Setelah terlalu banyak mengeluarkan energi, kini napas Darga tidak beraturan, disebabkan serangan yang dilakukannya terlalu menguras tenaga. Dia beberapa kali mendesah sambil menahan lengan yang telah putus, darah tidak berhenti keluar dari tangannya.'' Bagaimana rasanya, '' ucap Darga, '' sekarang kau tidak bisa berbicara sedikitpun, matilah kau''.Dengan seketika perkataan Darga terhenti, setelah pedang pusaka Galuh Tapa menebas lehernya, entah sejak kapan, tapi pemuda tadi sudah ada dibelakangnya tanpa disadari semua orang disana, termasuk Kinanti.'' tentu saja aku masih bicara'', Galuh Tapa tersenyum sinis, '' tapi kau tidak bisa mendengarnya lagi''.Seketika Kinanti wajahnya yang cemas menjadi cerah kembali, '' kau membuat aku khwatir!''.Disisi lain Macan Kumbang tidak bisa berbuat apapun, nyalinya sekarang telah pudar.Satu-satunya cara agar tetap hidup adalah melarikan diri dari sini, jadi dia tidak menunggu waktu lama, pria itu menggunakan kekuatan terbesarnya dengan
Tiran Putih memandangi stok bubuk hitam yang semakin menipis, jika senjata ini benar-benar habis, maka tidak ada cara selain langsung menyerang mereka dalam jarak dekat.Lalu Tiran Putih menyapu pandangannya melihat sisi lain dari reruntuhan yang masih terlihat tenang, '' jika dipikirkan lagi, disana masih ada Gempar bumi dan Satu jagad yang sedang bertarung, apa mereka baik -baik saja''.'' Berapa lagi sekarang sisa bubuk hitam yang kita miliki, '' tanya Tiran Putih kepada bawahannya.'' Aku rasa cukup untuk sekali serang, ''jawab pria itu yang sedang menghitung.'' Sekitar seratus lima puluh bungkus bubuk hitam, '' hentikan penyerangan '' perintah Tiran Putih, ''sekarang gunakan busur panah dan bergerak keselatan, disana memang ada Satu Jagad, tapi kita harus memastikan bangunan itu tidak terbakar''.Sehingga semua orang menghentikan serangan, sekitar dua ratus orang bergerak keselatan, tapi sebelum mereka meninggalkan posko, Tiba-tiba mereka di terobus seribu pasukan yang datang
lanang Hitam tidak menyukai belati yang digunakan Sudarmanik, yang bisa kembali padanya, jarumnya akan banyak berkurang jika terlalu banyak digunakan, padahal jarum yang digunakan mengunakan bahan dari gading plus, sebagai bahan pembuatnya, lalu direndam pada botol racun yang dibuat pada bahan-bahan khusus.Jika dia teliti, menggunakan jarum yang dimiliki, maka senjata digunakan akan cepat habis, jadi dia harus berhati-hati dalam menggunakannya.Kemampuan jarum itu tentu sangat efektip dalam menyerang dalam situasi sekareang.Namun untuk jarum yang berukuran lebih kecil dibuat dengan menggunakan bahan yang lain, yaitu taring ular tedung mura yang berusia puluhan tahun.Sangat sulit untuk menemukan ular itu, dan lagi pula taring itu hanya sebesar duri mawar.Hingga pada saat situasi yang mulai genting , tiba- tiba tanah disekitar mereka terbelah, menenggelamkan belasan kelompok Kelabang Iblis.Sebuah teriakan yang dipimpin oleh Lanang Hitam menjadi semangat, itu adalah Selasih dan
Setelah itu, Lanang Hitam mulai kesulitan menghindari serangan, dia terlalu banyak mengeluarkan energi hingga menguras tenaga dalamnya, karena mengimbangi kecepatan belati Sudarmanik.''Aku harus melakukan sesuatu, jika terus begini akan membuat energi yang ada akan cepat habis.''ucap Lanang Hitam lirih.Sehingga Lanang Hitam mulai memutar otaknya, agar salah satu jarumnya bisa mengenai tubuh Sudarmanik.Dia terus mencari celah untuk melesatkan serangan dengan cepat, cukup satu saja pada titik vital dan pertarungan akan segera selsai.Namun sejauh ini mereka menggunakan teknik yang sama yaitu serangan jarak jauh, Lanang Hitam tidak memiliki kemampuan bertarung dalam jarak dekat.Padahal pada saat ini, menurutnya lebih efektif menggunakan serangan jarak dekat, apalagi musuh dalam keadaan lengah.'' jika saja, Gempar Bumi disini, pria sombong itu pasti sudah lama mati, '' gumam Lanang Hitam dalam benahnya, diselah-selah jarum yang dia lepaskan, '' tidak, aku harus sedikit memberanika
Hal itu membuat Cagar Alam merasa pemuda yang akan dilawannya telah berhasil mencapai puncak pilih tanding, atau mungkin sudah berada pada pendekar tanpa tanding .Dia benar-benar tidak menduga akan bertemu musuh yang dihadapi nampaknya pendekar yang berilmu cukup tinggi.Sehingga waktu dia memikirkan hal itu, rupanya pergerakkan lawan mulai menyerang.Pada saat yang tak terduga, tiga belati kecil melesat dengan cepat menuju Lanang Hitam.Pria itu tidak berusaha menghindar dengan kondisinya saat ini, jadi dia mengeluarkan jarum untuk menangkis serangan Sudarmanik.Hingga terlihat kilatan api kecil yang menyala dikegelapan malam ketika senjata mereka beradu, membuat suasana yang semakin menantang.Lanang Hitam melepas tiga jarum lalu kemudian empat jarum secara acak, serangan nya kali ini tidak terlalu kuat, jadi Sudarmanik dengan mudah mampu menghindari serangan itu.'' Serangan macam apa ini!, Bahkan lebih kuat dari ketapet anak kecil, ''ejek Sudarmanik, kemudian tertawa kecil
Sudarmanik menjerit kesakitan, suaranya melengking tinggi hingga angkasa gelap berpadu dengan jerit rintih kematian bawahannya.Serangan itu, benar-benar membuat dirinya meraskan rasa sakit yang terus menjalar keseluruh organ tubuh.'' Sial!, serangan ini membuat diriku menderita, ''ucap Sudarmanik, sembari batuk-batuk keras akibat epek racun.ini adalah racun yang lebih kuat, hingga baru beberapa menit saja dia mulai kehilangan pendengarannya, bahkan sekarang pria itu sudah kesulitan berbicara,Sehingga Pemudah yang sedang bertarung dengan Cagar Alam bergerak dengan cepat menuju wakil komandannya, dia beberapa kali memanggil nama Sudarmanik tapi tidak ada jawaban dari pria itu.Sekarang pemudah itu menyadari bahwa Sudarmanik tidak akan bertahan hidup lebih lamah dan dugaannya benar, dalam seketika wakil komandan Kelabang Iblis itu meregang nyawa dengan kehancuran organ tubuh akibat racun yang menjalar.Setelah melihat hal itu, dia memandang Lanang Hitam dengan amarah kebencian.Pemu
Tidak ada yang mengetahui Dewi Angin berada dilembah teratai putih, tapi Kelabang Iblis mengetahui tentang itu dan merencanakan mengambil kekuatan itu sejak tiga tahun yang lalu.ini baru dugaan saja, tapi melihat Waneba selamat dan berada dikelompok Kelabang Iblis, sepertinya dugaan mahaguru surya dulu benar.Keputusan untuk membunuh keluarga Waneba telah tepat, tapi siapa yang tahu pemuda yang baru berumur dua pulu tahun itu selamat.Lanang Hitam yakin dialah orang yang membocorkan informasi tentang Dewi Angin, bisa diartkan, pemuda itulah cikal bakal kehancuran lembah tertai putih saat ini.'' Apa yang kau katakan benar, Lanang Hitam, '' ucap Waneba dengan sinis tersungging dibibirnya, '' tapi sekarang cerita itu tidak terlalu penting bagiku, aku akan membunuhmu disini untuk membalaskan dendam keluargaku''.'' Tidak akan ada yang mati ditanganmu disini, bocah! '' guru Ratika Berkata geram mendengarnya setelah mengetahui kebenarannya, karena kau berhenti bergerak cepat, sekarang ta
Galuh Tapa menebaskan pedang pusaka Lintang Kuning lebih lambat dari biasanya, itu karena dia menemukan para musuh pendikar pilih tanding yang dalam jumlah besar mungkin sekitar dua ratus orang, semuanya adalah manusia.Ini kelompok manusia terakhir yang berada disana, Galuh Tapa yakin beberapa yang lainnya telah tewas ditangani teman-temannya, guru lembah teratai putih setidaknya telah membunuh dua puluh atau lebih dari mereka.Galuh Tapa menarik kembali pedangnya, sebab sekarang kelompok Kelabang Iblis yang ditemui disisi lebih kuat dari sebelumnya, mereka bisa menghindari serangan jarak jauh pemuda itu.'' Sudah kuduga mereka bisa menghindari dan menjauhi ledakan bubuk hitam, '' ucap Galuh Tapa sembari menoleh Kinanti yang ada dibelakangnya, '' dua ratus orang pendekar pilih tanding sama dengan lima belas orang pendikar tanpa tanding, tapi kau tidak perlu khwatir aku bisa menghadapi mereka semua''.Dari ratusan orang itu terdapat pada puncak pendekar pilih tanding, bahkan sepu
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa