'' Kenapa wajahmu menjadi murung?, ''tanya Cagar Alam, ''padahal kita memenangkan perang ini!Mendengar ucapan kekasihnya Selasih mencubit perutnya, sambil menggelengkan kepalah, ''dasar pria sama saja, ''ucap Selasih, ''tidak usah mengkhawatirkan Galuh Tapa, aku yakin dia akan baik-baik saja, karna dia pendekar hebat bukan begitu!.''Galuh Tapa?, tanpa diduga mereka bertiga, Galingga Tirta mendengar perbincangan itu, '' apa dia sehebat itu? aku rasa tidak, mungkin aku akan mencoba ilmu kanuragannya suatu saat nanti''.Satu Jagat sudah dari satu jam telah sadarkan diri, dia sudah cepat pulih berkat bantuan pendekar pengobatan dari bukit perak, meski dari beberapa sendinya masih terasa ngilu saat digerakkan.'' Satu Jagat'', ucap Damar Tirta menemui pimpinan lembah Teratai Putih didalam tenda pengungsi yang dibuat yang tidak jauh dari wilayah itu, ''kau sudah terlihat lebih baik dari pertama kali aku melihatmu. Kami datang sedikit terlambat, jadi mungkin tidak terlalu membantu''.''
Sebenarnya mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa, setelah berhasil merebut kembali lembah Teratai Putih.Jika mereka tetap tinggal ditempat ini, kemungkinan akan mendapat serangan balasan dari kelompok Kelabang Iblis dan mungkin dalam jumlah besar. ''Jadi jika begitu kenapa tidak tinggal dulu diperguruan Bukit Perak?, ''Damar Tirta memberikan penawaran kepada pimpinan lembah Teratai Putih hingga membuat mereka sangat terkejut. ''kalian tentu menyadari situasi ini belum sepenuhnya baik, Jika kalian tidak keberatan tinggal didalam Jungku Bukit Perak, karena wilayah kami juga boleh dikatakan sangat luas''.Hingga Satu Jagat kembali menatap guru Ratika, wanita itu terlihat setuju dengan tawaran yang diberikan Damar Tirta, bagaimanapun untuk sekarang mencari makan akan kesulitan, sebab tanah pertanian mereka sekarang sudah menjadi medan pertempuran.Kini satu-satunya yang dapat mereka lakukan ditempat ini hanya menangkap ikan ataupun berburu, dan harusnya Satu Jagat mengetahui ba
Galuh Tapa beranjak ketika suara mendengus berada didekatnya, dia mundur beberapa langkah, sementara ada gerakan dibalik rumput ilalang yang membentuk gelombang yang menuju dirinya.Namun rasa keterkejutan hilang setelah melihat beberapa Merang, menampakan diri, melihat pemuda itu, hewan pemakan ikan memutar arah dan masuk kedalam sebuah danau yang luas berwarna kebiruan.Tanpa disadari tubuhnya menyerap sebuah energi yang mungkin dibantu Eyang Saga yang ada dalam tubuhnya, dia baru sadar setelah ada cahaya keemasan yang terpancar didalam dada pemuda ini.Dia Sangat tekejut setelah tubuhnya merasakan kekuatan dan energi baru dengan sinar terang menyinari sekitar itu. '' Sebenarnya apa yang terjadi denganku, ''ucap Galuh Tapa, dia berusaha menciptakan kekuatannya, tapi tidak bisa, ''ini aneh?, kenapa bisa seperti ini? persaanku seperti sedang bermimpi ketika mengejar Sutantri''.Dia meraba seluruh tubuhnya yang dipenuhi banyak luka, sekarang yang mulai berhenti berdarah, tapi seket
Sementara berita mengenai penyerangan Kelabang Iblis keperguruan lembah Teratai Putih menjadi topik hangat selama sepekan.Hingga membuat beberapa perguruan kecil menjadi sedikit takut dari ancaman kelompok itu.Mereka harus merencanakan sesuatu, tentu saja, Jika saja perguruan Teratai Putih saja bisa kualahan menghadapi Kelabang Iblis apalagi perguruan kecil lainnya!.Sehingga orang beberapa orang menyayangkan kecerubohan yang dilakukan lembah Teratai Putih sampai membuat negeri mereka dalam kehancuran.Namun yang paling menarik perihatian mereka adalah raja muda dan kawan-kawannya yang membantu lembah Teratai Putih.Setelah dua hari berita itu tersebar, beberapa perguruan kecil merapatkan barisan dengan perguruan bukit perak. Selama ini setiap perguruan hampir berjalan sendiri-sendiri.Hingga perguruan nomor dua paling besar sekarang ini setelah lembah Teratai Putih lengser dari pusisinya, Harimau Putih juga menunjukan respon, dengan memenuhi undangan yang diadakaan dari perguruan
Setelah itu, Sara Anjani, melihat-lihat dia tidak melihat Galuh Tapa, hanya melihat Kinanti dan Ayu Andira.''Bibi Kinan, dimana paman Galuh?, ucap Sara Anjani, ''apa dia baik-baik saja kenapa aku tidak melihatnya''.Kinan tidak menjawab pertanyaan itu, untuk beberapa saat, dia terlhat masih mengatur napasnya dengan berat.''Tentu saja dia baik-baik saja, tapi dia harus melakukan sesuatu, ada banyak tugas yang harus dia selesaikan.Sebenarnya Kinati belum terlalu ingat siapa gadis kecil yang ada dihadapannya, tapi nampaknya gadis itu sudah sangat mengenal dia. Sehingga dia agak ragu-ragu.Keesokan harinya di aula Bukit Perak, beberapa perguruan besar dan kecil berkumpul, ini adalah pemandangan yang sangat langkah, sebab sudah beberapa tahun lamanya itu tidak pernah terjadi.Ada sekitar bebelasan perguruan berkumpul, dimana yang diwakili para pendekar terbaik, dan itupun termasuk lembah Teratai Putih yang sekarang statusnya menjadi perguruan kecil.Sedangkan satu perguruan besar yang n
''Mereka tidak akan menolak, kerajaan Fasmah Lebar membutuhkan kita, ''ucap Damar Tirta, ''katakan kepada mereka kelangsungan hidup kita tergantung dari rencana ini''.Sedangkan disisi lain, dilembah yang gelap gulita, kelompok Kelabang iblis juga sedang menyusun rencana, dengan mengadakan pertemuan. Kematian Sutantri adalah pukulan yang sangat berat bagi kelompok ini, tidak pernah terduga, sebab rencana menghancurkan lembah Teratai Putih sudah dipikirkan sangat matang dan hati-hati.Dia adalah pemegang peran hampir lima puluh persin dari total keseluruhan kelompok Kelabang Iblis.Sutantri memiliki kemampuan menggunakan suatu susuk untuk menciptakan mayat hidup dalam jumlah besar, tapi pasukan itu hanya dihancurkan dalam satu malam saja tidak lebih.Sampai sekarang tidak ada komandan yang bisa mendapatkan pasukan secepat wanita itu dan membuat pimpinan Kelabang Iblis, Kibujang Sare sangat murka.Didalam ruangan besar itu tidak seperti biasanya, suasana tampak tegang meski Kibujang
Hingga pada Akhirnya pembentukan kelompok pendekar aliran putih akan segera akan diresmikan.Jagat Satria, raja dari Fasma Lebar, mewakili beberapa kerajaan lain juga mendatangi organisasi besar itu, sayangnya Damar guru tidak punya keberanian untuk datang.''Tidak, padahal aku ingin melihat seperti apa raut wajahnya, ''dalam benah Damar Tirta, setelah dia menyadari Damar Guru tidak mengikuti para raja Fasma.''Kami Sebagai pemerintahan hanya akan menjadi pengawas sebagai organisasi yang kalian bentuk, dan kami juga akan memberi masukan dalam setiap tindakan yang ambil, ''ucap Jagat Satria setelah dia sebagai posisi pemandu bicara.''Bagaimanapun juga organisasi ini harus dibentuk berdasarkan hukum yang telah ditetapkan diwilayah kerajaan Fasema, ''sambung pria tadi.Setelah mendengar hal tadi, beberapa orang berpikiran untuk apa mengikuti Fasma karena kerajaan ini telah mengalami kemunduran.Namun mereka tidak berani menyatakan perang karena beberapa kerajaan masih memiliki kesetian
Disisi lain Galuh Tapa tepat siang hari, danau itu yang tiba-tiba tadi malam mengalami pasang sekarang berangsur-angsur menjadi surut.Jika dugaan Galuh Tapa benar, maka surutnya air itu akan membawa kepada pintu masuk perguruan pedang bayangan.Dan ternyata apa yang pemuda itu pikirkan itu benar, air danau merah mengalami surut yang sangat jauh, dia sekarang dapat melihat sebuah lubang goa yang mulai nampak.''Aku yakin itu adalah pintu masuknya? ''ucap Galuh Tapa.Sekarang dia dengan bergegas menuju tempat itu, Jika dugaannya benar maka puncak surutnya air hanya beberapa menit saja, dan kemudian akan mengalami pasang.Jika hari ini dia gagal memasuki pintu itu, maka kesempatannya akan datang pada bulan depan saat bulan purnama.Pemuda ini berlari dengan sedikit bantuan tenaga dalamnya yang beberapa waktu berhasil dihimpun, tapi hanya beberapa persin saja, dan pada akhirnya dia berhasil memasuki goa itu.Galuh Tapa meraskan suasana gelap dan hangat, tidak pernah terbayangkan bahwa
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele
Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.
Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j
Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa