Liar sengaja tidak mengejar binatang iblis spiritual yang terpental namun mengeluarkan pedang bobrok yang kini terlihat lebih mengerikan. Seluruh bilahnya yang berwarna hitam pekat terlihat seperti bulu elang di permukaannya dan kedua sisi tajamnya bergerigi seperti bulu yang rusak oleh angin.Benang - benang jiwa bergoyang di setiap ujung gerigi pada mata pedangnya, sementara aura kekacauan bersinar redup tipis di tengah bilahnya membuat penampilan pedangnya terlihat mengerikan. Binatang iblis spiritual menatap Liar dengan tatapan membunuh dan penuh kebencian."Manusia tidak tahu diri! dengan kekuatan kecilmu itu kau berani menantangku, maka terimalah kematianmu!"WUUUTTT!Bola energi sebesar kelapa dengan aura kekerasan melesat ke arah Liar namun Liar sama sekali tidak panik dan merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengejek.PERTAHANAN BADAI JIWA!BOOOMM!Bola energi itu menghantam tubuh Liar dengan telak hingga menimbulkan getaran di sekitarnya disertai asap dan debu yan begi
"Wooii bocah udik! Jangan sombong dan pamer di depanku!" hardik Pan Liang penuh amarah."Ooohh.. sudah sampai kalian. Heeii... senior Pan, apa masalahmu hingga terlihat sangat marah? Aku hanya istirahat sambil menunggu kalian.." jawab Liar sambil tersenyum mengejek.Pan Liang semakin meradang melihat ejekan Liar secara terang - terangan dan bersiap untuk menyerangnya namun di cegah oleh teman - temannya. Pan Liang awalnya sempat berontak namun akhirnya menyadari ucapan teman - temannya dan memilih untuk diam.Liar sendiri hanya menatap tajam mereka dengan tatapan yang sangat dingin. Dan sebagai pelampiasan kekesalannya, Liar mengetuk batu tempatnya tiduran dengan jari telunjuknya.BLAAARR!Batu besar itu pun hancur berkeping - keping membuat teman - teman Pan Liang terkejut dengan wajah pucat. Sementara Pan Liang sendiri merasa jantungnya berdebar keras namun tetap bersikap sombong dan angkuh."Apa kita hanya akan mematung di tempat ini saja? Kapan kita akan sampai di tempat tujuan...
Gagak Jiwa melakukan serangan demi serangan main - main penuh kegembiraan disertai tawa mengejek yang tidak pernah berhenti."Hahahahah! Ayo manusia - manusia sombong dan penuh iri dengki, di mana kesombongan kalian sebelumnya?" ejek Gagak Jiwa sambil terus menyerang.Pan Liang merasa sangat kesal meskipun menyadari dia tidak akan mampu meski hanya menghadapi kekuatan main - main Gagak Jiwa. Namun rasa egois dan angkuh yang sudah membatu dalam hatinya membuat dia lupa daratan dan memandang tinggi dirinya sendiri."Ayo gunakan formasi tempur kita! Aku yakin bisa membuat gagak sialan ini terluka!" teriak Pan Liang kepada teman - temannya.Mereka pun membentuk formasi tempur yang selama ini mereka banggakan dalam pertarungan berkelompok. Mereka bergerak dinamis saling silang menyusun serangan yang memang sedikit berhasil membuat Gagak Jiwa kerepotan. Akan tetapi dengan kecepatannya, Gagak Jiwa mampu membalikkan keadaan.Setiap kibasan tongkat Gagak Jiwa terus mereduksi kesadaran jiwa Pan
Pertempuran sengit yang terjadi semakin memanas dan menggila, sepasang suami istri yang tak kenal takut itu terus memberikan perlawanan luar biasa. Keduanya mengamuk penuh semangat dalam bertempur seolah - olah memiliki energi yang tiada habisnya sebagai seorang Pendekar Suci.Meskipun mereka hanya berdua dan harus menghadapi puluhan ahli yang terdiri dari Pendekar dan Kultivator, mereka sama sekali tidak menemui kesulitan. Begitu juga dengan pasukannya yang di dominasi oleh ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno di damping puluhan ribu bangsa Dewa di bawah pimpinan Dayang Cempaka, Permaisuri Ratna Manggali, Kaisar Huang Taizi, Ratu Citra Kencana dan Prabu Chandra Adhyaksa.Puluhan ribu bangsa Dewa dan ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno sama sekali tidak memandang jumlah musuh yang beberapa kali lipat lebih banyak dari mereka. Mereka tetap fokus memberikan perlawanan terbaik mereka dan tidak ada niat sedikit pun untuk mengampuni musuh."Sondong... kau menyingkirlah
Liar yang berdiri di tepi tebing memandang luas ke arah cakrawala, tampangnya yang dingin tidak sedikit pun menunjukkan kegundahan hatinnya. Kedua gurunya hanya menatap santai di belakangnya dan membiarkan murid tercinta mereka meresapi makna di balik cakrawala sore. "Liar... aku rasa kau sudah cukup untuk turun melihat hiruk pikuk kehidupan di luar sana. Ranah kependekaranmu sudah berada di atas ranah pilih tanding, jika harus menggunakan ranah kultivasi pun kau sudah mencapai ranah Kaisar Dewa Penguasa menengah... Jadi kurang apa lagi.." tanya Sondong Sasongko."Pamanmu itu benar Liar... di usiamu yang baru lima belas tahun itu merupakan pencapaian luar biasa dan kau bisa disebut sebagai jenius tiada tara bahkan jenius langka.." timpal Chen Jia.Liar membalikkan badannya dan menghadap ke arah kedua gurunya dengan tatapan dan wajah yang tetap dingin, namun bagi kedua praktisi hebabt itu sudah menjadi hal biasa melihat sikap Liar yang seperti itu."Aku hanya akan turun gunung saat ak
Liar melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat kedua gurunya yang di yakini masih bermain catur. Dalam sekejap dia pun sampai di tempat kedua gurunya. Sondong Sasongko dan Chen Jia menatap Liar dengan tanda tanya besar karena sama sekali tidak merasakan ranah pendekar atau pun kultivator dari tubuhnya."Sondong... mungkinkah bocah ini benar - benar mampu menggabungkan dua ensensi beladiri...?" tanya Chen Jia melalui transmisi suara."Aku rasa begitu.. karena aku juga tidak merasakan apa pun dari bocah beku ini..." jawab Sondong Sasongko juga melalui transmisi suara.Liar hanya mengamati tingkah aneh kedua gurunya dengan tatapan dingin dambil melepaskan auranya.BUUUZZZ....!Aura setingkat ranah Kaisar Dewa Leluhur menyeruak dari dalam tubuh Liar membawa tekanan yang beberapa kali lipat dari ranah Kaisar Dewa Leluhur biasanya. Sontak Chen Jia dan Sondong Sasongko membelalakan matanya penuh keterkejutan dan rasa tidak percaya.Dengan menyeimbangkan kekauatannya, Chen Jia menyeran
Darah pun tampak mengalir dari luka gores di lehernya menandakan pedang yang menempel di lehernya itu sangat tajam. Liar yang masih bersembunyi sambil memegang Caping Basunanda yang baru saja dia gunakan untuk memotong tangan pemimpin bandit.Matanya terlihat memicing dan kembali melemparkan capingnya dengan kecepatan luar biasa.SIIIUUUTTT...!CRAAASSS....!Kepala bandit yang baru saja berteriak tampak mencelat ke udara dan tanpa ada darah sedikit pun. Auara kematian yang Liar gunakan ternyata cukup efektif untuk membuat luka tanpa darah tetapi dengan efek rasa sakit yang mengerikan. Caping yang di lemparkan oleh Liar tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus berputar dan menebas kepala dua orang bandit lagi yang masih menyandera gadis - gadis dewasa itu.Dengan fikirannya, Liar merubah capingnya menjadi cukup besar dan menutupi tiga orang gadis dewasa itu.PLOK...! PLOK...! PLOK...! PLOK...!"Luar biasa jantannya kalian sebagai kaum pria, berjumlah puluhan orang dan menganiaya tig
Meskipun mendengar dengan jelas, Liar tidak menanggapi teriakan Xiang Mei, dia terus larut dan fokus dalam pemahamannya. Karena tidak ada tanggapan barang sepatah kata pun, kelima anggota klan Xiang akhirnya memilih untuk diam dan memejamkan mata mereka hingga mentari padi memaksa mereka untuk bangun.Namun saat Xiang Mei membuka mata dia dikejutkan oleh seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan sebuah caping bambu tergantung di punggungnya sedang duduk malas di atas atap kereta mereka. Xiang Mei pun segera membangunkan yang lainnya."Ayo cepat bangun... kita harus segera melanjutkan perjalanan pulang dan berikan hormat kepada dermawan kita..!" ujar Xiang Mei dengan suara sedikit melengking membuat yang lain kaget.Dan saat mereka mengikuti pandangan Xiang Mei, mereka segera membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan mereka."Tuan Muda... terima kasih sudah menyelamatkan dan melindungi kami, aku Xiang You, di samping kananku Kak Xiang Mei dan di samping kanan Kak Xiang Mei adalah