Sementara Galuh Tapa menyadari Sutantri sedang pergi kearahnya, dia menatap Kinanti dan Ayu Andira, serta kedua lelaki yang sedang terluka didekat mereka sembari senyum kecil,'' Pergilah kalian dari sini, dia datang menuntut balas, ''ucap Galuh Tapa sembari mengingatkan.'' Aku tidak akan meninggalkan dirimu, ''jawap Kinanti.''Kalian pergilah, aku mohon sebelum semua ini terlambat, '' sambung Galuh Tapa.Ke empat orang itu tidak berkata apapun, bahkan Kinanti mengerti bahwa dirinya hanya mengganggu pertarungan saja, lalu dia menatap Galuh Tapa dengan wajah yang tidak tega meninggalkan dia sendiri disini.'' Kembalilah dengan selamat, ''ucap Kinanti dengan pelan.Mendengar ucapan wanita itu, Galuh tapa hanya mengangguk, tapi dia tidak dapat berjanji untuk memenuhi permintaan Kinanti.Setelah kepergian Kinanti dan ketiga temannya, Galuh Tapa mengeratkan gengaman pedang seketika batu pusaka yang dihuni eyang Saga, lasung menyatu.Bukan itu saja teknik pedang bayangan dengan menggunak
Dengan kekuatannya saat ini Galuh Tapa tidak mampu melawan kekuatan kegelapan Sutantri.'' Jika seperti ini terus, aku tidak memiliki kesempatan, '' rintih Galuh Tapa, '' aku harus melampaui kekuatanku''.Lalu Sutanti mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, sebuah pedang pendek yang beraura gelap.Sebuah pedang kegelapan yang sangat hebat, bahkan lebih berat dari aura energi yang dipancarkan oleh sutantri itu sendiri.Beberapa menit kemudian, pertarungan kembali dilanjutkan, Galuh Tapa telah mencapai batasannya, jadi setiap serangan yang dikeluarkan lebih mudah dihindari dan kurang bertenaga.Hingga setiap detik tempo yang dikeluarkan pemuda itu semakin lambat, dan mudah untuk dibaca.SeteIah itu Galuh Tapa tidak sanggup untuk mengeluarkan jurus tingkat tingginya, jurus itu menggunakan gerakan yang rumit dan lentur, dia tidak sanggup lagi melakukan hal itu.Dia melepaskan aura energi panas yang tersisa ditubuhnya dan kemudian cahaya terang menyelimuti pedang pusaka Lintang Kuning
Mata sutantri melotot terkejut saking terkejutnya, sekarang ini dia menyadari sesuatu, pedang itu bukan ingin membunuh Galuh Tapa atau juga melahap darah panas dilengan kanan pemuda itu, tetapi sesuatu yang lain.'' Dia ingin menyatu dengan pemuda itu, ''ucap Sutantri, '' aku tidak pernah mendengar sebuah pusaka menyatu dengan tuannya, tapi aku yakin pedang itu berusaha menyatukan diri dengannya, ini gawat''.Setelah banyak melahap darah, tiba-tiba saja pedang itu bersinar terang menyilaukan mata.Tempat itu menjadi terang dan sangat menggangu pergerakkan lawan.Sementara itu Galuh Tapa sudah tidak sadarkan diri, dia sudah pingsan dua menit yang lalu, karena tidak tahan dengan rasa sakit yang dideritanya.Kinanti menatap Galuh Tapa dengan mata berkaca, dia berusaha mendekati tapi energi bening menghalangi, lagi pula cahaya terang membuatnya kesulitan untuk memastikan kondisi pemuda itu.'' Apa yang harus aku lakukan?, '' Gumam Sutantri dalam benahnya.Setelah itu, cahaya terang menyi
Sutantri hanya menggit bibirnya, dia menyadari kemampuan Galuh Tapa yang tidak masuk akal bagi dirininya''Aku harus mengalahkan pemuda itu jika tidak aku yang akan mati disini, ''gumam Sutantri. Dia beberapa kali mengupat serapah jiwa roh yang ada pada pedang pusaka Lintang kuning, yang bergabung dengan pemuda itu, jika bukan karna itu mungkin Galuh Tapa, sudah dari sejam yang lalu terbunuh. Sutantri tersenyum pahit, dia berharap serangan yang akan datang mampu melukai Galuh Tapa tapi rupanya tidak.Galuh Tapa berhasil menangkap pedang kegelapan milik Sutantri yang menyerangnya dari sisi belakang.Sebelumnya pedang itu sempat dilempar Sutantri sebagai peralihan, Galuh Tapa tidak menyangka akan hal itu, dan pedang kegelapan bisa kembali lagi.Setelah itu senjata lekas dikembalikan lagi kepada Sutantri dengan sangat kuat, dia tidak bisa menghindari lemparan Galuh Tapa yang cepat, apalagi dengan keadaan matanya sekarang yang buta, pedang itu tertancap ditubuhnya dan bahkan menem
Mendengar nama itu semua orang terpaku hampir tidak percaya, guru Ratika menelan luda beberapakali, menyadari bahwa semua ini akan segera berakhir.Jika hanya mengalahkan satu komandan pemimpin saja mereka tidak sanggup apalagi menghadapi komandan lain, yang bahkan lebih kuat dari sutantri.Hingga ada sesuatu melayang kearah mereka, dan mendarat kasar didepan Tiran Putih, itu adalah pendekar yang ditugaskan berjaga dalam hutan.Tubuhnya hanya terlihat tulang belulang, satu-satunya yang membuat mereka mengetahui lelaki itu adalah pendekar lembah Teratai Putih hanya pakaian dan lencana teratai yang berada disakunya.''Dia melemparkan mayat ini didalam hutan sana!, '' Cagar Alam tidak bisa menahan kakinya untuk tetap berdiri, akhirnya tubuhnya jatuh ketanah.Hingga beberapa menit kemudiaan, terdengar suara pekikan kuda didalam hutan, lalu beberapa ekor mayat kuda terlempar kearah mereka, bahkan ada yang hampir mengenai Tiran Putih.Setelah itu hening cukup lama dan tidak nampak lagi ma
Zhambi menduga Galingga Tirta adalah pendekar muda yang terhebat saat ini, bisa saja lebih hebat dari Galuh Tapa, dari tenaga dia rasakan pemuda itu hampir setara dengan ayahnya.Dia pernah mendengar ada pemuda dari bukit perak yang berhasil membuka tibB!ga cakra dengan usianya yang sangat muda.Awalnya semua orang itu tidak ada yang percaya, tetapi setelah melihat kemampuannya secara langsung, semua orang hanya terdiam dan terpukau, bahkan Cagar Alam tidak bisa menutup mulutnya yang ternganga dalam beberapa menit.Sedangkan ayahnya, Damar Tirta, dia telah berhasil membuka lima cakra dalam tubuhnya, bahkan Ki Santa belum sanggup membuka cakra itu dengan usianya yang telah tua.Ki Santa dikabarkan berhasil membuka empat cakra saat ini, satu-satunya yang membuat Damar Tirta, masih dibawah aki itu, karena teknik pedang penjuru bisa memadatkan energi pada setiap tebasannya.Namun untuk melampawi Ki Santa tidak butuh lama bagi Damar Tirta, sebab usia yang muda jadi mudal bagi dirinnya, p
'' Kenapa wajahmu menjadi murung?, ''tanya Cagar Alam, ''padahal kita memenangkan perang ini!Mendengar ucapan kekasihnya Selasih mencubit perutnya, sambil menggelengkan kepalah, ''dasar pria sama saja, ''ucap Selasih, ''tidak usah mengkhawatirkan Galuh Tapa, aku yakin dia akan baik-baik saja, karna dia pendekar hebat bukan begitu!.''Galuh Tapa?, tanpa diduga mereka bertiga, Galingga Tirta mendengar perbincangan itu, '' apa dia sehebat itu? aku rasa tidak, mungkin aku akan mencoba ilmu kanuragannya suatu saat nanti''.Satu Jagat sudah dari satu jam telah sadarkan diri, dia sudah cepat pulih berkat bantuan pendekar pengobatan dari bukit perak, meski dari beberapa sendinya masih terasa ngilu saat digerakkan.'' Satu Jagat'', ucap Damar Tirta menemui pimpinan lembah Teratai Putih didalam tenda pengungsi yang dibuat yang tidak jauh dari wilayah itu, ''kau sudah terlihat lebih baik dari pertama kali aku melihatmu. Kami datang sedikit terlambat, jadi mungkin tidak terlalu membantu''.''
Sebenarnya mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa, setelah berhasil merebut kembali lembah Teratai Putih.Jika mereka tetap tinggal ditempat ini, kemungkinan akan mendapat serangan balasan dari kelompok Kelabang Iblis dan mungkin dalam jumlah besar. ''Jadi jika begitu kenapa tidak tinggal dulu diperguruan Bukit Perak?, ''Damar Tirta memberikan penawaran kepada pimpinan lembah Teratai Putih hingga membuat mereka sangat terkejut. ''kalian tentu menyadari situasi ini belum sepenuhnya baik, Jika kalian tidak keberatan tinggal didalam Jungku Bukit Perak, karena wilayah kami juga boleh dikatakan sangat luas''.Hingga Satu Jagat kembali menatap guru Ratika, wanita itu terlihat setuju dengan tawaran yang diberikan Damar Tirta, bagaimanapun untuk sekarang mencari makan akan kesulitan, sebab tanah pertanian mereka sekarang sudah menjadi medan pertempuran.Kini satu-satunya yang dapat mereka lakukan ditempat ini hanya menangkap ikan ataupun berburu, dan harusnya Satu Jagat mengetahui ba
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa