Share

3. Bandit

Author: Ershita
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Liar melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kedua gurunya yang di yakini masih bermain catur. Dalam sekejap dia pun sampai di tempat kedua gurunya. Sondong Sasongko dan Chen Jia menatap Liar dengan tanda tanya besar karena sama sekali tidak merasakan ranah pendekar atau pun kultivator dari tubuhnya.

"Sondong... mungkinkah bocah ini benar - benar mampu menggabungkan dua ensensi beladiri...?" tanya Chen Jia melalui transmisi suara.

"Aku rasa begitu.. karena aku juga tidak merasakan apa pun dari bocah beku ini..." jawab Sondong Sasongko juga melalui transmisi suara.

Liar hanya mengamati tingkah aneh kedua gurunya dengan tatapan dingin dambil melepaskan auranya.

BUUUZZZ....!

Aura setingkat ranah Kaisar Dewa Leluhur menyeruak dari dalam tubuh Liar membawa tekanan yang beberapa kali lipat dari ranah Kaisar Dewa Leluhur biasanya. Sontak Chen Jia dan Sondong Sasongko membelalakan matanya penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya.

Dengan menyeimbangkan kekauatannya, Chen Jia menyerang Liar dengan ganas dan mematikan. Tanpa ragu Liar pun menyongsong serangan gurunya yang langsung mengirimkan serangan tapak berukuran besar dengan aura penindasan yang mengerikan.

WWWUUUSSSHHH...!

BOOOMM...!

Dengan tenang Liar melayangkan pukulan dengan energi kegelapan mengandung aura kematian. Tinju Liar mampu menghancurkan tapak besar Chen Jia namun dia juga terpental beberapa meter ke belakang hingga terjungkal. Chen Jia yang menggunakan ranah sama dengan Liar juga terpental, namun karena beda pengalaman, Chen Jian hanya terpental beberapa langkah saja.

"Anak ini terlalu kejam dan brutal... kekuatannya juga sangat mengerikan. Sebaiknya aku segera menyuruhnya untuk menguji kemampuannya di luar sana" batin Chen Jia sambil menatap kagum ke arah Liar

Dua hari kemudian Liar yang sudah siap untuk mencoba mengenal dunia yang sebenarnya, sudah berdiri di atas tebing curam seperti biasanya. Dengan pakaian serba hitam sederhana dan jubah hitam kumal yang sudah sobek di beberapa bagian serta mengenakan Caping Basunanda warisan dari Ibunya, terlihat seperti seorang pengembara biasa yang tidak punya arah tujuan.

Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin menambah kesan urakan yang sejatinya memang sudah ada dalam diri Liar. Sesok lelaki paruh baya muncul di sampingnya dengan memberikan hormat.

"Tuan Muda... kemana kita akan pergi sekarang..." tanya pria paruh baya yang tidak lain adalah Shandian Ying si Elang Petir Perak.

"Untuk kali ini aku akan pergi sendiri Paman Ying, aku hanya sebentar dan pasti akan kembali dalam waktu cepat..." jawab Liar datar.

"Tapi Tuan Muda... a"

Belum selesai ucapan Shandian Ying sudah di potong oleh Liar.

"Paman tenang saja..., aku pasti akan baik baik saja. Jika terjadi sesuatu aku pasti akan menghubungi paman melalui ini.." potong Liar sambil menunjukkan giok komunikasinya.

Shandian Ying hanya bisa pasrah dengan sikap keras kepala anak junjungannya yang dia rasa sama persis. Dengan senyum penuh makna Liar siap meluncur ke bawah jurang yang merupakan pintu menuju dunia luar dari persembunyian kedua gurunya. Akan tetapi saat dia baru saja bersiap, suara Chen Jia menghentikannya.

"Tunggu Liar...! Kau bawalah token giok ini, karena akan sangat bermanfaat saat kau menghadapi kesulitan dan jika beruntung kau bisa memasuki Sekte Nagasura hanya dengan token ini.." sergah Chen Jia sambil melemparkan token giok berwarna emas.

Liar segera menangkap token itu dan langsung menjatuhkan dirinya ke dalam jurang curam tersebut. Tubuh Liar meluncur dengan cepat menuju dasar jurang yang entah butuh waktu berapa lama untuk sampai di sana. Namun saat melewati gumpalan awan yang ada di tengah jurang, tiba - tiba tubuh Liar menghilang dan muncul di suatu tempat yang sangat asing baginya meskipun di tengah hutan.

"Tempat apa ini, kenapa energi langit dan buminya tidak sekuat di tempat Paman Chen Jia...? Sebaiknya aku memberikan tanda portal teleportasi di tempat ini.." ucap Liar sambil menanamkan sebuah rune teleportasi di tempat dia muncul.

Dia pun menyebar persepsi ilahinya yang sudah mampu menjangkau ratusan mil jauhnya. Liar akhirnya menemukan ada sebuah desa tidak terlalu jauh di arah sebelah timur dari posisinya. Dia pun melayang tinggi ke udara untuk melihat seberapa luas hutan itu.

Liar melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tampak seperti tidak memiliki batas, bahkan desa yang dia rasakan pun tidak terlihat sama sekali. Akhirnya Liar memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh Kilat Naga warisan Ibunya. Seketika tubuhnya berkelebat menerobos lebatnya hutan dengan kecepatan yang mengagumkan.

TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..! TOLOOONNGG..!

Saat beberapa sedang melesat, Liar mendengar jeritan minta tolong dari arah lintasannya tidak jauh di depan. Liar pun menghentikan larinya dan melompat ke atas sebuah pohon besar untuk mengamati apa yang terjadi di depan sana.

Mata tajamnya pun segera menemukan sebuah kereta kuda sedang di kepung puluhan bandit dan sudah ada beberapa orang yang tewas di sekitar kereta kuda itu. Para bandit itu tampak sangat girang saat menarik keluar orang yang ada di dalam kereta kuda. Tiga orang gadis dewasa berparas cukup cantik tampak meronta - ronta berusaha membebaskan dari cengkeraman kuat para bandit itu.

Liar masih terlihat tenang di dahan pohon meskipun amarahnya sudah bergemuruh memenuhi relung hatinya. Namun dia masih ingin melihat apa yang akan dilakukan senlanjutnya oleh para bandit itu. Dengan memainkan sebatang rumput kering di bibirnya Liar terus menatap tajam ke depan dengan sorot mata dingin.

"Cepat lepaskan kami..! atau kalian akan diburu oleh klan Xiang kami...!" bentak salah satu dari gadis dewasa itu.

"Hahahaha...! Klan Xiang...?! hanya klan kelas tiga belaka kau jadikan untuk mengancam kami..! Bahkan jika kalian berasal dari klan kelas dua pun kami tidak takut.. Sudahlah mending kau melayaniku saja.." cibir anggota bandit yang kemungkinan adalah sang pemimpin bandit sambil merobek pakaian gadis itu.

Pemimpin bandit itu langsung memeluk erat tubuh gadis itu dan mendaratkan bibirnya di leher gadis itu. Namun naas bagi dirinya, saat tangan kanannya bergerak ke arah area lembah kehidupan gadis itu tiba tangan kanannya terpotong begitu rapi tanpa setetes darah pun yang keluar, akan tetapi dia merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa.

Seketika itu juga dia bergulingan menahan rasa sakit tak terperihkan di bekas potongan lengannya yang seperti sedang di cacah - cacah menggunakan pisau tumpul. Sementara anggota bandit yang lainnya bersiaga dan menjadikan tiga gadis dewasa itu sebagai sandera.

"Cepat keluar...! atau aku akan membunuh tiga perempuan jalang ini..!" teriak salah satu dari mereka sambil menekan mata pedangnya ke leher gadis yang ada di tangannya.

Related chapters

  • Legenda Semesta Beladiri   4. Formasi Pelindung

    Darah pun tampak mengalir dari luka gores di lehernya menandakan pedang yang menempel di lehernya itu sangat tajam. Liar yang masih bersembunyi sambil memegang Caping Basunanda yang baru saja dia gunakan untuk memotong tangan pemimpin bandit.Matanya terlihat memicing dan kembali melemparkan capingnya dengan kecepatan luar biasa.SIIIUUUTTT...!CRAAASSS....!Kepala bandit yang baru saja berteriak tampak mencelat ke udara dan tanpa ada darah sedikit pun. Auara kematian yang Liar gunakan ternyata cukup efektif untuk membuat luka tanpa darah tetapi dengan efek rasa sakit yang mengerikan. Caping yang di lemparkan oleh Liar tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus berputar dan menebas kepala dua orang bandit lagi yang masih menyandera gadis - gadis dewasa itu.Dengan fikirannya, Liar merubah capingnya menjadi cukup besar dan menutupi tiga orang gadis dewasa itu.PLOK...! PLOK...! PLOK...! PLOK...!"Luar biasa jantannya kalian sebagai kaum pria, berjumlah puluhan orang dan menganiaya tig

  • Legenda Semesta Beladiri   5. Klan Xiang

    Meskipun mendengar dengan jelas, Liar tidak menanggapi teriakan Xiang Mei, dia terus larut dan fokus dalam pemahamannya. Karena tidak ada tanggapan barang sepatah kata pun, kelima anggota klan Xiang akhirnya memilih untuk diam dan memejamkan mata mereka hingga mentari padi memaksa mereka untuk bangun.Namun saat Xiang Mei membuka mata dia dikejutkan oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan sebuah caping bambu tergantung di punggungnya sedang duduk malas di atas atap kereta mereka. Xiang Mei pun segera membangunkan yang lainnya."Ayo cepat bangun... kita harus segera melanjutkan perjalanan pulang dan berikan hormat kepada dermawan kita..!" ujar Xiang Mei dengan suara sedikit melengking membuat yang lain kaget.Dan saat mereka mengikuti pandangan Xiang Mei, mereka segera membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan mereka."Tuan Muda... terima kasih sudah menyelamatkan dan melindungi kami, aku Xiang You, di samping kananku Kak Xiang Mei dan di samping kanan Kak Xiang Mei adalah

  • Legenda Semesta Beladiri   6. Kekalahan Tetua Utama

    "Bocah!, mulutmu benar - benar harus ditertibkan, ayo tunjukkan kesombonganmu itu apa sebanding dengan kemampuanmu?" ujar salah satu tetua klan Xiang.BUZZZ!Tetua itu melepas ranah kultivasi Kaisar Dewa Maha Agung tahap awal. Liar hanya tersenyum sinis kemudian ikut meledakkan aura kekacauan yang terasa sangat ganas, bahkan terasa setara dengan ranah Kaisar Leluhur Dewa suci tahap awal."Jika ingin bertarung sebaiknya kita bertarung di luar saja, jangan rusak jerih payah Patriak kalian yang sudah membangun tempat ini.." ujar Liar sambil berjalan menuju lapangan yang ada di depan aula pertemuan.Gelapnya malam semakin mencekam dengan semburan aura kekacauan dari tubuh Liar yang berdiri di tengah lapangan bersama tetua yang dia tantang. Sementara Patriak dan yang lainnya hanya menonton di luar lapangan. Beberapa tetua ahli formasi pun langsung membangun formasi pembatas supaya pertarungan mereka tidak menimbulkan kegaduhan."Aku sangat menghargai keberanianmu meskipun sangat konyol. Ap

  • Legenda Semesta Beladiri   7. Kesombongan Membawa Petaka

    "Patriak, apa yang dilakukan bocah sombong anak dari tetua divisi senjata kita... Apa kita akan membiarkan dia melawan Tuan Muda Liar kemudian kita harus kehilangan salah satu jenius klan Xiang ini?" tanya salah satu tetua.Belum sempat Patriak Xiang Hun menjawab pertanyaan dari salah satu tetuanya, Liar sudah bergerak keluar dengan santai membuka pintu."Hanya orang tuli yang jika berbicara dengan suara yang sangat keras dan penuh kesombongan.. Ada perlu apa kau mencariku dan apa kita sudah saling mengenal sebelumnya?" ujar Liar santai dengan tatapan sangat dingin."Kau sudah berani membuat keributan di klan Xiangku jadi sudah sewajarnya sebagai salah satu anggota klan harus menertibkan siapa pun yang mumbuat keributan di dalam klan!" jawabnya tegas."Jangna bertingkah seperti orang paling bijak se-alam semesta ini, tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya seolah - olah kau sudah paling tahu dan paling punya hak. Apakah di klan ini tidak memiliki sorang Patriak atau seorang tetua seh

  • Legenda Semesta Beladiri   8. Arti Sebuah Sikap

    "Jurus pedangku tidak pernah gagal sebelumnya, tetapi kenapa kali ini tidak berdaya menghadapi bocah udik ini.. Sudah di ranah apa sebenarnya dia..." batin Xiang Fang sambil melangkah maju meskipun hatinya sangat bimbang.Melihat langkah Xiang Fang yang dipenuhi keraguan, diam - diam banyak penonton yang mengeluarkan cibiran."Anak sombong ini benar - benar tidak tahu mana yang baik untuknya. Seharusnya mendengar tetua utama Xiang Bai saja dapat dikalahkan dengan mudah olehnya, dia tidak nekat memprovokasi seorang monster. Pantas saja anak muda itu memanggilnya Keledai Batu dan aku rasa itu sangat cocok. Hahahahaha...." ujar seorang penonton sambil tergelak diikuti yang lainnya.Di sisi lain tampak seorang paruh baya berada si atas sebuah menara ikut menyaksikan pertarungan itu."Dasar anak tidak tahu diri dan katak dalam sumur yang sejati... Kali ini aku tidak akan menolongnya bahkan jika dia tewas pun aku tidak akan menuntut apa - apa. Sudah terlalu sering kau meyusahkanku sebagai o

  • Legenda Semesta Beladiri   9. Arti Sebuah Sikap II

    Hari itu menjadi hari yang penuh pelajaran bagi para anggota muda klan Xiang, mereka menerima rasa malu yang sangat luar biasa di atas kesombongan yang selama ini mereka banggakan. Bahkan para tetua pun merasa wajah mereka sudah di tampar begitu keras oleh seorang pemuda misterius yang dibawa oleh Nona Muda klan Xiang.Keesokan harinya saat Liar berjalan menuju tempat Patriak Hun, tidak ada seorang pemuda pun yang tidak menundukkan kepala ketika berpapasan dengannya. Nama Liar mejadi momok sekaligus idola baru di hati para pemuda dan tetua Klan Xiang.TOK.. TOK..TOK...!"Senior, ini aku Liar!""Masuklah Nak..." sahut Patriak Hun dengan suara yang menyenangkan.Liar memasuki ruangan Patriak Hun dan langsung memberikan hormat."Junior menemui Senior Hun!""Tidak perlu sopan seperti itu, duduklah. Ada hal yang ingin aku bicarakan. Hari ini aku akan mengantarmu ke tanah terlarang klan Xiang sesuai permintaan Leluhur Klan Xiang kami. Aku harap kau tidak mengecewakan leluhur dan mau menerim

  • Legenda Semesta Beladiri   10. Teknik Badai Jiwa

    Dengan lambaian tangannya, satu set poci dan dan cangkirnya tersedia di hadapan mereka. Sambil menikmati minuman spiritual, Leluhur Klan Xiang mulai membuka percakapan."Liar..., aku tahu kau orang yang tegas dan lurus. Namun perlu kau ketahui jika murid yang kau bunuh kemarin adalah salah satu jenius kami. Dan dengan terbunuhnya bocah sombong sialan itu, Klan Xiang kehilangan satu jenius terbaiknya. Untuk itu aku harap kau mau mewakili klanku untuk berpartisipasi dalam kompetisi antar klan di wilayah Houchun ini.."Liar tampak terdiam sambil menundukkan kepalanya, hatinya berkecamuk dipenuhi rasa bersalah karena sikapnya yang terlalu impulsif."Patua Shi.., aku tahu aku yang salah dalam hal itu karena terlalu impulsif. Kau tidak usah khawatir, aku bersedia ikut mewakili klanmu mengikuti kompetisi. Tetapi ada syaratnya dan itu sangat mudah, kau cukup memberikan nama untukku.." tegas Liar tetap dengan tampang dinginnya."Hahahaha... baiklah... baiklah..., demi menyembunyikan identitasm

  • Legenda Semesta Beladiri   11. Kultivasi Badai Jiwa

    Liar kembali memasuki kultivasinya dan lebih dalam lagi. Kali ini dia mengerahkan seluruh kemampuan jiwanya dan membakarnya hingga ke titik tertinggi. Jiwanya terus bergetar dan berdengung saat kembali menjalankan Kultivasi Badai Jiwa yang merupakan teknik pertama dari Teknik Bada Jiwa.Sedikit demi sedikit Liar mulai menggabungkan dengan teknik pemahaman jiwa yang diberikan oleh pamannya. Liar menarik napas dalam kemudian menggunakan teknik pernapasan naga yang diwarisinya dari Sang Ibu. Dengan memadukan dua teknik kuno itu, Liar berhasil mengendalikan gejolak jiwanya serta membuatnya sangat tenang namun kekuatannya terus meningkat.Liar terus mengamati gumpalan energi yang mulai terbentuk di ruang jiwanya. Energi tersebut hanya sebesar kelereng awalnya dan kini sudah sebesar kepalan tangan bayi."Energi jiwa yang sangat unik, energi ini mengandung unsur kekerasan, unsur kekacauan dan unsur ketajaman. Mungkinkah unsur ketajaman ini yang bisa membuat seseorang mampu meguasai Dao Ped

Latest chapter

  • Legenda Semesta Beladiri   35. Rubah Tua Yang Malang

    Tetua Pertama yang melihat Liar ada di samping Gagak Jiwa tampak tersenyum lega karena orang yang bisa menjadi sumbel malapetaka sudah kembali."Syukurlah Tuan Muda Liar sudah kembali dalam keadaan selamat, tetapi siapa lelaki paruh baya tampan di sampingnya?" batin Tetua Pertama."Tetua Pertama, lelaki itu adalah si Gagak Jiwa. Beri tahu para Tetua yang masih lurus untuk tidak memprovokasi binatang iblis yang bersama bocah beku itu.." ujar Leluhur Pertama melalui transmisi suara.Tetua Pertama tampak mengangguk mengerti dan mengirimkan suaranya melalui transmisi suara kepada beberapa Tetua. Sementara Tetua Agung yang sedari tadi bersembunyi di lipatan dimensi menjadi gemetaran melihat Liar masih hidup dan kembali bersama bintang iblis paling menakutkan."Keparat! Bocah sialan itu kenapa masih hidup dan terlihat baik - baik saja bahkan datang bersama bintang iblis yang Leluhur Pertama saja kesulitan menghadapinya..." batin Tetua Agung.Jantungnya tiba - tiba berdegub kencang saat Liar

  • Legenda Semesta Beladiri   34. Terobosan Gagak Jiwa

    Liar mengitari batu bulat kehijauan itu dengan sedikit mengedarkan kekuatan jiwanya. Dan seketika batu bulat besar itu merespon dengan bergetar dan mulai melayang hingga satu kaki serta memancarkan aura kekacauan dan aura kematian yang sangat pekat membuat Liar merasa sangat gembira."Tuan Muda, selubungi batu itu dengan kekuatan jiwamu dan tariklah masuk ke dalam lautan energi dantianmu.." ujar pecahan jiwa tua tiba - tiba.Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Liar menyelimuti batu bulat kehijauan itu dengan kekuatan jiwanya dan meletakan batu itu di dalam dantianya. Liar pun mengambil sikap Lotus dan memasuki lautan energinya untuk melihat ada reaksi apa yang akan di timbulkannya.Dan benar saja, energi gabungan dari seni Kultivasi dan seni Pendekar tiba - tiba bergetar dan berputar sangat cepat.WUUUUNNG!SIIIUUTT!BUUUZZ!Batu bulat kehijauan itu terhisap ke dalam pusat energi milik Liar dan sekarang berada di tengah pusat energi itu seolah - olah menjadi intinya. Hal itu membuat

  • Legenda Semesta Beladiri   33. Pecahan Jiwa Misterius

    BUUUZZZ!Liar bersama Gagak Jiwa dihempaskan begitu melewati portal dunia rahasia hingga nyaris terjerembab."Tempat apa ini Senior?" tanya Liar sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang terjangkau oleh pandangannya."Ini dunia rahasia yang aku sendiri tidak tahu namanya meski sudah menguasai tempat ini selama ribuan tahun. Aku akan mengantar Tuan ke suatu tempat yang selalu gagal aku masuki.." jawab Gagak Jiwa penuh semangat.Namun pembawaan Liar yang sangat dingin hanya terlihat biasa saja mendengar penjelasan Gagak Jiwa. Mereka pun menuju tempat yang dimaksud oleh Gagak Jiwa. Setelah terbang selama dua jam akhirnya mereka sampai di sebuah bukit batu yang berwarna hitam kelam.Liar tampak terkejut saat merasakan energi jiwa yang luar biasa terpancar dari sebuah celah sempit yang ada di sisi bukit. Dengan tenang Liar mendekati celah itu meskipun Gagak Jiwa melarangnya namun dia tetap melangkah dengan mantap.SWWOOOSSHH!Tiba - tiba serangan jiwa yang sangat mengerikan meng

  • Legenda Semesta Beladiri   32. Ancaman Senjata Makan Tuan

    Gagak Jiwa melakukan serangan demi serangan main - main penuh kegembiraan disertai tawa mengejek yang tidak pernah berhenti."Hahahahah! Ayo manusia - manusia sombong dan penuh iri dengki, di mana kesombongan kalian sebelumnya?" ejek Gagak Jiwa sambil terus menyerang.Pan Liang merasa sangat kesal meskipun menyadari dia tidak akan mampu meski hanya menghadapi kekuatan main - main Gagak Jiwa. Namun rasa egois dan angkuh yang sudah membatu dalam hatinya membuat dia lupa daratan dan memandang tinggi dirinya sendiri."Ayo gunakan formasi tempur kita! Aku yakin bisa membuat gagak sialan ini terluka!" teriak Pan Liang kepada teman - temannya.Mereka pun membentuk formasi tempur yang selama ini mereka banggakan dalam pertarungan berkelompok. Mereka bergerak dinamis saling silang menyusun serangan yang memang sedikit berhasil membuat Gagak Jiwa kerepotan. Akan tetapi dengan kecepatannya, Gagak Jiwa mampu membalikkan keadaan.Setiap kibasan tongkat Gagak Jiwa terus mereduksi kesadaran jiwa Pan

  • Legenda Semesta Beladiri   31. Percobaan Mematikan

    "Wooii bocah udik! Jangan sombong dan pamer di depanku!" hardik Pan Liang penuh amarah."Ooohh.. sudah sampai kalian. Heeii... senior Pan, apa masalahmu hingga terlihat sangat marah? Aku hanya istirahat sambil menunggu kalian.." jawab Liar sambil tersenyum mengejek.Pan Liang semakin meradang melihat ejekan Liar secara terang - terangan dan bersiap untuk menyerangnya namun di cegah oleh teman - temannya. Pan Liang awalnya sempat berontak namun akhirnya menyadari ucapan teman - temannya dan memilih untuk diam.Liar sendiri hanya menatap tajam mereka dengan tatapan yang sangat dingin. Dan sebagai pelampiasan kekesalannya, Liar mengetuk batu tempatnya tiduran dengan jari telunjuknya.BLAAARR!Batu besar itu pun hancur berkeping - keping membuat teman - teman Pan Liang terkejut dengan wajah pucat. Sementara Pan Liang sendiri merasa jantungnya berdebar keras namun tetap bersikap sombong dan angkuh."Apa kita hanya akan mematung di tempat ini saja? Kapan kita akan sampai di tempat tujuan...

  • Legenda Semesta Beladiri   30. Dukungan Tetua Pertama

    Liar sengaja tidak mengejar binatang iblis spiritual yang terpental namun mengeluarkan pedang bobrok yang kini terlihat lebih mengerikan. Seluruh bilahnya yang berwarna hitam pekat terlihat seperti bulu elang di permukaannya dan kedua sisi tajamnya bergerigi seperti bulu yang rusak oleh angin.Benang - benang jiwa bergoyang di setiap ujung gerigi pada mata pedangnya, sementara aura kekacauan bersinar redup tipis di tengah bilahnya membuat penampilan pedangnya terlihat mengerikan. Binatang iblis spiritual menatap Liar dengan tatapan membunuh dan penuh kebencian."Manusia tidak tahu diri! dengan kekuatan kecilmu itu kau berani menantangku, maka terimalah kematianmu!"WUUUTTT!Bola energi sebesar kelapa dengan aura kekerasan melesat ke arah Liar namun Liar sama sekali tidak panik dan merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengejek.PERTAHANAN BADAI JIWA!BOOOMM!Bola energi itu menghantam tubuh Liar dengan telak hingga menimbulkan getaran di sekitarnya disertai asap dan debu yan begi

  • Legenda Semesta Beladiri   29. Binatang Iblis Spiritual

    Posisi Liar yang tepat berada di bawah dada Beruang Api langsung mendorong kedua tinjunya menghantam dada Beruang Api.BOOOMM!Tubuh Beruang Api terhempas tinggi ke udara dengan dara menyembur dari lubang besar di dadanya dan jatuh berdebum ke tanah tanpa nyawa. Liar menghampirinya dan menghancurkan kepalanya untuk mengambil inti bintang iblisnya."Sayang sekali aku tidak tertarik dengan daging beruang dan aku juga belum memiliki seorang teman pun di Sekte Nagasura selain para orang tua usil itu.." gumam Liar sambil berlalu pergi.Langkah Liar terayun semakin dalam di bagian tengah hutan yang terasa aneh karena tidak satu pun binatang iblis yang Liar jumpai. Namun baru saja Liar bergelut dengan pikirannya, tidak jauh dari hadapan Liar tampak seekor kadal hitam yang sangat besar dan menyemburkan aroma busuk.Kadal itu menoleh dan menemukan keberadaan Liar yang berjalan tenang ke arahnya. Kadal hitam besar berbau busuk itu terlihat marah dan menatap Liar penuh intimidasi dengan terus me

  • Legenda Semesta Beladiri   28. Transformasi Jiwa

    Tidak dinyana dan tidak diduga jiwa Liar berevolusi hingga memiliki bentuk manusia sempurna. Energi kematian dan energi kekacauan yang menyatu dengan jiwanya membentuk benang - benang jiwa yang berhamburan keluar dari tubuh jiwa Liar.Bahkan Liar sendiri merasa gugup dan sedikit tertekan berada di hadapan tubuh jiwanya sendiri. Saat tubuh jiwanya membuka mata dia berdiri dan mengacungkan jarinya pada kesadaran Liar dan ribuan benang jiwa memasuki kesadarannya."Kau adalah aku dan aku adalah kau... dengan benang - benang jiwa ini kau bisa menggabungkannya dalam setiap seranganmu bahkan dengan kekuatan fisikmu. Dengan kemampuan seni Pendekar warisan Ibumu kau tidak usah khawatir akan ketahuan oleh para Kultivator jika seranganmu mengandung kekuatan jiwa kematian dan kekacauan dan aku sebagai jiwamu juga tidak harus bersatu dengan tubuh fisikmu.." ujar tubuh jiwa Liar.Liar pun segera memasuki dantiannya dan menyebarkan benang - benang jiwa hingga membungkus dua energi yang ada di dantia

  • Legenda Semesta Beladiri   27. Konspirasi Tetua Agung

    Satu minggu kemudian Liar mendapat pesan dari Tetua Agung pada giok pengirim. Dia meminta Liar untuk menemuinya sekarang juga karena ada hal penting yang akan di sampaikannya. Dengan tenang Liar keluar dan melesat ke tempat Tetua Agung."Salam Tetua Agung, junior sudah datang" sapa Liar sopan ada rasa entah kenapa membenci Tetua Agung."Ahh.. Tuan Muda, mari ikuti saya ke ruangan pribadi saya.." sambut Tetua Agung.Mereka duduk berdua dan Tetua Agung memasang formasi penghalang kemudian menjelaskan apa yang menjadi tujuannya kepada Liar secara detail. Liar menatap mata Tetua Agung dengan dingin dan tenang mendengarkan semua penjelasannya."Apa hanya itu tugasku?" tanya Liar singkat."Ya, hanya itu tugas Tuan Muda dan sisanya akan diselesaikan oleh kelompok murid Suci yang terpilih.." jawab Tetua Agung dengan senyum yang dibuat - buat untuk menutupi kelicikannya.Namun hal yang tidak disadari oleh Tetua Agung bahwa Liar sudah menembus ruang jiwanya dan membaca semua rencana Tetua Agung

DMCA.com Protection Status