Share

Legenda Semesta Beladiri
Legenda Semesta Beladiri
Penulis: Ershita

1. Kilas Balik

Pertempuran sengit yang terjadi semakin memanas dan menggila, sepasang suami istri yang tak kenal takut itu terus memberikan perlawanan luar biasa. Keduanya mengamuk penuh semangat dalam bertempur seolah - olah memiliki energi yang tiada habisnya sebagai seorang Pendekar Suci.

Meskipun mereka hanya berdua dan harus menghadapi puluhan ahli yang terdiri dari Pendekar dan Kultivator, mereka sama sekali tidak menemui kesulitan. Begitu juga dengan pasukannya yang di dominasi oleh ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno di damping puluhan ribu bangsa Dewa di bawah pimpinan  Dayang Cempaka, Permaisuri Ratna Manggali, Kaisar Huang Taizi, Ratu Citra Kencana dan Prabu Chandra Adhyaksa.

Puluhan ribu bangsa Dewa dan ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno sama sekali tidak memandang jumlah musuh yang beberapa kali lipat lebih banyak dari mereka. Mereka tetap fokus memberikan perlawanan terbaik mereka dan tidak ada niat sedikit pun untuk mengampuni musuh.

"Sondong... kau menyingkirlah dari arena pertempuran dan bawa Danur Setya Kencana..! Aku sudah menyiapkan portal teleportasi khusus untuk kalian..! Bawa serta Shandian Ying Bersama kalian.., tolong didiklah putraku sebaik mungkin..!" teriak Andhira memberi perintah kepada Sondong Sasongko.

Sondong Sasongko dan Shandian Ying yang mendengar perintah Andhira segera melesat pergi ke tempat persembunyian mereka. Dengan kecepatan Shandian Ying si Elang Petir Perak, hanya dalam Waktu singkat mereka sudah sampai di persembunyian mereka dan membawa Danur Seyta Kencana yang baru berusia tujuh bulan.

Sementara di medan pertempuran sudah banyak korban berjatuhan terutama dari pihak lawan. Meski pun mereka memiliki ranah Kaisar Tao Abadi, nyatanya masih keteteran menghadapi serangan para pendekar yang bagi mereka memiliki ranah misterius dengan keterampilan unik.

Benturan - benturan energi terus terjadi menimbulkan pijar cahaya warna - warni memenuhi langit Alam Suci. Hingga langit pun terus menerus bergemuruh memuntahkan petir - petir yang menggelegar dengan panik menambah keruh suasana yang sudah sangat mencekam.

Lintang Dharma Setya Bersama Trisula Emas kembarnya terus membombardir hampir dua puluh lima lebih para praktisi ranah Kaisar Tao Ilahi seorang diri. Lingkaran Cakra Energi di atas kepalanya terus berputar dengan cepat menyerap energi Suci alam semesta dan menyalurkan ke dalam tubuh Lintang Dharma Setya.

MAHAYANA MANUNGGALING JAGAT!

WUUUZZZZ!

BOOOM!

Kibasan silang Trisula Emas kembar Lintang Dharma Setya menghasilkan energi tajam berbentuk bulan sabit bersilangan dan berputar cepat seperti mata bor menghantam puluhan musuh yang sedang berusaha menggabungkan serangan mereka.

Tak ayal tubuh mereka berhamburan setelah dihantam serangan dahsyat Lintang Dharma Setya. Bahkan tujuh orang praktisi langsung tewas dengan tubuh meledak menjadi kabut darah dan Sebagian menjadi bubur daging. Akan tetapi Lintang Dharma tidak berhenti sampai di situ saja, dia langsung mengejar tubuh para praktisi yang berhamburan dan menghujam tubuh mereka dengan serangan yang sama.

Di sisi lain Andhira yang menghadapi lawan lebih banyak tampak lebih tenang di damping oleh Pedang Naga Kencana dan Cambuk Darah yang bergerak sendiri - sendiri dan sesuka hati mereka. Dengan Tongkat Semesta di tangannya, Andhira melintangkan tongkatnya di depan dada dan mengalirkan energi Nirwananya secara gila - gilaan dilambari aura kematian dan aura kekacauan.

ANGKARA SEMESTA!

WUUUUTTT!

Andhira mengayunkan Tongkat Semesta dengan sekuat tenaga secara horizontal hingga melesatkan energi kehancuran menderu ke arah puluhan musuh yang sudah terperangkap karena serangan membabi buta Pedang Naga Kencana dan Cambuk Darah.

BOOOMMM!

Ledakan dahsyat tak dapat dihindarkan hingga membuat pertempuran berhenti sejenak. Dengan mata telanjang mereka semua menyaksikan tubuh puluhan praktisi ranah Kaisar Tao Ilahi meledak menjadi kabut darah secara bersamaan 

Melihat seluruh temannya tewas mengenaskan, para praktisi ranah Kaisar Tao Ilahi yang tersisa pun mengambil Langkah seribu menyelamatkan nyawanya. Tindakan mereka tentu saja membuat seluruh pasukannya kecewa karena memiliki pemimpin yang berjiwa pengecut.

Namun meskipun melihat hal yang sangat memalukan dari para pemimpin mereka, tidak dijadikan alasan oleh mereka yang berjiwa patriot untuk menyerah begitu saja. Mereka memilih lebih baik mati dalam mempertahankan keyakinan mereka terlepas dari benar atau pun salah.

Mereka tetap berjuang hingga titik darah penghabisan meskipun sadar tidak akan menang bahkan dalam mimpi pun tidak ada. Namun pasukan Andhira bukanlah pasukan yang bermental picik, mereka mundur secara teratur dan membiarkan pertempuran bagi mereka yang sedang bertempur. Hingga pertempuran terlihat sangat adil satu lawan satu.

Melihat sikap kesatria pasukan Andhira membuat mereka yang sudah menyerah sangat menyesal karena tidak mau menjadi bagian dari pasukan Andhira sebelum perang maha dahsyat itu pecah. Bahkan mereka yang sudah menyerah pun tidak dilucuti baik senjata atau pun kekuatan mereka, mereka dibiarkan begitu saja untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri.

Andhira yang masih melayang di udara dengan semangat bertarung yang masih membara dan berkobar tiba - tiba merasakan jika portal teleportasi yang sudah disiapkan untuk pelarian Sondong Sasongko demi menyelamatkan putra semata wayang sudah aktif.

"Heeemmm... akhirnya Sondong membawa putraku Danur Setya Kencana. Jadilah anak yang kuat kelak Ngger, jika Ibu dan Bopomu selamat pasti kita akan bertemu entah kapan itu waktunya.." gumam Andhira sambil menatap ke arah kejauhan dimana dia menciptakan portal teleportasi khusus sekali pakai.

Pada akhirnya perang maha dahsyat yang sudah terjadi berhari - hari pun akhirnya usai. Karena masih merasakan ancaman yang lebih besar lagi, Andhira dan seluruh pasukannya pun kembali bersembunyi dan entah sampai kapan mereka akan kembali menunjukan diri pada dunia.

Hal tersebut semata - mata hanya demi keselamatan bagi nyawa - nyawa yang tidak bersalah supaya tidak menjadi korban dan mati dalam rasa penasaran. Mereka semua menghilang begitu saja dan hanya menyisakan enam orang saja. Andhria, Lintang Dharma Setya, Mandhung, Gatya Kirana, Long Mei Shin dan Long Shen Hu.

"Begitulah Ngger kisah kehebatan orang tuamu dan pasukannya, selebihnya aku tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan mereka semua karena saat itu aku sudah memasuki portal teleportasi khusus yang Ibumu ciptakan" ujar Sondong Sasongko setelah menceritakan secara singkat seluruh rangkaian peristiwa besar yang menimpa orang tua Liar alias Danur Setya Kencana.

Liar tampak merenung dan mendalami semua cerita pamannya yang mengisahkan betapa berat dan rumitnya perjalanan sepasang pendekar yang merupakan orang tuanya.

"Paman Sondong... lalu siapa sebenarnya musuh Ibu dan Bopoku dan berada dimana...?"  tanya Liar dengan sedikit terpancar emosi dari matanya.

"Kami pun tidak tahu eksistensi seperti apa musuh orang tuamu Liar.." jawab Chen Jia singkat dan tak berdaya karena memang tidak mengetahui secara detail.

Liar kembali menundukkan kepalanya namun terlihat sangat jelas punggungnya bergetar hebat menahan amarah yang berkecamuk dalam dadanya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rik_Da
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status