Galuh Tapa menebaskan pedang pusaka Lintang Kuning lebih lambat dari biasanya, itu karena dia menemukan para musuh pendikar pilih tanding yang dalam jumlah besar mungkin sekitar dua ratus orang, semuanya adalah manusia.Ini kelompok manusia terakhir yang berada disana, Galuh Tapa yakin beberapa yang lainnya telah tewas ditangani teman-temannya, guru lembah teratai putih setidaknya telah membunuh dua puluh atau lebih dari mereka.Galuh Tapa menarik kembali pedangnya, sebab sekarang kelompok Kelabang Iblis yang ditemui disisi lebih kuat dari sebelumnya, mereka bisa menghindari serangan jarak jauh pemuda itu.'' Sudah kuduga mereka bisa menghindari dan menjauhi ledakan bubuk hitam, '' ucap Galuh Tapa sembari menoleh Kinanti yang ada dibelakangnya, '' dua ratus orang pendekar pilih tanding sama dengan lima belas orang pendikar tanpa tanding, tapi kau tidak perlu khwatir aku bisa menghadapi mereka semua''.Dari ratusan orang itu terdapat pada puncak pendekar pilih tanding, bahkan sepu
Sekarang jumlah musuh mungkin tinggal seratus orang lagi, dan tiap menit selalu berkurang, Galuh Tapa hampir selalu tidak memiliki jeda dalam menyerang.Tempo grakannya sangat sulit untuk di ikuti, bahkan mustahil untuk diikuti, dalam beberapa menit telah membunuh ratusan orang ditangan pemuda itu, ini lebih menakutkan dari pada ketika seorang aliran hitam membunuh lawannya.Pemuda ini tidak memiliki satu alasanpun untuk mengampuni para kelompok ini, tidak satupun, jika bisa mengurangi kekuatan Kelabang Iblis secara kecil, maka inilah kesempatannya.Sehingga lawan kini tinggal tiga puluh orang lagi, Galuh Tapa menghentikan serangannya, puluhan orang itu yang paling kuat diantara seratus tujuh puluh pendekar yang telah dibunuhnya, yang kini menjadi abu seluruhnya.'' Jangan bergerak, lepaskan pedangmu'', seseorang berteriak dari sisi belakang Galuh Tapa, '' aku bilang lepaskan pedangmu!, apa kau tuli?, kau tidak mendengar perintahku !''Hingga Galuh Tapa menoleh dari sumber sua
Hal itu membuat Galuh Tapa mengira bahwa itu adalah perbuatan Kinanti, tapi gadis itu tidak melakukan apapun sekarang, jadi itu jelas dilakukan orang lain, yang memiliki kemampuaan cukup hebat.Galuh Tapa mulai menyapu pemandangan, tetapi tiba-tiba dia merasakan energi kegelapan menyelimuti seluruh reruntuhan lembah teratai putih, pada saat yang sama setiap kelompok Kelabang Iblis yang berniat melarikan diri mereka melayang dan terhempas kepermukaan tanah sampai mati.Jika tidak mati, maka akan kembali melayang dan dihempaskan lagi ketanah, begitu seterusnya hingga orang itu tewas.Disisi lain sebelah selatan reruntuhan, Satu Jagat dan Gempar Bumi, telah kelelahan hampir seribu orang lebih yang mereka hadapi hari ini, dan untungnya tidak ada yang cukup hebat yang mereka lawan, jadi serangan yang dikeluarkan terkadang serangan fisik belaka.Selama mereka belum menemukan Sutantri, mereka tidak akan menguras tenaga dalam lebih banyak.Namun nampaknya pertarungan yang sesungguhnya
Nampaknya jurai memang tidak bisa menggunakan tongkat pelebur gunung dalam pertarungannya, jelas saja tongkat itu tidak berguna meski memiliki kemampuaan yang dahsyat.Hingga menurutnya tidak ada gunanya, tidak sama sekali, karena senjata itu bukan hal penting.Tapi tidak dengan Satu Jagat, tongkat itu adalah pusaka yang terbaik yang dia miliki, seseorang yang berhasil mengambil harta berharga dari tangannya, adalah sebuah penghinaan.'' Sekarang aku ingin melihat bagaimana kau bertarung tanpa menggunakan tongkat''. Sehingga Jurai mendaratkan satu serangan kedepan, dan dalam seketika mengeluarkan sebuah energi berbentuk bola api.Kekuatan yang dikeluarkan pria ini,bisa saja menghanguskan lawannya bahkan tempat itu.Setiap bola api itu menyentuh bangunan, maka bangunan akan hancur, hingga serangan itu melayang-layang diudara, energi itu berhasil memorak-purandakan barisan yang dipimpin Tiran Putih.''Sungguh kekuatan itu sangat kuat, ini bisa menghabisi pasukanku, jika dibiarkan ini
Dua mayat hidup yang tertindih di dinding beton, '' kurang ajar! Jurai mengepal kedua telapak tangannya, ''dimana pria itu bersembunyi.Satu Jagat kembali merangkak, dan dia akhirnya bisa melihat tongkat pelebur gunung yang tertancap dibelakang jurai, pantas saja dia tidak bisa melihatnya dari arah depan.''Aku harus mengambil kembali senjata itu, ''ucap Satu Jagat lirih.Kini Satu Jagat mulai berpikir, dia harus melakukan sesuatu agar tongkat itu kembali pada dirinya.Hingga pada akhirnya pria itu menemukan beberapa taktik, tidak terlalu bagus tapi dia harus mengambil resiko yang besar, untuk mengambil kembali tongkat itu.Hingga pria ini menyadari Jurai tidak pernah bergerak semenjak dia mengeluarkan jurus aneh itu, semakin besar energi bola api semakin pria itu tidak banyak bergerak.'' dia menggunakan energi hitam aneh yang menyeramkan itu, '' Satu Jagat sedang berpikir, '' dan juga semakin besar energi itu, aku yakin semakin sulit dikendalikan, bisa saja seperti bom waktu dan
Jika saja Satu Jagat memiliki banyak tenaga dalam, tentu dia sudah berhasil membunuh pria itu.Jurai berdiri dengan keadaan yang tidak sempurna, dia memegang tulang rusuk sebelah kirinya, rasanya pasti sangat sakit, Satu Jagat juga merasakan hal yang sama energi bola api telah banyak mengupas kulitnya hingga mengalami luka parah.Satu Jagat menopang tubuhnya dengan tongkat yang dipegangnya, jika tidak, mungkin dia akan kehilangan keseimbangan.Kemudian mereka berdua melanjutkan pertarungan, saling baku hantam serta beberapa kali saling hempas.Sekarang kedunya mulai merasakan hampir kehabisan energi, pertarungan itu membuat napas mereka tersengkal-sengkal. Namun pada saat yang bersamaan mereka berdua berhasil mendaratkan tinju kearah wajah, hingga membuat keduanya jatuh ketanah.Satu Jagat berdiri terlebih dahulu, dia memandangi jurai dengan sayup, lalu dia mengangkat tongkat dengan tinggi, tapi tentu saja serangan yang standar mampu dihindari Jurai.Wakil pemimpin itu berguling-gul
Melihat itu, Galuh Tapa mencabut pedang pusaka Lintang Kuning, pedang itu terbang dengan cepat berniat menikam tubuh Sugani, nyaris saja, wakil pemimpin mati tertancap kena serangan jika dia tindak menghindarinya tepat waktu.Hingga pedang pusaka Lintang kuning tertancap ketanah, tapi tidak waktu lama tercabut dan kambali ketangan Galuh Tapa.Tapi melihat hal itu Sugani sangat terkejut, karena pedang pusaka yang mampu bergerak kembali menuju kempemiliknya."Pedang yang benar-benar hebat, aku belum pernah melihat teknik pedang yang seperti itu!, "ucap batin Sugani.Sehingga Galuh Tapa, tidak mau menunggu lama dia langsung menyerang kembali disaat Sugani sedang lengah, serangan ini berhasil mengenai tipis wajah pria itu.Sekarang Sugani terlihat manis dengan beberapa tetes darah yang menghiasi wajahnya, pria itu menahan rasa sakit akibat terkena pedang yang dimiliki Galuh Tapa, dan bahkan berusaha menyapu darah yang menetis.'' itu jurus teknik pedang penjuru, '' ucap Sugani dengan ti
Dia adalah musuh kegelapan, " hanya dengan kekuatan ini, apakah kau ingin membunuhku dengan teknik pedang penjuru dengan menggunakan pedang pusaka yang kau punya, "ucap Sugani." Tidak ini lebih kuat, " jawab Galuh Tapa.Sugani sama sekali tidak merasa takut, lalu dia mengeluarkan jurus terkuat yang dimiliki sekarang.''Angkara Naga Merah Bayang''.Kemudian pria itu mengeluarkan jurus naga merah Bayang, ilmu yang digunakan memancarkan cahaya yang membentuk naga.Galuh Tapa sedikit terkejut, karena sugani memiliki jurus bayang, sebab jurus itu adalah sangat kuat, jadi seperti apa jika energi itu telah sempurna, tentu sangat dahsyat.''Aku harus berhati-hati melawan pria ini!, ucap dalam hati Galuh Tapa, ''auranya sangat kuat dan kekuatannya sangat besar''.DIbawah sana, Kinanti dan teman-temannya, bersembunyi dibalik tembok yang tebal, sebab energi panas dan tekanan kuat dari naga milik Sugani membuat dirinya kesulitan bernapas.Gadis itu dan ketiga temannya hanya memiliki beberapa pe
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa