengan kecepatan luar biasa.SIIIUUUTTT...!CRAAASSS....!Kepala bandit yang baru saja berteriak tampak mencelat ke udara dan tanpa ada darah sedikit pun. Auara kematian yang Liar gunakan ternyata cukup efektif untuk membuat luka tanpa darah tetapi dengan efek rasa sakit yang mengerikan. Caping yang di lemparkan oleh Liar tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus berputar dan menebas kepala dua orang bandit lagi yang masih menyandera gadis - gadis dewasa itu.Dengan fikirannya, Liar merubah capingnya menjadi cukup besar dan menutupi tiga orang gadis dewasa itu.PLOK...! PLOK...! PLOK...! PLOK...!"Luar biasa jantannya kalian sebagai kaum pria, berjumlah puluhan orang dan menganiaya tig
Meskipun mendengar dengan jelas, Liar tidak menanggapi teriakan Xiang Mei, dia terus larut dan fokus dalam pemahamannya. Karena tidak ada tanggapan barang sepatah kata pun, kelima anggota klan Xiang akhirnya memilih untuk diam dan memejamkan mata mereka hingga mentari padi memaksa mereka untuk bangun.Namun saat Xiang Mei membuka mata dia dikejutkan oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan sebuah caping bambu tergantung di punggungnya sedang duduk malas di atas atap kereta mereka. Xiang Mei pun segera membangunkan yang lainnya."Ayo cepat bangun... kita harus segera melanjutkan perjalanan pulang dan berikan hormat kepada dermawan kita..!" ujar Xiang Mei dengan suara sedikit melengking membuat yang lain kaget.Dan saat mereka mengikuti pandangan Xiang Mei, mereka segera membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan mereka."Tuan Muda... terima kasih sudah menyelamatkan dan melindungi kami, aku Xiang You, di samping kananku Kak Xiang Mei dan di samping kanan Kak Xiang Mei adalah
"Bocah!, mulutmu benar - benar harus ditertibkan, ayo tunjukkan kesombonganmu itu apa sebanding dengan kemampuanmu?" ujar salah satu tetua klan Xiang.BUZZZ!Tetua itu melepas ranah kultivasi Kaisar Dewa Maha Agung tahap awal. Liar hanya tersenyum sinis kemudian ikut meledakkan aura kekacauan yang terasa sangat ganas, bahkan terasa setara dengan ranah Kaisar Leluhur Dewa suci tahap awal."Jika ingin bertarung sebaiknya kita bertarung di luar saja, jangan rusak jerih payah Patriak kalian yang sudah membangun tempat ini.." ujar Liar sambil berjalan menuju lapangan yang ada di depan aula pertemuan.Gelapnya malam semakin mencekam dengan semburan aura kekacauan dari tubuh Liar yang berdiri di tengah lapangan bersama tetua yang dia tantang. Sementara Patriak dan yang lainnya hanya menonton di luar lapangan. Beberapa tetua ahli formasi pun langsung membangun formasi pembatas supaya pertarungan mereka tidak menimbulkan kegaduhan."Aku sangat menghargai keberanianmu meskipun sangat konyol. Ap
"Patriak, apa yang dilakukan bocah sombong anak dari tetua divisi senjata kita... Apa kita akan membiarkan dia melawan Tuan Muda Liar kemudian kita harus kehilangan salah satu jenius klan Xiang ini?" tanya salah satu tetua.Belum sempat Patriak Xiang Hun menjawab pertanyaan dari salah satu tetuanya, Liar sudah bergerak keluar dengan santai membuka pintu."Hanya orang tuli yang jika berbicara dengan suara yang sangat keras dan penuh kesombongan.. Ada perlu apa kau mencariku dan apa kita sudah saling mengenal sebelumnya?" ujar Liar santai dengan tatapan sangat dingin."Kau sudah berani membuat keributan di klan Xiangku jadi sudah sewajarnya sebagai salah satu anggota klan harus menertibkan siapa pun yang mumbuat keributan di dalam klan!" jawabnya tegas."Jangna bertingkah seperti orang paling bijak se-alam semesta ini, tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya seolah - olah kau sudah paling tahu dan paling punya hak. Apakah di klan ini tidak memiliki sorang Patriak atau seorang tetua seh
"Jurus pedangku tidak pernah gagal sebelumnya, tetapi kenapa kali ini tidak berdaya menghadapi bocah udik ini.. Sudah di ranah apa sebenarnya dia..." batin Xiang Fang sambil melangkah maju meskipun hatinya sangat bimbang.Melihat langkah Xiang Fang yang dipenuhi keraguan, diam - diam banyak penonton yang mengeluarkan cibiran."Anak sombong ini benar - benar tidak tahu mana yang baik untuknya. Seharusnya mendengar tetua utama Xiang Bai saja dapat dikalahkan dengan mudah olehnya, dia tidak nekat memprovokasi seorang monster. Pantas saja anak muda itu memanggilnya Keledai Batu dan aku rasa itu sangat cocok. Hahahahaha...." ujar seorang penonton sambil tergelak diikuti yang lainnya.Di sisi lain tampak seorang paruh baya berada si atas sebuah menara ikut menyaksikan pertarungan itu."Dasar anak tidak tahu diri dan katak dalam sumur yang sejati... Kali ini aku tidak akan menolongnya bahkan jika dia tewas pun aku tidak akan menuntut apa - apa. Sudah terlalu sering kau meyusahkanku sebagai o
Hari itu menjadi hari yang penuh pelajaran bagi para anggota muda klan Xiang, mereka menerima rasa malu yang sangat luar biasa di atas kesombongan yang selama ini mereka banggakan. Bahkan para tetua pun merasa wajah mereka sudah di tampar begitu keras oleh seorang pemuda misterius yang dibawa oleh Nona Muda klan Xiang.Keesokan harinya saat Liar berjalan menuju tempat Patriak Hun, tidak ada seorang pemuda pun yang tidak menundukkan kepala ketika berpapasan dengannya. Nama Liar mejadi momok sekaligus idola baru di hati para pemuda dan tetua Klan Xiang.TOK.. TOK..TOK...!"Senior, ini aku Liar!""Masuklah Nak..." sahut Patriak Hun dengan suara yang menyenangkan.Liar memasuki ruangan Patriak Hun dan langsung memberikan hormat."Junior menemui Senior Hun!""Tidak perlu sopan seperti itu, duduklah. Ada hal yang ingin aku bicarakan. Hari ini aku akan mengantarmu ke tanah terlarang klan Xiang sesuai permintaan Leluhur Klan Xiang kami. Aku harap kau tidak mengecewakan leluhur dan mau menerim
Dengan lambaian tangannya, satu set poci dan dan cangkirnya tersedia di hadapan mereka. Sambil menikmati minuman spiritual, Leluhur Klan Xiang mulai membuka percakapan."Liar..., aku tahu kau orang yang tegas dan lurus. Namun perlu kau ketahui jika murid yang kau bunuh kemarin adalah salah satu jenius kami. Dan dengan terbunuhnya bocah sombong sialan itu, Klan Xiang kehilangan satu jenius terbaiknya. Untuk itu aku harap kau mau mewakili klanku untuk berpartisipasi dalam kompetisi antar klan di wilayah Houchun ini.."Liar tampak terdiam sambil menundukkan kepalanya, hatinya berkecamuk dipenuhi rasa bersalah karena sikapnya yang terlalu impulsif."Patua Shi.., aku tahu aku yang salah dalam hal itu karena terlalu impulsif. Kau tidak usah khawatir, aku bersedia ikut mewakili klanmu mengikuti kompetisi. Tetapi ada syaratnya dan itu sangat mudah, kau cukup memberikan nama untukku.." tegas Liar tetap dengan tampang dinginnya."Hahahaha... baiklah... baiklah..., demi menyembunyikan identitasm
Liar kembali memasuki kultivasinya dan lebih dalam lagi. Kali ini dia mengerahkan seluruh kemampuan jiwanya dan membakarnya hingga ke titik tertinggi. Jiwanya terus bergetar dan berdengung saat kembali menjalankan Kultivasi Badai Jiwa yang merupakan teknik pertama dari Teknik Bada Jiwa.Sedikit demi sedikit Liar mulai menggabungkan dengan teknik pemahaman jiwa yang diberikan oleh pamannya. Liar menarik napas dalam kemudian menggunakan teknik pernapasan naga yang diwarisinya dari Sang Ibu. Dengan memadukan dua teknik kuno itu, Liar berhasil mengendalikan gejolak jiwanya serta membuatnya sangat tenang namun kekuatannya terus meningkat.Liar terus mengamati gumpalan energi yang mulai terbentuk di ruang jiwanya. Energi tersebut hanya sebesar kelereng awalnya dan kini sudah sebesar kepalan tangan bayi."Energi jiwa yang sangat unik, energi ini mengandung unsur kekerasan, unsur kekacauan dan unsur ketajaman. Mungkinkah unsur ketajaman ini yang bisa membuat seseorang mampu meguasai Dao Ped